Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sosial

Dari den bagus samijo ke maria

Peter j prenntholer sj, tahun 1929,tepat ulang tahun dogma vatikan ke 75, merubah tempat memuja dewi kantansari & den bagus samijo di sendangsono menjadi tempat untuk memuja & menghormati bunda maria

19 Juni 1971 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BAGAIMANA tjara merubah tahjul, barangkali pernah muntjul dikepala Pater J.Prennthaler SJ. Pada udjung tahun 1929, pater ini mendjadikan Sendangsono sebagai tempat ziarah untuk menghormat "Bunda Maria Terkandullg Tak Bernoda". Adapun Sendangsono adalah satu kompleks dimana terdapat mata-air dcngan nama tcrsebut, berdjarak 16 kilometer sebelah barat-daja Muntilan. Tak heran. Sendang atau mata-air itu sendiri memang sudah sedjak kuno di anggap keramat. Konon dahulu kala para biksu Budha jang mengadakan perdjalanan pulang-balik antara Borobudur dan Biara Kidul didesa Boro dengan meliwati perbukitan Menoreh biasa membelok kekiri dan mengaso di sendang ini. "Namun bagi penduduk setempat", demikian Broeder Mateus Tirtosumarto dari Pasturan Promasan berkisah, "sumber air itu sendiri tak ada hubungannja dengan agama Budha. Sebab mereka masih animistis kepertjajaannja" Den Bagus. Dan kepertjajaan jang animistis itu dibuktikan antara lain dengan anggapan, bahwa pada kedua pohon sono jang berdiri dikiri-kanan mata-air dikolam itu berdiam dua roh halus jang harus dihormati, dan jang biasa dimintai apa-apa oleh penduduk: Dewi Lantansari dan puteranja Den Bagus Samidjo. Anehnja sang dewi ini jang sebenarnja isteri dari seorang suami jang tinggal djauh di putjuk Gadjah Mungkur dan jang djelas sudah melahirkan putera tunggal itu. oleh penduduk dipanggil dengan sebutan Den Rara, pangilan perawan, dan bukan Den Adjeng atau Den Aju. Inilah satu tahjul jang -- minus perkara suami tepat sekali dengan kejakinan terutama agama-agama Kristen. "Agak lutju memang", kata pastor Paroki Promasan kepada koresponden TEMPO C. Junus Aditjondro. "Dulu disini dipudja Dewi Lantansari jang disapa sebagai anak perawan. Sekarang dihormati ibu Gusti Jesus, Perawan Maria Terkandung Tak Bernoda" . Tapi tiba-tiba disitulah terletak beda antara Maria dan Lantan-sari: Maria ini adalah dewi jang terkandung (batja: di bikin mengandung) tapi tidak bernoda. sedang jang kedua dibikin mengandung dan tentu sadja ada nodanja. Tak tahulah apakah noda ini noda pertjampuran suami-isteri -- seperti jang didjauhi para biarawan dan biarawati -- namun Maria jang terkandung itu sekarang memang benar terkandung dimulut sebuah gua terletak disendang itu, diantara kedua pohon jang dulu didiami sang Dewi dan puteranja. Dilihat sepintas lalu bagai patung Dewi Kemerdekaan dimulut pelabuhan New York (seandainja sang Perawan mengatjungkan tangall dan membawa obor, patung Maria dalam gua buatan jang konon didatangkan dari mantjanegara itu berdiri dalam sikap nudhra anjani dan membajangkan kembali peristiwa adjaib Penampakan Maria kepada Santa Bernadetta di Lourdes Perantjis, konon terdjadi pertengahan abad jang lalu. Karena itulah kalangan Katolik biasa menamai Sendangsono sebagai Lourdes Indonesia. Anak tiri. Tambahan lagi, pembanguuan Sendangsono sendiri dilakukan Pater Prennthaler tepat pada ulangtahun ke75 dogma Vatikan (8 Desember 184) jang meresmikan Maria sebagai Perawan jang terkandung dan sebagainja itu. Di berkati pada 8 Desember 1929, Sendangsono merupakan bukti utjapan terima kasih atas diperkenankannja ummat atolik dipulau Djawa hidup dan berkembang terus sampai sekarang. Sebab memang terdapat saat-saat dimana missi20Katolik Jang dibanding zending-zending Cristen njaris merupakan anak tiri pemerintah Hindia-Belanda, menghadapi saat-saat jang kritis. Itu terdjadi pada hari-hari pertama abad 20 ini. Ketika itulah tatkala pembesar-pembesar Katolik hampir sadja menutup projek pekabaran mereka, Tiba-tiba sebuah kegembiraan didapat oleh Pater F.van Lith SJ: didekat Sendangsono ia berhasil membaptis 173 orang dari desa Kalibawang dan dusun-dusun sekitar sumber -- jang selandjutnja di ikuti 300 warga lainnja. Sedjak waktu itu perkembangan djumlah umat Katholik meningkat setjara tetap. Tahun 1951 pada peringatan setengah abad penbaptisan di Sendangsono plus satu abad dogma Maria, dimana diadakan Mia Pon tifikal oleh Mgr. Alb. Soegiopranoto Sj dan dihadiri Mgr.Alibrandi Dubes Vatikan di Djakarta umat Katolik Kali bawang semuanja tertjatat 7.118 orang. Sedang pada 1967, satu tahun setelalah ribut-ribut perkara Gestapu, diseluruh Kalibawang terdapat 10 ribu umat Kato- lik atau separoh dari djumlah seluruh penduduk. Demikian taksiran Pater Miehel Sugito Pr pastor Paloki Pro Islam. Piknik. Sekarang Sendingsono sudah menjadi tempat ziarah. Disebelah sendang berdiri sebuah kapel, sebagai udjung djalan jang disebut dengan nama djalan Djerussalem: Via Dolorosa. Di mana terletak geredja paroki Promasan tiap 20 Mei dilakukan Prosesi Djalai Salib. Perajaan keagamaan djuga diselenggarakan pada 30 Mei dan bula Agustus, bulan-bulan Maria pada penanggalan Geredja Katolik. Akan tetapi tidak hanja pada waktu-waktu itu sadja tempat ini ramai dikundjungi. Pada hari-hari Minggu biasa para pengundjung kadang melimpah sampai kebukit-bukit disekitar-nja. Menurut taksiran pembantu TEMPO S.Sandjaja tidak kurang dari 100 kendaraan jang mengantarkan para peziarah dan mereka jang sekedar piknik. Apa jang mereka tjari'? Selain bisa menginap pada malam-malam minggu di tiga buah tempat penginapan ataupun diudara bebas ditepi sendang, orangpun bisa mengikuti kebaktian tiap Sabtu sore dan selain itu, bersi di didepan patung Sang Budha. Disinilah orang melepaskan kaul, nazar, ataupun memohon agar satu harapan terpenuhi: permintaan naik pangkat, lekas kawin, dapat kelapangan hidup, atau lulus udjian, sambil berebut-rebut mengambil air sendang dan membawanja. pulang kerumah. Betapapun, tahjul jang menghinggapi Sendangsono sudah berganti. Dewi Lantansari tak diingat lagi, sementara orang sekarang mengalihkan permohonannja kepada Perawan Maria Terkandung Tak Bernoda. Tentu sadja jang terachir itu bukan tahjul, setidaknja begitulah menurut orang Katolik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus