INILAH gaya anak muda. Suara meledak dan gegap-gempita menyambut pengumuman Widjanarko Poespoyo, 40 tahun, sebagai ketua umum Angkatan Muda Pembaruan Indonesia (AMPI). Namun, di sudut lain terdengar suara kecewa, "Huuuu...," yang tak kalah kerasnya. Suasana bertikai bukan cuma terjadi pada penutupan Munas III AMPI yang berakhir Sabtu lalu di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta. Widjan, panggilan akrab Widjanarko, sudah jauh hari mengincar kursi ketua. Kabarnya, ia sempat bertekad mundur dari AMPI bila tak terpilih. Widjan memang bukan muka baru. Dalam kepengurusan periode sebelumnya, ia menjadi sekjen. Ketua umum lama, H.R. Agung Laksono, pun berada di belakangnya. Nama sarjana ekonomi lulusan New York University ini memang bisa dijual. Di DPP Golkar, Widjan adalah Ketua Departemen Tani dan Nelayan. Namun, bukan berarti Widjan favorit. Ada tokoh lain yang dianggap lebih dekat dan punya dukungan peserta Munas. Yakni Indra Bambang Utoyo, 35 tahun, yang juga Ketua Umum FKPPI. Indra berada di kubu lawan Widjan. Persaingan kelompok Widjan dan Indra menjadi satu-satunya persoalan dalam Munas AMPI kali ini. Kekuatan Widjan terlihat jelas. Dewan Pembina, yang diketuai Ketua Umum DPP Golkar Wahono dan Agung Laksono, wakil pengurus lama, terang-terangan mendukungnya. Namun, Indra, yang baru dua minggu sebelumnya menyatakan "siap tempur pantang menyerah", memberikan perlawanan keras sampai Munas diperpanjang sehari. Apalagi mayoritas suara daerah nampaknya sudah "dipesan" untuk mendukungnya. Dari 29 suara yang diperebutkan untuk menentukan calon, 1 di antaranya buat Indra. Widjan hanya kebagian 11 suara. Tapi kemenangan ini bukan putusan akhir. Sebab, formatur yang menentukan. Perjuangan habis-habisan terlihat ketika mereka memperebutkan wakil dalam formatur. Dua dari lima anggota formatur, yakni Wahono dan Agung Laksono, jelas sudah di tangan Widjan. Tinggal tiga lagi -- wakil wilayah Indonesia Barat, Tengah, dan Timur -- yang harus diperebutkan. Kubu Indra dengan mudah memenangkan calon wilayah Barat setelah Anshori dari Sumatera Selatan terpilih. Di wilayah Tengah, wakil DKI Jakarta dan Kalimantan Selatan sama-sama ngotot. Agung Laksono lalu menyodorkan jalan keluar agar Dewan Pembina yang memutuskan. Kalimantan Selatan, yang memihak Widjan, akhirnya ditunjuk. Persaingan semakin tajam ketika Maluku, yang berada di pihak Indra, berhasil mengungguli Sulawesi Tengah lewat pemungutan suara. Hujan protes atas hasil voting itu pun turun. Wakil DKI menuntut agar pemilihan wakil Indonesia Tengah diulang dengan pemungutan suara pula. Agung pun berang. Tim formatur akhirnya memang memilih Widjan -- General Manager Divisi Kredit Koperasi/Kecil PT Bank Summa, dan direktur pembibitan ayam dan pabrik tepung ikan -- sebagai ketua umum. Para pendukung Indra kecewa. Tepat setelah pengumuman nama ketua umum, Hariadi -- Sekjen FKPPI -- beranjak maju dan meraih mikrofon. "Interupsi," teriaknya. Pimpinan Munas berusaha menghalangi. Tapi Hariadi terus berteriak, FKPPI mencabut rekomendasi yang diberikan pada dewan formatur. Juga tak mengizinkan anggota FKPPI duduk dalam kepengurusan AMPI kali ini. "AMPI tidak mengajarkan demokrasi," katanya pada TEMPO. H. Soesanto dari Pemuda Pancasila berbuat serupa. Indra sendiri akhirnya tampil mendinginkan suasana. "Sebagai kader Golkar, kita harus dapat menerima keputusan ini. Ada yang lebih berharga dari kekalahan ini, yakni persatuan," ujarnya sambil melambaikan tangan. Bambang Yoga Sugama, yang sedih atas kegagalan Indra, menitikkan air mata. Zaim Uchrowi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini