Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Kunjungan kiai bersandal kulit

Kiai As'ad Syamsul Arifin, 87, berkunjung ke Jakarta, menemui Pangab & beberapa menteri untuk melancarkan muktamar NU Y.A.D. beliau melarang soal hubungan NU & PPP dan kekuatan politik lain dimasukkan.

10 November 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LAGI-LAGI Kiai As'ad Syamsul Arifin membuktikan betapa besar wibawanya. Pekan lalu, pimpinan pesantren Salafiyah Syafiiyah Asembagus, Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur, itu mengunjungi Jakarta. Dalam dua hari kunjungannya, ia berturut-turut menemui Menteri Agama, Menko Kesra, Menteri Tenaga Kerja, Menko Polkam, Pangab, dan Menteri Dalam Negeri. Sesepuh NU yang berusia 87 tahun itu bahkan maslh sempat memberi pengarahan pada sejumlah anggota PB NU dan panitia muktamar NU. Seperti biasa, Kiai As'ad tetap muncul dengan pakaian yang menjadi ciri khasnya: sarung dengan baju putih panjang yang merangkapi kaus oblong, berkopiah putih dengan serban warna kuning dadar, dan tentu saja juga sandal kulit. Dengan pakaian yang sama beberapa pekan lalu Kiai As'ad menemui Presiden Soeharto di kediaman Kepala Negara di Jalan Cendana, Jakarta Pusat. Kunjungannya ke Jakarta pekan lalu tampaknya bertujuan sama. "Saya datang untuk silaturahmi, melanjutkan silaturahmi dengan Presiden Soeharto guna melancarkan muktamar NU yang akan datang," tutur Kiai As'ad Minggu pekan lalu pada Ibrahim Husni dari TEMPO. Muktamar NU, menurut rencana, diselenggarakan 8-12 Desember mendatang di pesantren yang dipimpin Kiai As'ad. "Saya datang bersilaturahmi sebagai orang yang ketempatan. Saya melapor, dan mengundang para menteri itu, dan juga meminta bantuan kelancaran transportasi bagi urusan dari luar Jawa yang kesulitan ongkos," cerita Kiai As'ad. Menurut sebuah sumber, Kiai As'ad meminta Pangab dan Mendagri membantu kelancaran muktamar, khususnya pengamanan peserta daerah. Kabarnya, Kiai As'ad tidak ingin kasus muktamar NU di Semarang pada 1979 terulang. Waktu itu terdapat sejumlah utusan dari cabang yang tidak resmi. Malah ada cabang di luar Jawa yang diwakili orang yang berdomisili di Jawa. Kiai As'ad meninginkan peserta yang hadir dalam muktamar Situbondo nanti benar-benar dari cabang yang memiliki surat kcputusan dari PB NU. Pangab Jenderal L.B. Moerdani dan Mendagri Soepardjo Roestam kabarnya menyambut baik harapan Kiai As'ad ini. Persiapan muktamar sendiri tampaknya lancar. Menurut ketua panitia lokal di Sukorejo, Zohrawi Musa, biaya untuk konsumsi dan beberapa fasilitas lain sekitar Rp 85 juta. Biaya itu belum termasuk berbagai persiapan yang dilakukan Kiai As'ad dalam pondok. Misalnya pembangunan 50 kamar mandi dan WC dan penambahan ruangan untuk sidang. Untuk konsumsi peserta yang ditaksir berjumlah 5.000 orang, panitia kini telah menerima sumbangan 12 ekor sapi, 100 ekor kambing, dan 15 ton beras. Dalam pengarahannya pada sejumlah panitia muktamar di Jakarta, Kiai As'ad menyebut "muktamar mendatang merupakan muktamar luar biasa". Alasannya, antara lain, NU bukan lagi organisasi politik. "Sehingga nanti tidak ada pertanggungjawaban ketua umum," kata sebuah sumber. Dengan cara ini akan bisa dihilangkan rasa tidak enak, sebab masalah ketuaumum NU ini memang merepotkan, setelah Idham Chalid dua tahun lalu mengundurkan diri sebagai ketua umum PB Tanfiziah NU, lalu mencabut kembali keputusannya itu. Agaknya, untuk mencegah kemelut, Kiai As'ad sudah melarang soal hubungan NU dengan PPP dan kekuatan politik lain dimasukkan dalam agenda muktamar. "Nanti saja kalau dekat pemilu dibicarakan. Yang perlu dibicarakan dalam muktamar nanti: bagaimana mempersiapkan masa depan NU secara konsepsional," kata Kiai As'ad.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus