Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Hari-Hari Ini Di Empat Angkat

Pusat industri konpeksi di Sumatera Barat, Kecamatan Empat Angkat, sibuk menjelang Lebaran. Penataran tentang pemasaran kurang bermafaat.

9 Agustus 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SATU di antara desa konpeksi yang penting di kawasan itu ialah Batutaba. Luasnya hanya 5 km persegi, terletak 10 km sebelah barat Bukittingi, 102 km sebelah utara Padang. "Hampir Semua penduduk yang 4.000 orang terlibat dalam industri konpeksi itu," kata Bukhari. Walinegari Batutaba. Meski begitu 2,4 ha sawah di desa ini tetap dikerjakan. Hampir setiap kk memiliki 2 sampai 4 mesin jahit, tak sedikit pula yang punya 10 sampai 20 mesin. Semua berupa perusahaan keluarga. Dan kebanyakan sudah memakai tenaga listrik. Keluarga Syafrizal St. Mudo misalnya, malah punya 40 mesin. Karyawannya lebih dari 75 orang. "Mereka bekerja siang malam dan hanya mengaso waktu berbuka puasa dan sembahyang tarawih," tutur Syafrizal. Di rumah Syafrizal, tempat perusahaan itu, nampak pakaian jadi dan setengah jadi bergantungan pada tali-tali yang terentang di sekeliling rumah. Di sudut lain bahan tekstil membukit, tiap sebentar diambil untuk dipotong. Di sebelah lain beberapa pekerja menggunting, memasang kancing atau mengobras, ditingkah deru mesin jahit tiada henti. Khusus untuk memotong, diserahkan kepada beberapa wanita yang rata-rata berusia di atas 40 tahun, karena dianggap sudah berpengalaman. Sehari perahaan ini bisa menyiapkan 2.000 lembar pakaian jadi. Sedang seluruh Batutaba bisa menghasilkan 20.000 lembar pakaian sehari. "Pendeknya di saat-saat begini hampir semua orang bekerja, tak sempat nonton televisi," ujar Sjafrizal, 29 tahun. Desa konpeksi yang paling tua di Empat Angkat adalah Pasir, 7 km di timur Bukittinggi luasnya hanya 3 km, desa ini terasa sesak dihuni 3.000 penduduk Di sini umumnya penduduk membuat pakaian seragam anak sekolah. Misalnya yang dikerjakan oleh perusahaan Jelita, uang paling besar di sana. "Dulu saya bikin kemeja. Tapi karena pasaran kurang, sejak 6 bulan lalu beralih ke pakaian seragam sekolah," kata Kaharuddin Yasin, pemilik perusahaan Jelita. Usahanya maju berkat rekomendasi yang diterimanya dari Kanwil P dan K setempat. Kaharuddin, 45 tahun, adalah bekas guru sebuah SMP negeri di sana. Para pekerja Kahruddin dibagi dalam beberapa kelompok. Ada kelompok pembuat baju, celana, rok. Masing-masing dengan seorang koordinator, yang juga menerima bahan tekstil untuk kelompoknya. Lantaran manajemennya cukup rapi, ditambah adanya rekomendasi tadi, Jelita bisa memborong pesanan dari beberapa sekolah di Bukittinggi, Padang, Payakumbuh, Padangpanjang, Pekan Baru. Setiap Rabu dan Sabtu--hari pasaran di Bukittinggi--ratusan wanita menjajakan konpeksi bikinan Empat Angkat di sepanjang Jalan Kumango sampai pusat pertokoan Pasar Atas. Di pusat pertokoan Bukittinggi inilah, selain juga di Pasar Raya di Padang, pakaian jadi mudah diperoleh. Tapi pemasaran konpeksi ini tidak terbatas di Sum-Bar saja melainkan meluas sampai Lampung, Jambi, Bengkulu, Sumatera Utara, Nias. Para pengusaha konpeksi mengakui, mutu produksi mereka ketinggalan dari pakaian jadi dari Jawa. Kelebihannya hanyalah lantaran harganya lebih murah. Kemeja dari Jawa misalnya, sampai di Padang atau Bukittinggi dijual dengan harga Rp 5.000. Sedang bikinan Empat Angkat hanya Rp 3.000. Tapi mereka juga memasang merk-merk luar negeri seperti Arrow. Anehnya, para pengusaha konpeksi itu enggan mengambil kredit bank. Mereka lebih suka dengan kredit dari toko tekstil atau pedagang perantara "Ada anggapan prosedur bank terlalu berbelit padahal tidak," kata Hasdan Denhas, Direktur PT Bank Nasional Bukittinggi yang dipercaya menyalurkan KMK dan MKP. Penataran mengenai pemasaran yang diselenggarakan oleh Dinas Perindustrian Agam nampaknya juga kurang ada pengaruhnya Karena itu mereka belum siap berproduksi secara besar-besaran. Seperti kata Sutan Sati, salah seorang pengusaha konpeksi, "pemasaran yang ramai sekarang kini lantaran menjelang lebaran saja."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus