RAKYAT Aceh pesta besar. Ini terjadi Rabu pekan lalu, ketika Ibrahim Hasan, 51, yang memperoleh suara pemilih hampir mutlak -- cuma tiga suara untuk dua calon saingannya yang juga orang Golkar -- dilantik Menteri Dalam Negeri ad interim Sudharmono sebagai gubernur Aceh ke-8, menggantikan Teuku Muhamad Hadi Thayeb, 65. Sekitar 100 karangan bunga ucapan selamat tersusun rapi di gedung DPRD, tempat pelantikan. Sekitar 1.000 undangan berdesakan menyaksikan serah terima jabatan itu. Di antara pemuka dan pengusaha Aceh dari Jakarta yang hadir itu, datang khusus dengan menumpang sebuah pesawat Pelita carteran milik Pertamina. Suasana menyambut gubernur baru itu konon tak pernah terjadi sebelumnya. Semua fraksi di DPRD memilih Deputi Pengadaan dan Penyaluran Bulog yang pernah jadi rektor Syiah Kuala itu sebagai gubernur Aceh yang baru. Bahkan semua anggota fraksi PPP DPRD Aceh memberikan suara untuk Ketua Departemen Cendekiawan DPP Golkar itu. "Saya tidak memilih Golkar, tapi memilih Ibrahim Hasan," ucap M. Yahya Luthan, Wakil Ketua FPP DPRD Aceh. Dari pendiri Aceh Development Board yang M.B.A.-nya lulus dari Universitas Syracuse, New York, itu fraksi yang paling banyak anggotanya di DPRD Aceh itu berharap Aceh bisa lebih berkembang dalam pembangunan. Rakyat Aceh memang berharap banyak dari gubernur baru kelahiran Sigli itu. "Pengalamannya selama 20 tahun di Aceh membuat Ibrahim bisa mengenal lubang semut di daerah ini," ucap T. Amin, seorang pengusaha di sana. Namun, yang paling gembira tentu saja Golkar. Golongan politik terbesar itu, kecuali pada Pemilu 1971, pada pemilu-pemilu berikutnya di Aceh selalu menderita kekalahan. Bahkan kalah pada Pemilu 1977 dengan 15 kursi dibandingkan PPP yang meraih 18 kursi, melorot menjadi hanya 14 kursi dibandingkan PPP yang meningkat menjadi 19 kursi pada pemilu terakhir. Kini dengan Ibrahim, Golkar berambisi menang pada pemilu tahun depan. "Ibrahim 'kan orang DPP, jadi dia lebih mengerti strategi Golkar," ucap Diah Ibrahim, salah seorang FKP Aceh. Keinginan FKP DPRD Aceh icu bukan tak dimaklumi Ibrahim. "Saya berupaya maksimal supaya Golkar menang di sini," ucap Ibrahim Hasan. Tapi diakuinya, itu tak mudah. "Lapangan Aceh ini berat," katanya lagi. Kekalahan Golkar di Aceh, menurut Ibrahim, karena sejak dulu sampai sekarang partai Islam selalu dominan. Keadaan ini diakui oleh Abdullah Masri, Ketua FKP DPRD Aceh. "Kami di Aceh memang belum beruntung, karena orang-orang tua ternyata masih suka kepada partai Islam. Kini, kami menggarap anak-anak mereka yang sudah boleh ikut memilih." Tanpa tanda gambar Kabah, PPP memang bukan tak mungkin tergesar dalam pemilu mendatang. Namun, Ibrahim Hasan tampaknya bukan orang yang mau bertindak sembarangan. "Saya ingin masuk ke relung hati masyarakat. Karena itu, saya tak ingin dianggap hebat. Lebih baik saya low profile," katanya. Konsep serupa itulah, menurut Ibrahim, yang akan dipakai untuk mensarap massa Golkar, dan sebagai gubernur akan dipakai juga untuk membangun Aceh. Diakuinya bahwa ia harus bergerak sesopan-sopannya. "Orang Aceh itu seperti gunung es. Perasaannya, pikirannya, hanya dikeluarkan 10 persen. Selebihnya disimpan di dalam hati dan pikirannya," kata Ibrahim lagi. Bagi PPP, ancaman Golkar di pemilu mendatang bukan masalah sepele. "Scbagai orang Golkar wajar kalau Ibrahim akan memenangkan organisasinya. Itu kami maklumi," ucap Yahya Luthan dari FPP. Tapi Yahya lantas mengimbau agar sebagai gubernur, Ibrahim jangan mementingkan satu golongan. "Tapi sebagai anggota organisasi sospol, mari bertanding dengan sehat," ucap Yahya lagi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini