Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

CSIS Nilai Pilkada Langsung Jadi Sumber Rekrutmen Nasional

Mekanisme pilkada dipilih langsung oleh rakyat justru melahirkan sejumlah hal positif.

8 Desember 2019 | 16.47 WIB

Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes, saat ditemui seusai diskusi Darurat Pemilu 2019 di Auditorium Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Tanah Abang, Jakarta Pusat, Kamis, 27 September 2018.  TEMPO/Francisca Christy Rosana
material-symbols:fullscreenPerbesar
Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes, saat ditemui seusai diskusi Darurat Pemilu 2019 di Auditorium Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Tanah Abang, Jakarta Pusat, Kamis, 27 September 2018. TEMPO/Francisca Christy Rosana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes tidak mendukung pemilihan kepala daerah atau pilkada dikembalikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

Ia menjelaskan mekanisme pilkada dipilih langsung oleh rakyat justru melahirkan sejumlah hal positif.

Salah satunya, menurut Arya, 0pilkada langsung sekarang menjadi sumber rekrutmen politik untuk tingkat nasional.

Ia mencontohkan figur Joko Widodo atau Jokowi yang muncul dari pemilihan wali kota Solo bisa terus naik hingga menjadi Presiden Indonesia.

"Pak Jokowi misalnya. Dari Pilkada Solo, Jakarta, sampai jadi presiden. Lalu muncul inovator-inovator politik lokal seperti Pak Ridwan Kamil dan Bu Risma," katanya dalam diskusi "Ancaman Pilkada Tidak Langsung, Amandemen Konstitusi, dan Kembalinya Oligarki" di Hotel IBIS Tamarin, Jakarta, Ahad, 8 Desember 2019.

Selain itu, kata Arya, partisipasi pemilih dalam pilkada langsung cenderung meningkat. Pada Pilkada 2018 partisipasi pemilih mencapai 73 persen atau lebih tinggi daripada pemilihan presiden 2009 atau Pilpres 2014.

"Ada antusiasme publik. Kalau Pilkada langsung dihapuskan, maka sumber rekrutmen hilang," tuturnya.

Arya menjelaskan jika biaya yang tinggi menjadi alasan pemerintah melontarkan wacana Pilkada kembali ke DPRD maka argumennya amat lemah. Pasalnya yang salah satu yang menyebabkan biaya politik mahal adalah partai politik yang tidak transparan.

"Mahal karena memang yang menyumbangnya adalah proses pencalonan, di beberapa tempat belum transparan, masih ada mahar. Kalau partai mau membenahi dan lebih terbuka maka biaya di awal berkurang," ujarnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Ahmad Faiz

Ahmad Faiz

Alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bergabung dengan Tempo sejak 2015. Pernah ditempatkan di desk bisnis, politik, internasional, megapolitan, sekarang di hukum dan kriminalitas. Bagian The Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea 2023

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus