Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Desa Teladan, Tapi Terkucil

Desa Barae dinobatkan sebagai desa teladan di seluruh Sulawesi Selatan pada tahun 1976. Desa ini sampai saat ini merupakan desa yang terpencil dari kabupatennya sendiri. (ds)

10 Februari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TIGA tahun lalu desa ini dinobatkan sebagai desa teladan di seluruh Sulawesi Selatan. Agaknya ini sehubungan dengan dinyatakannya pendapatan per kapita penduduk di sana sebagai cukup tinggi, lebih dari Rp 79 ribu setahun. Yang menarik, sampai saat ini desa inilah satu-satunya di antara 34 desa di Kabupaten Sopeng yang terpencil dari ibukota kabupatennya sendiri. Tentunya pula dari ibukota propinsi, Ujung Indang. Untuk pergi ke ibukota kabupaten pertama-tama penduduk naik perahu jauh kira-kira 10 kilometer menuju Goarie. Dari desa terdekat itu barulah mereka bisa menempuh perjalanan darat, 25 kilometer. Barae termasuk Kecamatan Marioriwawo. Sebagian besar dari lebih 9000 penduduknya bertani. Memasarkan hasil pertaniannya ke ibukota kabupaten bukan saja dirasakan berat tetapi juga merugikan. Sebab ongkosnya mahal. Untuk mencapai Goarie saja setiap orang harus menyediakan Rp 1.000. Belum lagi ongkos dari Goarie ke tempat tujuan terakhir. Belum pula ongkos barang. Akhir 1950-an penduduk bergotong-royong membuat jalan darat ke desa Goarie. Bukan beraspal melainkan sekedar jalan setapak. Untuk ini pun usaha mereka cukup berat. Sebab perintang utama hubungan darat Barae-Goarie sebelumnya adalah gunung. Itulah sebabnya jalan setapak yang dibangun penduduk secara gotong royong berliku-liku dan turun naik bukit. Setelah jalan setapak terwujud penduduk menghubungi para pejabat tingkat kecamatan. Maksudnya agar jalan setapak yang sudah dibuka dikembangkan menjadi jalan lebar. Usaha itu tidak segera terdengar sampai kemudian muncul Bupati baru di Kabupaten Sopeng: H.A. Made Ali, 1964. Bupati inilah yang memulai mengusahakan pelebaran jalan setapak. Batu-batu gunung dipakai untuk pengerasannya. Bahkan sebagian gunung itu sendiri ditembus. Namun lagi-lagi cerita lama satu kerja pembangunan muncul: biaya seret. Belum sampai 3 kilometer, pengerjaan terhenti. Sungguhpun begitu penduduk Barae cukup lega. Setidaknya sepeda motor bisa melaju pergi pulang ke Goarie. Namun tuntutan mereka yang pokok adalah bagaimana caranya hasil pertanian mereka bisa lancar dipasarkan ke ibukota kabupaten. Artinya truk pun harus bisa lewat di jalan itu. Rencananya Selesai Pebruari Ini Penduduk pun terus mendesak kepada pejabat di kabupaten agar dicarikan dana untuk pengembangan jalan itu selanjutnya. Tahun lalu keluarlah dana Inpres sebesar Rp 58 juta lebih. Dengan biaya sejumlah itu jalan darat Barae-Goarie yang panjangnya cuma 8 Km direncanakan selesai akhir Pebruari ini. Namun sampai pertengahan Januari kemarin, setelah 8 bulan CV Colli melaksanakan pembangunannya, ternyata baru separuh pekerjaan yang rampung. Penduduk pun bertanya-tanya mungkinkah mereka bisa mengharap adanya truk yang mengangkut hasil pertanian mereka bulan depan nanti. Pertanyaan tetap menjadi pertanyaan. Sebab CV Colli seperti dikatakan Nurhasan, salah seorang petugasnya, bukan tidak mengakui pekerjaannya terlambat. Tapi alasannya katanya ada. Hujan yang gencar bulan-bulan terakhir ditudingnya sebagai penghambat. Bukan itu saja. "Harga bahan bangunan pun belakangan ini tidak menentu," kata Nurhasan lagi. "Lihat saja, banyak pemborong di daerah ini belakangan ini menahan diri mengikuti sesuatu tender pekerjaan." Denda Rp 50 Ribu Sehari Sungguhpun begitu Bupati Made banyak memberi harapan kepada penduduk. "Jalan ini harus selesai. Saya tidak mau ada desa di daerah ini yang tidak bisa ditembus dengan jalan darat," ucap Made. Caranya? "Pemborong yang main-main akan saya tindak. Saya kenakan denda Rp 50 ribu sehari," Made berkata keras. Itu katanya memang sudah merupakan perjanjian antara pemerintah daerah dengan pemborong sebelum CV Colli. Sebelum CV terakhir itu, memang sudah pula ada pemborong lain yang mengerjakan jalan Barae-Goarie tadi. Dan gagal. Sejumlah dana ekstra pun masuk ke kas daerah. Pungutan denda dari pemborong yang gagal tadi. Belum diketahui apakah CV Colli akan menambah pemasukan uang pula bagi kas daerah. Yang past R Made Ali sendiri bersikeras untuk menyelesaikan jalan tersebut tahun ini. Agustus nanti ia akan harus menyerahkan jabatannya kepada orang lain setelah 14 tahun ia menggumulinya. Seperti dikatakannya sendiri kepada TEMPO: "Jalan itu salah satu target saya, harus selesai sebelum saya berhenti."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus