HUJAN yang tak kun jung turun dalam beberapa bulan belakangan
ini secara langsung mulai mengancam di mana-mana. Terutama
petani. Malahan penduduk beberapa desa di Kabupaten Tasikmalaya
(Jawa Barat) mulai mengalihkan menu dari beras ke gaplek, karena
sawah mereka kering tak menghasilkan padi. Puluhan ton bibit
ikan harus diungsikan karena kolam-kolam kering. Di Kabupaten
Ciamis, hampir 2.000 ha sawah kering.
Awal bulan lalu Menteri Muda Urusan Pangan, Affandi, dan
Gubernur Jawa Barat, Aang Kunaefi, melakukan kunjungan mendadak
ke Kabupaten Sukabumi sambil membawa bibit palawija dan bantuan
uang. Di sini sekitar 1.700 ha sawah di 4 kecamatan terancam
kekeringan, di antaranya tanaman padi di 255 ha sawah sudah puso
karena tiada air. Akibat langsung yang segera terasa adalah
membubungnya harga beras. Bulan lalu beras jenis IR yang
biasanya hanya Rp 140 sekilogram, melompat menjadi Rp 200.
Karena itu pihak Dolog Ja-Bar buru-buru mendrop beras ke daerah
kering itu.
Di Kabupaten Bekasi, akhir bulan lalu sudah tercatat tanaman
padi rusak di 556 ha sawah. Terutama di Kecamatan-kecamatan
Pabayuran, Cabangbungin dan Sukatani. Seperti juga paraperani di
daerah beras, Karawang, petani 13-kasi agaknya masih enggan
mengisi sa wah mereka dengan tanaman selain padi -- meskipun
sudah berkali-kali dianjurkan pemerintah. Begitu juga dengan
tanaman palawija yang tak begitu butuh air. "Kami kapok menanam
palawija karena sulit memasarkannya," tutur seorang petani di
Cabangbungin kepada Hilman Eidy dari TEMPO. Beberapa waktu lalu
tomat, cabe dan berbagai jenis palawija mereka busuk karena
sulit memasarkannya--terutama di daerah agak terpencil.
Di wilayah Kabupaten Cirebon, Kecamatan Kapetakan, Arjawinangun
dan Gegesik memang selalu diancam musibah kekeringan setiap
musim kemarau seperti sekarang. Seperti waktu-waktu sebelumnya,
Kapetakan paling menderita, khususnya di Desa-desa Bungko,
Kapetakan sendiri, Karangkendal, Pegagan dan Kroya. Ke-5 desa
ini berada di ujung pantai utara sehingga air Sungai Ciwaringin
dan Situnggak sudah menjadi asin. Untuk kecamatan ini sejak
pertengahan Juli lalu, Pemda Kabupaten Cirebon setiap hari
mendrop 25.000 liter air bersih untuk minum penduduk. "Menurut
penilaian geologis di Kecama.tan Kapetakan tidak ada sumber air
tawar," kata Kasubdit Kesra Kabupaten Cirebon, drs. Suparman
Olereja, "sehingga tak ada jalan lain kecuali mendrop air di
musim kemarau . " Puncak kekeringan itu biasanya dimulai
September ini sampai 2 bulan berikutnya.
Di Jawa Tengah, Demak di pantai u tara itu juga tak
habis-habisnya bergelut dengan masalah kekurangan air di musim
kemarau seperti sekarang. Tapi sebaliknya selalu pula terkena
musibah banjir di musim penghujan. Lebih celaka lagi karena dua
waduk idaman, yaitu Jragung dan Kedungombo, sampai sekarang
belum terujud. Kedua waduk ini dimaksudkan untuk menampung air
di musim kemarau dan mengendahkan luapan air di musim penghujan.
Sejak bebeapa bulan terakhir ini kekeringan mulai menghantui
penduduk wilayah Demak. Bahkan sebanyak 117 KK penduduk Desa
Gemulak di Kecamatan Sayung sejak akhir Juli sudah mengungsi ke
Kota Demak karena didesak kebutuhan air untuk hidup sehari-hari.
Mobil-mobil tangki air bantuan Presiden sudah dikerahkan sampai
di pelosok-pelosok pedesaar. Sementara itu di beberapa tempat
seperti di pesisir Bonang dan penduduk yang tinggal di kawasan
Sungai Tuntang, mulai beramai-ramai membuat bendungan darurat.
air sungai yang masih tersisa dibendung, meskipun keruh dan
mulai terasa tak sedap. Penjual air pikulan atau dengan perahu
yang di sana biasa disebut tukang nyongga/muncul di mana-mana.
Penghasil beras utama di luar Jawa, yaitu Sulawesi Selatan, juga
mulai merasa prihatin karena hujan tak kunjung tiba akhir-akhir
ini. Menurut Harian Kompas pekan lalu, Gubernur Sulawesi Selatan
Andi Oddang mengungkapkan adanya 288.000 ha lebih tanaman padi
di daerah ini yang dilanda kekeringan. Terutama di Kabupaten
Bulukumba, Sinjai, Bone, Wajo, Soppeng dan Sidrap. Di antaranya
49.000 ha sudah terancam puso sedang 3.600 ha lainnya samasekali
tak tertolong lagi. Terutama padi di sawah-sawah tadah hujan.
Usaha penyelamatan agaknya cukup sulit, karena sungai-sungai di
sekitarnya juga sudh surut benar sementara irigasi yang ada
belum berfungsi dengan baik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini