Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Cerita Tim Medis soal Penyakit Abu Bakar Baasyir dan Keyakinannya

Tim medis MER-C yang selama ini menangani Abu Bakar Baasyir menuturkan kondisi Baasyir bisa semakin parah jika terisolasi di penjara.

4 Maret 2018 | 06.04 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Terpidana kasus terorisme, Abu Bakar Baasyir (tengah), tiba untuk menjalani pemeriksaan kesehatan di RSCM Kencana, Jakarta, 1 Maret 2018. Sebelumnya, pimpinan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) itu pernah menjalani pemeriksaan dan perawatan RS Pusat Jantung Harapan Kita, pada pertengahan 2017. AP/Dita Alangkara

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Tim medis Medical Emergency Rescue Commitee atau MER-C meminta pemerintah mengabulkan permintaan Abu Bakar Baasyir untuk menjadi tahanan rumah agar bisa dirawat keluarganya. Dokter Joserizal dari Mer-C yang menangani Baasyir pun berharap keinginan Baasyir bisa terpenuhi mengingat kondisinya kian menurun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Joserizal, kondisi Baasyir akan semakin parah jika terisolasi di Lembaga Pemasyarakatan Gunung Sindur. "Sekarang beliau (Baasyir) di penjara dan terisolasi. Kalau terus terisolasi akan lebih cepat pikun," kata Joserizal saat dihubungi, Sabtu, 3 Maret 2018.

Baca: Abu Bakar Baasyir Ingin Jadi Tahanan Rumah, Emoh Pindah LP Solo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Joserizal menuturkan, isolasi di penjara bagi Baasyir yang berusia 80 tahun itu tidak tepat. Ia mengingatkan, kondisi Baasyir yang sudah tua mendapat jaminan untuk perawatan. Jaminan itu dikeluarkan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). "Jaminan dari PBB tidak boleh ada elder abuse (kekerasan terhadap orang lanjut usia)."

Ia menuturkan, elder abuse merupakan suatu tindakan yang tidak patut dilakukan. Apalagi, melihat keadaan Baasyir di penjara yang memungkinkan berpotensi demensia, dan terasing dari orang lain. "Maka kami sarankan dia berada di tengah keluarga, untuk menghindari hal ini (elder abuse)," ujarnya.

Baca: Wacana Abu Bakar Baasyir Jadi Tahanan Rumah, Jokowi: Belum Terima Suratnya

Joserizal merawat Baasyir sejak tahun 2001 mengetahui detail riwayat kesehatannya. Ia menuturkan kaki Baasyir sering mengalami bengkak karena darah tidak lancar. "Saat diperiksa jantung dan ginjal masih cukup sehat untuk standar orang tua. Problemnya hanya aliran darah tidak cepat mengembalikan ke atas. Jadi, kalau kelamaan berdiri akan mengalami pembengkakan," ujarnya.

Ia mengaku pernah mengirim surat permintaan ke Badan Nasional Penanggulangan Teroris, agar Baasyir dirawat di tengah keluarganya. Namun, surat permohoman tersebut tidak digubris oleh BNPT. "BNPT tidak respon. Bahkan, saya rada kesal. Ini kan klien saya," ucapnya.

Joserizal mengungkapkan untuk biaya pemeriksaan kesehatan Baasyir bukan dari BNPT. Namun mereka tidak mau diajak komunikasi untuk mencari solusi bersama terkait Baasyir.

Biaya pemeriksaan Baasyir akan ditanggung BNPT jika mereka tidak percaya dengan hasil pemeriksaan tim medis yang menangani saat ini. Jadi, kata dia, tidak ada alasan BNPT untuk menahan Baasyir, yang memang sudah mesti dirawat oleh keluarganya. "Penolakan BNPT (menjadikan Baasyir menjadi tahanan rumah) tidak mendasar," ujarnya.

Terkait dengan paham radikal yang dianggap masih tertanam dalam diri Baasyir, menurut Joserizal, hal itu karena karakternya yang kuat. Ia tidak menampik Baasyir masih mempunyai pandangan membenarkan jihad. Namun, jihad yang diungkapkan Baasyir adalah, yang menurut dasar Islam yang benar.

Menurut Baasyir, kata Joserizal, jihad memang diperbolehkan di tempat peperangan. Baasyir melarang jihad di tempat umum atau ruang publik, di mana banyak orang yang tidak bersalah.

"Baasyir tidak menganjurkan menyerang di tempat umum, kalau melakukan di tempat peperangan setuju. Kalau di tengah publik atau di tengah kota, Ustad Abu tidak setuju," ujar Joserizal. "Jadi paham jihadnya jelas."

Lebih lanjut, Joserizal menuturkan Baasyir merupakan sosok yang kharismatik. Banyak orang segan terhadapnya. Bahkan, kharisma Baasyir dapat dirasakan oleh warga negara di luar Indonesia.

"Kharismanya sampai ke Afganistan dan Irak. Bahkan, Baasyir mempunyai peran dalam membebaskan wartawan Metro TV Meutya Hafid, yang disandera teroris di Irak," ujarnya. Kata Josrizal, bebasnya Meutya Hafid karena Baasyir yang turun tangan, untuk berdialog dengan para teroris.

"Kalau dia (Meutya Hafid) mata-mata, boleh dieksekusi. Tapi, kalau bukan harus dibebaskan," kata Joserizal, yang mengulang cerita Baasyir, kepadanya. "Pengaruhnya memang besar, Amerika saja takut."

Menurut dia, terkait paham yang diyakini Abu Bakar Baasyir itu sulit diubah. Soalnya, kata dia, Baasyir mempunyai pendirian yang kuat. Ia pun menyarankan agar Baasyir lebih banyak diajak berdialog. "Pendiriannya sulit diubah. Tapi, terus mengisolasinya juga tindakan yang tidak berdasar."

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus