RUMAH megah di Jalan Terusan Hang Lekir, Simprug, Jakarta
Selatan, itu telah empat bulan kosong. Tiga buah sedan Mercy
Tiger tampak terparkir kaku di garasi. Sepi. Tak kelihatan ada
tamu yang biasanya harus melepas andal atau sepatu jika masuk
ke rumah itu. "Di sini hanya ada saya," ujar seorang pembantu.
Sang pemilik rumah, Jos Soetomo, direktur utama Sumber Mas
Group, tengah diperiksa Kejaksaan Agung. Jaksa Agung Ismail
Saleh mengungkapkan pekan lalu, Jos saat ini sedang diperiksa
oleh suatu tim khusus Kejaksaan Agung karena diduga terlibat
dalam penggelapan pajak dan pabean sebesar beberapa milyar
rupiah. Ismail Saleh membantah kabar bahwa Jos telah melarikan
diri ke luar negeri. "Kasusnya terjadi di Kalimantan Timur,
tetapi yang bersangkutan diperiksa di Jakarta," kata Jaksa Agung
pekan lalu.
Desas-desus Jos kabur ke luar negeri memang beredar beberapa
bulan terakhir ini. Isu itu dikaitkan dengan kehadiran Ny. Jos
Soetomo yang kini tinggal di Hong Kong, sementara semua anaknya
bersekolah di Singapura. Terakhir Jos muncul di depan umum di
Samarinda, 20 Juni lalu, dalam acara serah terima Gubernur
Kalimantan Timur dari Ery Supardjan kepada Soewandi. "Dia tampak
loyo dan kurus," ujar H. Syarkawi Basri, anggota DPR asal
Kal-Tim yang hadir dalam acara tersebut.
Jos, 38 tahun, dikenal sebagai pengusaha besar dan dermawan yang
namanya meroket beberapa tahun terakhir ini. Kelompok Sumber Mas
yang dipimpinnya, meliputi enam perusahaan. Tiga di antaranya di
Kal-Tim: Meranti Sakti Indah Plywood, Sumber Mas Timber dan
Meranti Sakti Timber. Tiga yang lain juga bergerak di bidang
perkayuan: Sumber Mas Indah Plywood, Kayan River Timber Product
dan Kayan River Indah Plywood.
Tidak mengherankan bila banyak yang menyebut Jos "Raja Kayu".
Jumlah karyawan di berbagai perusahaannya itu lebih dari 12
ribu. Tahun lalu produksi kayu lapisnya 1,5 juta lembar per
bulan. Dalam suatu wawancara dengan TEMPO beberapa waktu lalu,
Jos menyebutkan modal yang ditanam dalam bisnisnya sebesar US$
65 juta alias sekitar Rp 65 milyar dengan keuntungan setahunnya
US$ 8 juta atau sekitar Rp 8 milyar.
Bagaimana lika-liku manipulasi pajak dan pabean yang dilakukan
Jos belum secara jelas terungkap. Menurut Sinar Harapan pekan
lalu, tunggakan pajak Kelompok Sumber Mas pada pemerintah daerah
Kal-Tim meliputi Rp 3,9 milyar. Kabarnya ada tagihan pajak yang
telah berumur 11 tahun namun tetap sulit ditagih, karena
"hubungan dekat Jos dengan gubernur Kal-Tim yang lama." Menurut
Gubernur Kal-Tim Soewandi, baru setelah diperiksa Kejaksaan
Agung, Jos bersedia mengangsur tunggakan pajak itu sebesar Rp
100 juta setiap bulan, hingga ia menilai Jos punya "iktikad
kurang baik".
Pajak yang ditunggak Sumber Mas kabarnya berupa iuran hasil
hutan (IHH) dan iuran pengusahaan hasil hutan (IPHH) serta iuran
pentapatan daerah (Ipeda). Selain itu pajak ratusan kendaraan
milik perusahaan itu belum dibayar. Sumber Mas dikabarkan juga
mengoperasikan dua buah kapal ponton di Tarakan tanpa dokumen
yang sah.
Surono, direktur Penyidikan Bidang Operasi Kejaksaan Agung yang
memimpin tim khusus guna memeriksa Jos, pada TEMPO pekan lalu
mengatakan, Jos memang diperiksa, tidak ditahan. Maka "demi
kelancaran pemeriksaan ia dilarang pergi ke luar negeri."
Diharapkan pemeriksaan terhadapnya akan usai setelah Lebaran.
Menurut Jaksa Agung Ismail Saleh, bila data kasus Jos telah
lengkap, akan dilanjutkan dengan pemberkasan perkaranya ke
pengadilan.
Jos lahir pada 1945 dengan nama Kang King Tek di Senyiur, Muaran
Calong, Kal-Tim. Orangtuanya berasal dari Hokian RRC. Pada 1961,
pemuda Kang merantau ke Surabaya. "Bekerja sebagai kuli dan apa
saja," katanya dalam suatu wawancara dengan TEMPO. Sejak usia 16
tahun itulah dia mengaku menyadari tentang hidup. Ia kembali ke
Samarinda pada 1965.
Tahun 1966, Kang dengan modal Rp 300 ribu, meneruskan usaha
ayahnya sebagai anemer kayu. Ternyata ia berhasil, terutama di
bidang penebangan kayu. Lalu dibentuknya PT Sumber Mas yang
kemudian makin mekar.
Pada 1972 Kang, yang semula beragama Budha, menyatakan diri
masuk Islam bersama keluarganya, dan mengganti namanya menjadi
Mohammad Jos Soetomo -- dirangkainya dari tiga nama: Nabi
Muhammad, Jos Soedarso dan Bung Tomo. "Saya mengagumi
orang-orang itu," ujarnya.
Jos dikenal sebagai sosiawan besar dan hidup saleh. Sebuah
masjid megah di Simprug yang menelan biaya Rp 175 juta
dibangunnya bersama pengusaha Probosutedjo dan Sudwikatmono.
Jos, yang menjabat penasihat Kadin Kal-Tim dan penasihat AMPI
Kal-Tim, juga telah membangun 26 masjid di Kal-Tim, serta sebuah
sekolah yang konon bernilai Rp 2,5 milyar. Jos mengaku 30 persen
penghasilannya digunakan untuk usaha sosial. "Harta itu tidak
abadi, hanya titipan yang suatu saat bisa dicabut Tuhan. Karena
itu harus diarahkan penggunaannya untuk kebaikan," katanya.
Banyak kenalan Jos yang tidak percaya pengusaha ini melakukan
manipulasi dengan sengaja. "Melihat kedermawanannya rasanya
mustahil jika ia tak mampu membayar pajak yang lebih kecil
jumlahnya dibanding uang yang didermakannya untuk tujuan
sosial," kata Syarkawi Basri. Ia menganggap para direktur Sumber
Mas yang lain perlu juga diperiksa, agar kasus ini bisa tuntas
terungkap.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini