DUNIA dalam Berita TVRI masih berlangsung, ketika terdengar ledakan. Maka, kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, bak diguncang gempa besar. Seperti tak bisa dipercaya, gudang peluru milik Marinir Angkatan Laut di pinggir Jalan Cilandak KKO meledak, Senin malam pekan ini ketika penyiar TV, Idrus dan Pungky Runkat masih menyiarkan peristiwa-peristiwa dunia. Menurut informasi yang diperoleh TEMPO, di kompleks Marinir itu ada enam gudang peluru. Koleksinya, jangan ditanya. Berjenis-jemis bom, peluru, ranjau, granat. Misalnya, ada sejumlah ranjau untuk tank. Lalu peluru-peluru roket berjarak tembak 15 km. Bila peluru ini meledak, menurut sumber TEMPO, seorang anak yang berada 100 meter dari ledakan akan muntah darah jantungnya tergetar. Kemudian ada howitzer 140 mm, ada peluru-peluru meriam antitank. Juga di situ disimpan bahan peledak TNT dalam pak-pak lima pon. "Pokoknya, peluru-peluru dalam gudang itu setidaknya sebesar ini," kata seorang anggota Marinir yang baru saja mengungsikan keluarganya ke kawasan Pasar Minggu, sekitar 4 km dari pusat ledakan, sambil menangkupkan kesepuluh jari tangannya ke paha. Memang, musibah ini tak sedahsyat film The Day After, tentang ledakan bom nuklir. Tapi dalam radius 2 km dari gudang yang meledak, kaca-kaca rumah habis rontok. Rumah Sakit Fatmawati, sekitar 2,5 km dari pusat bencana, panik. Tak hanya kaca jendela kamar-kamar pecah, langit-langit eternit banyak yang copot, lampu lampu neon jatuh pecah. Tak lama setelah terdengar ledakan pertama sebuah peluru nyasar ke bangunan rumah sakit bagian belakang. Peluru tak meledak, tapi terjadi kebakaran kecil yang bisa dipadamkan. Tak ada korban. Tapi peluru nyasar justru menyelamatkan penghuni RS Fatmawati. Menurut seorang suster, ledakan pertama terdengar sekitar pukul 20.00. Tapi belum besar, mirip ledakan mercon bila orang Betawi punya hajat. Kemudian disusul ledakan-ledakan yang makin keras. Lalu ada instruksi agar para suster menenangkan pasien. Seluruh penghuni rumah sakit itu pun lalu berdoa. Tapi setelah ada peluru nyasar dan terjadi kebakaran itu, kepanikan tak bisa dibendung. Apalagi setelah ledakan terdengar makin seru, dan bangunan rumah sakit terasa tergetar, pengungsian pun segera dilakukan. Sekitar 370 pasien diungsikan ke berbagai tempat: RS Pertamina, RS Yayasan Jakarta, ke Apotek Retno, Gereja HKBP, Balai Rakyat masjid - yang berlokasi agak jauh dari gudang mesiu itu. Sekitar pukul 00.30, Selasa, pengungsian usai. Di halaman RS Fatmawati masih tampak berceceran ranjang-ranjang pasien. Sejumlah petugas keamanan berjaga-jaga. Dua pasien meninggal. "Mungkin kena serangan jantung," ujar seorang suster. Dankarena panik 35 bayi dapat diungsikan, tapi tanda pengenal bayi tak sempat dipasang. "Wah, bisa tertukar orangtua bayi-bayi itu nanti," kata seorang perawat tak berdaya. Untunglah, setelah semua pasien diungsikan, baru sebuah peluru menghajar Asrama Putri II. Peluru itu menembus tembok, tembok pun hancur. Sebuah pesawat televisi masih tampak utuh terjepit reruntuhan tembok. Dan penduduk? Mirip di zaman perang, di tengah bunyi ledakan-ledakan, di tengah desing peluru, penduduk kawasan Cilandak mencoba mengungsi menjauhi sumber bencana. Di sisi timur, penduduk lari ke arah Pasar Minggu. Dibuka pos darurat: di Stasiun Pasar Mingu, di masjid sekitar kawasan itu, di sebuah SD di utara pertigaan Jalan Pasar Minggu dan Kalibata. Di Jalan Warung Buncit, rombongan pengungsi, anak-anak, orang tua, berjalan bergegas muncul dari jalur jalan menuju selatan di perempatan Warung Buncit dan Duren Tiga. Bahkan di daerah Condet, yang terpisah oleh Sungai Ciliwung dari kawasan Pasar Minggu, banyak penduduk yang mengungsi. Peluru ternyata nyasar sampai ke Condet, sekitar 7 km dari Cilandak. "Kayak ada gunung meletus, jalanan penuh orang mengungsi," kata seorang anggota Hansip dari Kelurahan Bale Kambang, Condet. Para pengungsi banyak memenuhi masjid. Di Jalan Panglima Polim sampai ke Jalan Thamrin, mobil-mobil melaju dari selatan. Tampaknya, mobil para pengungsi - hampir tiap mobil penuh penumpang. Dan bau mesiu samar-samar masih tercium dari depan Hotel Indonesia. Di Kompleks Marinir AL, Cilandak, itu sendiri, menurut beberapa sumber yang dihubungi TEMPO, suasana bak medan perang. Sekitar pukul 21.30 empat mobil pemadam kebakaran sudah berada di lokasi gudang peluru. "Tapi begitu kami akan meyemprotkan air ke arah kebakaran," tutur Sanwani, 29, salah seorang petugas pemadam kebakaran, "Terdengar rentetan letusan seperti senapan mesin." Maka, semua orang di lingungan itu berhamburan. Juga para anggota Marinir (di kompleks itu ditempatkan enam batalyon), yang pada saat itu sudah berpakaian lengkap, beransel, dan bersenjata, ikut menghambur. Mungkin mereka sebenarnya sedang bersiap untuk latihan. Dua hari sebelum terjadi bencana, di kompleks itu memang ada latihan. Mobil-mobil pemadam kebakaran langsung berbalik arah, menjauhi tempat kebakaran. "Tapi sebuah mobil kami tertinggal, karena semua panik," kata Sanwani. Sementara itu, para Marinir menyelamatkan tank dan panser. Kendaraan perang itu menjauhi tempat kebakaran, masing-masing memilih jalan sendiri. Di tengah jalan kendaraan itu sempat memunguti para pengungsi pejalan kaki. Dari laporan radio 2 meter pada gelombang 144.810 KH diketahui bahwa Pangab Jenderal L.B. Moerdani, Pangdam V Jaya Mayor Jenderal Try Sutrisno, Kapolri Jenderal Anton Sudjarwo, dan Kapolda Metro Jaya Mayjen Soedarmadji meninjau langsung ke sekitar lokasi. Hingga pukul 10 Selasa pagi, jumlah korban belum diketahui. Tapi wartawan TEMPO sempat melihat sebuah roket antitank menghantam pohon di Gang Haji Ipin, Cilandak, dan memantul menghantam rumah. Seorang kakek, seorang wanita, dan empat anak-anak dan remaja langsung tewas. Kepala terlepas, kaki terpotong, tanga hancur. Konon, keenam orang itu berlindung di rumah itu mengungsi. Di RS Pertamina tercatat korban luka-luka dan dua orang mati. Di RSCM 11 luka-luka enam meninggal. Salah seorang korban tercatat sebagai staf Sekjen Departemen Pertanian bernama Muchlis Darisan. Muchlis, dan sejumlah karyawan Deptan, sedianya akan mengikuti Penataran Informasi Data sampai Rabu pekan ini di Wisma Tani Pasar Mimggu. Dan menurut laporan yang diterima di Pusat Komando dan Pengendalian Operasional Polda Metro Jaya, sebuah peluru roket jatuh di Curuk, Tangerang. Dua orang dikabarkan tewas. Di Pusat ini petugas operator tampak sangat sibuk menerima laporan telepon. Dilaporkan, sebuah peluru roket pun jatuh di kawasan Perumnas Depok I. Tak jelas jatuh korban atau tidak. Diterima pula laporan, di dirumah Tony Koeswoyo salah seorang dari Koes Plus, sebuah kepala peluru menembus garasi mobil. Bahkan persis di belakang gedung yang sehari-hari untuk melayani STNK, di Polda Metro Jaya, sebuah peluru roket amblas ke dalam tanah, kira-kira pukul 23.00. Ini bukan ledakan pertama kali yang pernah terjadi. Juli lalu, di gudang peluru Marinir AL ini juga terjadi kecelakaan. Tapi waktu itu ledakan tak begitu besar. "Saat itu yang meledak hanyalah gudang peluru bekas," kata Gubernur Soeprapto, yang juga memnjau ke Cilandak. Menurut Sulaeman, seorang sopir taksi yang suka mangkal di Cilandak, ledakan Juli hanya berlangsung sekitar dua jam, lalu aman. Ada informasi, konon peluru-peluru di gudang itu disimpan dengan ujungnya mengarah ke timur. Artinya, bila peluru itu meluncur, kebanyakan akan terbang ke arah Pasar Minggu. Ada benarnya, frekuensi peluru yang mendesing ke arah timur, menurut wartawan TEMPO yang mereportase musibah ini memang terasa lebih banyak. Di Kelurahan Bale Kambang, Condet, sebuah kepala peluru menghunjam ke halaman rumah penduduk di tebing Sungai Ciliwung. Yang bikin panik, ketika kepala peluru pun jatuh di daerah yang lebih jauh, di kompleks perumahan Kopassandha, Cijantung I dan II. Soalnya, di antara dua kompleks ini pun ada gudang peluru. Seandainya sebuah kepala peluru nyasar menghantam gudang, kemungkinan besar gudang itu pun akan meledak. Untunglah, lima kepala peluru yang jatuh di sekitar kompleks, menurut wartawan TEMPO yang kebetulan berada di situ, tak menghantam gudang. Tapi seorang penduduk, kabarnya tewas kena peluru nyasar. Tapi sebagian besar penghuni kompleks sempat mengungsikan diri. Baru menjelang pagi mereka kembali. Sebenarnya, gudang itu sudah tak lagi memenuhi persyaratan lokasi. Sebelum kawasan Cilandak dijadikan permukiman, lokasi gudang itu memang berada di luar kota. Tapi kini, ketika di Pondok Labu, misalnya, dibangun perumahan karyawan Direktorat Pembangunan Masyarakat Desa, dan sejumlah kompleks permukiman lain pun berdiri, boleh dikatakan bahwa gudang itu bercokol di tengah kota. Maka, kata pelukis angkatan 1930-an, Agus Djaya Soeminta, "Ketika terjadi ledakan Juli lalu, seharusnya sudah jadi perhatian gudang itu mestinya dipindahkan." Pelukis itu memang tinggal di seberang kompleks Marinir. Ia sempat mengungsi, tapi terpisah dengan anak dan istrinya. Sampai pukul 07.00 WIB Selasa pagi, ledakan-ledakan masih terdengar. Dari Kampung Pulo, Pondok Labu, sekitar 500 meter dari pusat ledakan, tampak reruntuhan gedung milik Marinir AL itu. Sementara itu, Kampung Pulo sendiri porak-peranda. Kampung itu hanya dipisahkan sebuah ngarai dari gedung peluru itu. Dari kampung itu masih terlihat asap hitam mengepul sesekali disertai bunyi ledakan dan kilatan cahaya api. Hingga Selasa pagi belum ada penjelasan resmi sebab musabab kebakaran. Ada yang mengatakan, karena dua hari sebelum terjadi ledakan, di kawasan Cilandak suhu memang lebih panas dari biasanya. Soal suhu yang naik ini pula, menurut penjelasan Pemda DKI, yang menyebabkan ledakan Juli lalu. Tapi mestinya di gudang itu sistem pengaman sudah diterapkan. "Saya tak habis pikir mengapa gudang itu bisa meledak," kata seorang anggota Marinir yang mengungsi ke daerah Pasar Minggu. Sekitar pukul 08.00 ada pengumuman agar kawasan Cilandak harap dikosongkan. Tak jelas sampai radius berapa kilometer. Ada dugaan, akan terjadi ledakan besar di siang harinya, ledakan dari peluru-peluru besar. Menurut laporan yang diterima di Pusat Komando Polda Metro Jaya, masih ada sekitar 20 peluru besar belum meledak. Tapi pukul 14.00, Pusat Komando dan Pengendalian Operasi Polda Metro Jaya mendapat informasi baru, keadaan sudah aman. Amunisi yang bisa meledak di gudang tersebut dinyatakan sudah habis. Peristiwa ini terjadl menjelang HUT Marinir ke-39, 15 November nanti. Dan sebenarnya Selasa pagi pekan ini akan diadakan khitanan massal yang terpaksa dibatalkan. Hingga hari Selasa, masih banyak mereka yang bingung mencari sanak keluarganya. Di Pasar Minggu pelawak Srimulat, Gepeng, mondar-mandir dengan mobilnya. "Saya nencari keluarga istri saya yang tinggal di Pejaten, entah mereka mengungsi ke mana," katanya. Sekali ini ia tak melawak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini