ANTARA menjabarkan budaya petunjuk dan seorang ibu hamil memang tidak ada hubungannya. Tapi kelewatan terikat pada petunjuk atasan itu ternyata telah salah ditafsirkan. Kemudian timbul pertanyaan, apakah seorang ibu yang melahirkan masih bisa lari. "Bisa," ujar seorang pejabat di Inggris. Paling tidak begitulah anggapan petugas penjara di sana. Ketika itu ada tahanan, Sue Edwards, 35 tahun, dibawa ke rumah sakit untuk melahirkan. Tangannya masih harus diborgol. Kini, melalui pengacaranya, Roger Lowe, si ibu mengajukan klaim kompensasi akibat deritanya itu. Ceritanya, begini. Dalam perjuangan antara hidup dan mati selama enam jam di rumah sakit Wythenshawe di Manchester itu petugas penjara menolak melepaskan gari tersebut. Alasannya, sebelumnya pernah terjadi tiga kali Sue Edwards melarikan diri dari tahanan. Pada pelarian pertama ia hamil, dan melahirkan putri di rumah sakit yang sama, dua tahun silam. "Alah..., pakai akal sehat sajalah. Apa mungkin dalam keadaan begitu dia bisa loncat dari jendela di lantai satu?" ujar David Blunkett, juru bicara kesehatan dari Partai Buruh. Blunkett mendesak agar pemerintah menyelidiki kasus pemasungan yang ditimpakan pada ibu yang melahirkan ini. Seruan itu ditolak Menteri Dalam Negeri Michael Howard. Tapi ia menyatakan bahwa insiden serupa tidak bakal terulang. "Itu hanya sebuah salah paham dalam menjabarkan petunjuk," katanya. Kasus ibu melahirkan dengan tangan diborgol ini bukan hanya mengundang debat di kalangan politikus, tapi juga pekerja sosial versus dokter. "Petugas penjara bertanggung jawab atas keamanan si pasien, tapi perawat dan dokter bertanggung jawab untuk merawatnya," kata Chris Tchaikovsky dari organisasi kesejahteraan wanita di penjara. Lebih jauh disebutnya, para dokter berhak menyuruh melepas borgol itu. "Kami sudah cukup sibuk mengurus dan menyelamatkan si bayi. Jadi, tidak ada waktu lagi untuk mendiskusikan urusan borgol terhadap ibu itu," sambut Geoff Norwood, direktur klinik tersebut. Yang lumayan pusing juga adalah sang pengacara. Sebab, ia belum yakin kasus tuntutan si nyonya bakal cocok dengan aturan yang berlaku di Inggris. "Ada baiknya urusan ini dibawa ke Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa," katanya. Menurut koran Guardian Weekly, awal Mei lampau, baik penguasa penjara maupun gubernur setempat telah menyatakan penyesalannya kepada ibu lima anak itu. Sue Edwards dipenjara sejak Juni 1991. Ia bakal bebas Juli nanti. Berita itu tidak menyebutkan apa kesalahan yang diperbuat Ibu Sue Edwards hingga mendekam di bui. Juga tidak ada penjelasan mengapa ia sampai dua kali pula melahirkan anak di situ. Ed Zoelverdi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini