Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Koordinator juru bicara Badan Pemenangan Nasional kubu Prabowo - Sandiaga Uno, Dahnil Anzar Simanjuntak, mengungkapkan alasan capresnya meminta maaf soal ujaran tampang Boyolali dalam sebuah pidato kampanye di Boyolali pada 30 Oktober lalu. Menurut Dahnil, Prabowo ingin menunjukkan cara politik yang beradab.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Pak Prabowo berusaha memberi teladan terkait dengan adab tersebut,” ujar Dahnil kepada Tempo pada Rabu, 7 November 2018. Permintaan maaf Prabowo sebelumnya disampaikan melalui sebuah video berdurasi 2 menit yang disebarkan oleh Dahnil. Video tersebut turut diterima Tempo pada Rabu pagi.
Dalam tayangan tersebut, Prabowo menyampaikan permintaan maafnya di bagian akhir video. "Maksud saya tidak negatif. Tapi kalau tersinggung, ya saya minta maaf. Maksud saya tidak seperti itu,” ujar Prabowo. Sebelum ungkapan maaf terucap, Prabowo menyatakan alasannya telah melontarkan candaan yang membuat publik bereaksi.
Dahnil mengatakan, seusai pidato tampang Boyolali itu beredar, Prabowo mendapat serangan oleh sejumlah kelompok. Ujaran Prabowo yang diklaim bermaksud untuk keakraban dan guyonan tersebut pun diolah menjadi isu primordialisme.
Bahkan, sejumlah aparatur sipil negara (ASN) turut bereaksi. Dahnil mencontohkan keterlibatan Bupati Boyolali Seno Samodro. Orang nomor satu di Boyolali itu disebut turut menyeret isu dan mengerahkan ASN untuk berdemo. Bahkan, ujar Dahnil, Seno mengeluarkan makian yang dinilai tak pantas.
“Nah, cara-cara berpolitik seperti ini jauh dari keadaban, Pak Prabowo ingin menghentikan laku politik tuna-adab yang mereka tunjukkan itu,” tutur Dahnil.