Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan intensitas dan frekuensi gempa susulan yang terjadi di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah terjadi penurunan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Trennya, baik besaran gempa maupun frekuensinya, makin menurun," kata Sutopo di kantornya pada Sabtu, 6 Oktober 2018. Sutopo mengatakan pola penurunan gempa ini menunjukkan sistem sesar atau pergerakan lempeng terjadi peluruhan setelah gempa besar bermagnitudo 7,4 yang terjadi pada Jumat, 28 September lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurunnya intensitas dan frekuensi gempa, kata Sutopo, menunjukkan energi yang muncul dari pergerakan lempeng makin kecil. Menurut dia, gempa-gempa susulan yang masih bakal muncul pun bersifat tidak merusak.
Meski begitu, Sutopo tidak menjamin gempa lain yang lebih besar tidak akan terjadi. Sebab gempa tidak bisa diprediksi kemunculannya.
Adapun sampai saat ini, BNPB telah mencatat jumlah gempa susulan di Palu dan Donggala sebanyak 451 kali. Intensitas gempa paling rapat terjadi pada hari kedua pasca-gempa hari pertama mengguncang, yakni mencapai 105 kali. Selanjutnya, berturut-turut intensitas itu menurun.
Gempa susulan yang terjadi pada hari kedelapan belum terdata jumlahnya. Namun tidak terlampau mengganggu proses evakuasi.
Saat ini, pemerintah tengah fokus pada upaya evakuasi korban. Ada sebanyak 8.223 personel gabungan yang melakukan evakuasi korban, terdiri dari 6.338 berasal dari anggota militer, 1.560 orang dari sipil, dan 325 merupakan personel luar negeri.
Personel sedang berfokus menyelamatkan korban yang terjepit reruntuhan dan mencari 265 orang hilang. Alat berat untuk menangani reruntuhan itu saat ini tercatat 51 jumlahnya. "Distribusinya alat beratnya si Palu 39 dan Sigi 12," ujar Sutopo.