TIGA tahun lalu desa ini dinobatkan sebagai desa teladan di
seluruh Sulawesi Selatan. Agaknya ini sehubungan dengan
dinyatakannya pendapatan per kapita penduduk di sana sebagai
cukup tinggi, lebih dari Rp 79 ribu setahun. Yang menarik,
sampai saat ini desa inilah satu-satunya di antara 34 desa di
Kabupaten Sopeng yang terpencil dari ibukota kabupatennya
sendiri. Tentunya pula dari ibukota propinsi, Ujung Indang.
Untuk pergi ke ibukota kabupaten pertama-tama penduduk naik
perahu jauh kira-kira 10 kilometer menuju Goarie. Dari desa
terdekat itu barulah mereka bisa menempuh perjalanan darat, 25
kilometer.
Barae termasuk Kecamatan Marioriwawo. Sebagian besar dari lebih
9000 penduduknya bertani. Memasarkan hasil pertaniannya ke
ibukota kabupaten bukan saja dirasakan berat tetapi juga
merugikan. Sebab ongkosnya mahal. Untuk mencapai Goarie saja
setiap orang harus menyediakan Rp 1.000. Belum lagi ongkos dari
Goarie ke tempat tujuan terakhir. Belum pula ongkos barang.
Akhir 1950-an penduduk bergotong-royong membuat jalan darat ke
desa Goarie. Bukan beraspal melainkan sekedar jalan setapak.
Untuk ini pun usaha mereka cukup berat. Sebab perintang utama
hubungan darat Barae-Goarie sebelumnya adalah gunung. Itulah
sebabnya jalan setapak yang dibangun penduduk secara gotong
royong berliku-liku dan turun naik bukit.
Setelah jalan setapak terwujud penduduk menghubungi para pejabat
tingkat kecamatan. Maksudnya agar jalan setapak yang sudah
dibuka dikembangkan menjadi jalan lebar. Usaha itu tidak segera
terdengar sampai kemudian muncul Bupati baru di Kabupaten
Sopeng: H.A. Made Ali, 1964.
Bupati inilah yang memulai mengusahakan pelebaran jalan setapak.
Batu-batu gunung dipakai untuk pengerasannya. Bahkan sebagian
gunung itu sendiri ditembus. Namun lagi-lagi cerita lama satu
kerja pembangunan muncul: biaya seret. Belum sampai 3 kilometer,
pengerjaan terhenti.
Sungguhpun begitu penduduk Barae cukup lega. Setidaknya sepeda
motor bisa melaju pergi pulang ke Goarie. Namun tuntutan mereka
yang pokok adalah bagaimana caranya hasil pertanian mereka bisa
lancar dipasarkan ke ibukota kabupaten. Artinya truk pun harus
bisa lewat di jalan itu.
Rencananya Selesai Pebruari Ini
Penduduk pun terus mendesak kepada pejabat di kabupaten agar
dicarikan dana untuk pengembangan jalan itu selanjutnya. Tahun
lalu keluarlah dana Inpres sebesar Rp 58 juta lebih.
Dengan biaya sejumlah itu jalan darat Barae-Goarie yang
panjangnya cuma 8 Km direncanakan selesai akhir Pebruari ini.
Namun sampai pertengahan Januari kemarin, setelah 8 bulan CV
Colli melaksanakan pembangunannya, ternyata baru separuh
pekerjaan yang rampung. Penduduk pun bertanya-tanya mungkinkah
mereka bisa mengharap adanya truk yang mengangkut hasil
pertanian mereka bulan depan nanti.
Pertanyaan tetap menjadi pertanyaan. Sebab CV Colli seperti
dikatakan Nurhasan, salah seorang petugasnya, bukan tidak
mengakui pekerjaannya terlambat. Tapi alasannya katanya ada.
Hujan yang gencar bulan-bulan terakhir ditudingnya sebagai
penghambat.
Bukan itu saja. "Harga bahan bangunan pun belakangan ini tidak
menentu," kata Nurhasan lagi. "Lihat saja, banyak pemborong di
daerah ini belakangan ini menahan diri mengikuti sesuatu tender
pekerjaan."
Denda Rp 50 Ribu Sehari
Sungguhpun begitu Bupati Made banyak memberi harapan kepada
penduduk. "Jalan ini harus selesai. Saya tidak mau ada desa di
daerah ini yang tidak bisa ditembus dengan jalan darat," ucap
Made.
Caranya? "Pemborong yang main-main akan saya tindak. Saya
kenakan denda Rp 50 ribu sehari," Made berkata keras. Itu
katanya memang sudah merupakan perjanjian antara pemerintah
daerah dengan pemborong sebelum CV Colli.
Sebelum CV terakhir itu, memang sudah pula ada pemborong lain
yang mengerjakan jalan Barae-Goarie tadi. Dan gagal. Sejumlah
dana ekstra pun masuk ke kas daerah. Pungutan denda dari
pemborong yang gagal tadi.
Belum diketahui apakah CV Colli akan menambah pemasukan uang
pula bagi kas daerah. Yang past R Made Ali sendiri bersikeras
untuk menyelesaikan jalan tersebut tahun ini. Agustus nanti ia
akan harus menyerahkan jabatannya kepada orang lain setelah 14
tahun ia menggumulinya. Seperti dikatakannya sendiri kepada
TEMPO: "Jalan itu salah satu target saya, harus selesai sebelum
saya berhenti."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini