PENELEPON gelap muncul di Yogya. Ini terjadi Sabtu siang 3 November lalu, seakan meniru apa yang terjadi di Pasaraya Sarinah Jaya, Jakarta, sebelum terbakar. "Penelepon gelap itu mengancam akan meledakkan toko Gardena," ujar Letkol Tuswandi, komandan Kodim 0734 Yogya. Gardena, toko serba ada (toserba) berlantai empat, merupakan toko terbesar dan terlaris di Jalan Solo, Yogya. Jumat dinihari, sebelum terjadi telepon gelap itu, petugas keamanan bioskop Mataram, Yogya, telah menemukan sebuah "bom molotov". Sekitar pukul 2.15 dinihari itu, petugas keamanan dikejutkan oleh teriakan dua orang pemuda yang sedang naik becak, yang memberitahu ada api menyala di bak sampah. "Hanya dua menit api itu bisa kami padamkan," kata Benny, anggota Hansip yang bertugas di Mataram Theatre. "Tapi sekitar 20 cm dari bak sampah itu, kami menemukan sebuah botol berisi bensin yang disumbat dengan kain," tambahnya. "Bom molotov" itu tergeletak tepat di kaki baliho film Pengkhianatan G-30-S/PKI. Gambar berukuran 11 X 5 m yang menggambarkan 7 pahlawan revolusi yang gugur akibat kekejaman PKI itu terletak di tepi Jalan Sutomo, sekitar 75 meter dari gedung bioskop milik Yayasan Rumpun Diponegoro. "Letak api itu terlalu jauh dari gedung bioskop," ujar Yuniarto, pengelola harian Mataram Theatre, "sehingga kecil kemungkinan ada maksud membakar gedung." Yang paling masuk akal, katanya, ada usaha membakar baliho itu. Yang jelas, setelah beberapa "kejadian" di Jakarta, ada beberapa peristiwa yang akhir-akhir ini secara beruntun terjadi di Yogya. Tiga perempat jam setelah "bom molotov" ditemukan di Mataram Theatre itu, Jumat subuh sekitar pukul 5.30, tiba-tiba api mulai menjilat Toserba Liberty. Toko berlantai lima di Jalan Malioboro 13 itu, Kamis siang I November, baru saja diresmikan penggunaannya. Berkat kerja keras empat unit mobil dari Dinas Kebakaran Yogya, serta satu unit masing-masing dari Universitas Gadjah Mada dan Lanuma Adisutjipto, hanya dalam dua jam api dapat dipadamkan. Maka, dari luas gedung 900 m2, hanya 12 persen saja yang terbakar. Yakni, tiga buah gudang total seluas 108 m2, yang terletak di lantai pertama sampai lantai tiga di bagian barat gedung. "Itu hanya gudang-gudang kecil, tempat barang-barang yang belum selesai diberi label harga," kata Tanto Rahardjo. "Yang terbakar umumnya barang kelontong, dan saya rugi sekitar Rp 10 juta," tambah Tanto. Tanto Rahardjo, alias Tan Seng Ngok, selain pemilik toko Liberty, juga yang empunya toko terkenal Samijaya di Jalan Malioboro, serta toko Metro Jaya, di Jalan Solo. Ia merupakan pengusaha toko yang kuat di Yogya. Semula diduga, kebakaran itu akibat korsluiting listrik dari sentral alat pendingin (AC). Tapi setelah kebakaran dapat dipadamkan, "instalasi listrik maupun AC tetap baik," kata Ipung, salah seorang anak Tanto Rahardjo. "Apa penyebab kebakaran itu masih diteliti," kata Mayor R. Haryanto, wakapolresta Yogya. Tapi Sukidjan, penjaga malam Liberty, mendengar adanya ledakan sebelum kebakaran terjadi. Dan malam seusai peresmian toko itu, Ny. Tanto melihat seorang lelaki tak dikenal yang berputar-putar di lantai dua. Padahal, dari lantai dua inilah api itu bermula. Sehingga, ada yang menduga, jangan-iangan, lelaki berbadan kekar itu yang menempatkan sebuah bom waktu yang diatur meledak subuh. Kemungkinan itu belum tentu benar. Tapi 23 Oktober silam, Kodim menemukan 40 butir peluru dan sebuah granat di dekat rel kereta api di sebelah barat stasiun Tugu, Yogya. Bersamaan dengan itu, ditemukan pula selebaran yang berisi tulisan "Teruskan Perjuanganmu". Di bagian bawah, tertulis pula "Jakarta Utara", yang seperti mengaitkan peluru dan granat itu dengan Peristiwa Tanjung Priok yang berlokasi di Jakarta Utara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini