INI juga cerita tentang guru yang takmasuk kerja, tapi bukan mogok. Cerita bermula dari kabar yang tersebar, lima siswi SMEA Surya Nusantara, Tebingtinggi, Sumatera Utara, suka dibawa om-om ke hotel-hotel. Untuk menjaga nama sekolah, orang guru di situ cepat menawarkan diri untuk mengusut. Dan memang guru itulah yang mula pertama mendengar kabar burung tersebut. Karenanya, pimpinan yayasan sekolah, B.L. Tambunan, merasa tak ada alasan untuk menolak. Dia 'kan juga penasaran, ingin mengetahui benar tidaknya isu itu. Satu per satu, kelima siswi yang namanya jadi kabar itu dipanggil. Yang terjadi kemudian, perguruan Surya Nusantara memang pantas menjadi sorotan masyarakat. Bukan karena Budiman, demikianlah nama guru yang mengusut itu, menemukan bukti. Tapi justru karena guru yang masih bujangan itu telah bertindak terlalu jauh. "Kami diperlakukan tak senonoh. Disuruh membuka pakaian, disuruh .... Wah, pokoknya brengsek," tutur Ita (bukan nama asli), siswi kelas II, salah seorang yang diusut. Keempat rekannya pun mengalami pengalaman yang sama, diperlakukan secara kurang ajar, meski tak sampai diperkosa. Budiman, 26, bertubuh pendek berhidung lebar, memang lalu berurusan dengan polisi, bahkan kemudian ditahan. Tak begitu enak, memang, kabar dari Tebingtinggi, 70-an km dari Medan itu terutama karena terjadi di dunia pendidikan. "Sangat keterlaluan, bah," kata B.T. Sitorus dan A. Daulai, dari Kanwil P dan K Sumatera Utara, yang ditugasi mengusut perkara ini. Keduanya, setelah menanyai para korban, orangtua, dan staf pengajar, memang berkesimpulan bahwa Guru Budi, sarjana lulusan Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam USU, telah bertindak di luar batas. Skandal ini terbongkar, bermula dari salah seorang dari lima siswi yang diusut. Sebut saja ia Mini, kelas I, suatu hari pada September lalu, tiba-tiba terlihat menangis. Cewek manis 16 tahun itu mengaku, kepada guru kelasnya yang menanyainya, bahwa ia telah diperiksa oleh Pak Budi -- guru yang baru tiga bulan mengajar di situ -- secara kurang ajar. Di hari-hari berikutnya, keempat teman Mini pun memberikan kesaksian yang sama. Mereka terpaksa melakukan permintaan guru tersebut karena diancam tak dinaikkelaskan, atau akan dilaporkan ke polisi karena sering bermesum dengan om-om. Yang kemudian memberatkan sangkaan buruk terhadap Budiman, ia cuma "kerasan" dua hari dalam tahanan. Akhir September lalu, guru yang mengajar Pengolahan Data itu melarikan diri, dan dinyatakan sebagai buron. "Dia terus kami lacak," tutur Mayor Surya Dharma, Wakil Kapolres Deli Serdang, Sumatera Utara. Bagaimana tersangka lari, ia enggan menerangkan. Dua petugas polisi yang ketika itu bertugas jaga kini diperiksa. Dan akibat dari peristiwa ini, kini kelima siswi SMEA yang dimesumi oleh Budi merencanakan pindah dari perguruan yang, selain mempunyai SMEA, juga punya SMA dan STM ini. Tak cuma mereka, bahkan ada 5 siswi -- dari 400 siswa seluruh Perguruan Surya Nusantara -- lagi yang merencanakan hal yang sama. Mungkin sebagai pernyataan solidaritas. Yang kini menjadi pertanyaan semua orang, termasuk kelima siswi yang jadi korban, dari mana datangnya isu hingga mereka harus diusut oleh seorang guru. Kata Ita, didampingi ibunya, kepada Bersihar Lubis dari TEMPO, "Kami berani divisum untuk membuktikan kebenaran kabar itu."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini