PEKAN ini bursa ketua umum PPP lebih penting daripada bursa apa pun, termsuk bursa saham perusahaan yang go public lihat saja. Di tengah ramainya muktamar, seorang peserta mendekati wartawan. "Dari daerah saya sudah dibisiki agar memilih Mahdi," katanya. Ada bisikan atau tidak, Mahdi, yang nama lengkapnya R M.O. Mahdi Tjokroaminoto, memang punya posisi kuat dalam nominasi Ketua Umum PPP, meski cucu tokoh pergerakan nasional H.O.S. Tjokroaminoto yang tak asing terhadap organi sasi politik itu memang belum seterkenal kakeknya yang kumisnya pun -- yang rapi melintang -- diingat orang. Mahdi suka membanggakan diri sebagai putra Lampung, karena memang lahir di wilayah ujung bawah. Sumatera itu, 26 November 1932. Pada usia tujuh tahun, Ia pindah ke Jakarta. Di Ibu Kota ia menyelesaikan HIS, SMP, serta SMA-nya. Ia pun sempat mengikuti program pendidikan manajemen perburuhan di Universitas Filipina, setahun. Setelah sempat bergabung dengan Tentara Pelajar, Mahdi masuk Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) yang belakangan ganti nama menjadi Sl. Di Syarikat ini ia pernah menjadi pemimpin cabang Tanah Tinggi, Jakarta. lalu wilayah kepemimpinannya meluas, sebagai ketua wilayah se-DKI Jakarta. Tak berhenti di situ, pada 1983 ia terpilih sebagai Ketua Umum Syarikat Islam Sebagai aktivis SI, wajar bila Mahdi juga aktif di PPP. Di arena yang terakhir ini pun ia tak sekadar pemain bawah. Mahdi tercatat pernah terpilih menjadi salah seorang ketua. Persisnya sebagai Ketua Bidang Perburuhan dan Kebudayaan. Kebudayaan waktu muda dulu saya sering tampil di RRI menyanyi," tutur Mahdi dengan suara empuknya. Tak cuma seni suara, ia pun suka main drama, dan sekali pernah berakting dalam film. Yakni film jauh di Mata. Sempat pula ia aktif di Badan Sensor Film, 1968-1971 Setelah penjelajahan di sejumlah sektor budaya itu, "saya memutuskan lebih berkonsentrasi pada bidang politik." langkahnya membawa dia masuk gedung di kawasan Senayan, menjadi anggota DPR di Komisi Satu Bidang Pertahanan Keamanan Tentang partainya, kata tokoh berjambul ini, seperti yang sering diucapkan nya, PPP membutuhkan pemimpin yang mendahulukan kepentingan orang banyak daripada kepentingan sendiri." Ada selentingan yang menyebutkan bahwa Mahdi telah meneken janji dengan Naro. Bila terpilih menjadi Ketua Umum PPP, Mahdi tak akan mengusik jabatan Naro sebagai Wakil Ketua DPR. Juga keanggotaan saudara-saudara Naro di DPR. "Semua itu bohong." kata Mahdi tegas, bukan menyanyi. Adapun Hartono Mardjono, 51 tahun, bertubuh kecil, seorang yang tenang, bahkan berkesan pendiam, tapi di-"tua"-kan kawan-kawannya di Muslimin Indonesia (MI). Mas Ton, begitu mereka yang akrab memanggilnya, asli Tegal, Jawa Barat. Ayah ibunya aktivis Muhammadiyah. Maka dalam usia lima tahun ia masuk Hizbul Wathan. pandunya Muhammadiyah. Seiring bertambahnya usia, ia lalu giat di organisasi Pemuda Muhammadiyah. Pelajar Islam Indonesia (PII), HMI Universitas Indonesia. Ia salah seorang pendiri Persami, Persatuan Sarjana Muslim Indonesia. Dari situlah ia sampai di kursi Ketua MI Jakarta. Ketua Dewan Pimpinan Wilayah PPP Jakarta -- waktu itulah PPP menang di Ibu Kota. Hartono bukan nama pertama yang dicalonkan partainya untuk masuk ke DPA, tapi dialah yang terpilih. Tak percuma, di DPA ia terpilih sebagai wakil ketua. Ia juga terpilih sebagai Wakil Ketua MPR. Sewaktu hendak menyelesaikan kasus pencalonan Naro sebagai wakil presiden dalam pemilu yang lalu, Fraksi Persatuan Pembangunan menoleh Hartono pula. Dialah yang menemani kawan sefraksinya itu menemui Presiden Soeharto. Secara tersamar, ia menyatakan akan mengusahakan Naro mundur dari pencalonan itu. Kini Hartono harus bertarung, antara lain, dengan Naro. Yang juga masuk gelanggang adalah Chalid Mawardi, 53 tahun, dari kubu NU. Pengalaman organisasi Chalid pun bejibun. Bersama Zamroni dan Mahbub Djunaidi, Chalid mendirikan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Kemudian, selama enam tahun ia menjadi Ketua Umum GP Anshor (1980-1986). Sedangkan di PPP, ia karatan menjadi wakil sekjen -- sebelas tahun. Dalam pengalaman orang Solo tamatan School of Journalism di University of Minnesota, AS, ini sulit ditandingi. Ia sudah duduk di DPR sejak 1960. Hingga 1987, Chalid adalah Duta Besar Indonesia di Irak. Sekarang ia aktif di BP7. Ia mengaku "tidak punya ambisi atau target," meski ia punya konsep tentang PPP. Ada pula yang seolah "fraksi utusan daerah". Dialah Karmani, 57 tahun. Ia ketu PPP Jawa Tengah satu-satunya Ketua DPW yang berani maju dalam bursa. "Secara bulat, utusan Jawa Tengah mencalonkan Pak Karmani," kata H. Malichan dari Kudus. Gubernur Ismail pun mengatakan, "Pak Karmani cocok menjadi ketua umum." Siapa tahu. Alumnus UGM 1961 ini sanat loyal pada partainya. Bayangkan, statusnya sebagai dosen Universitas Diponegoro selama 20 tahun ditanggalkannya begitu saja, demi partai. Menurut sumber TEMPO, begitu kondisi tak memungkinkan Karmani menang, pendukungnya akan memilih Chalid Mawardi, sesama NU. "Pokoknya, harus ada regenerasi dalam PPP," kata Karmani, yang gigih menentang Naro ini. Zaim Uchrowi, Rustam F Mandayun (Jakrta), Bandelan Amarudin (Yogya)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini