KEBUTUHAN guru SD Inr-es yang dibangun, pada dasarnya dipenuhi
oleh masing-masing daerah yang bersangkutan. Tapi bagi daerah
yang ternyata belum memenuhi ke butuhannya, menurut ketentuan
yang ada, dimungkinkan adanya pengangkatan guru-guru SD dari
daerah lain. Beberapa tempat ternyata memanfaatkan kemungkinan
yang diberikan itu. Jawa Barat misalnya, sudah pesan ribuan guru
SD dari Yogyakarta. Sementara Kalimantan Selatan, di samping
mendatangkan lulusan SPG dari kota yang sama, juga mengimpor
guru dari Sulawesi Selatan. "Persediaan yang ada sudah habis",
ujar Haji Subardjo, Gubernur Kalsel. Maka dari kedua daerah itu
kemudian berhasil didatangkan masing-masing 146 orang dari
Ujungpandang dan 101 orang dari Yogyakarta. "Dengan jumlah
sebanyak itu, kekurangan guru per 1 Januari 1976 sudah bisa
dipenuhi", ujar Masrul BA, Kepala Personalia P & K Kalsel.
Kebutuhan seluruhnya untuk tahun ajaran itu sebenarnya berjumlah
'60 orang. Namun kekurangan sebanyak 13 orang itu, terpenuhi
oleh lulusan SPG Kalsel sendiri yang datang melamar.
Tidak seperti para transmigran yang datang ke tanah Lambung
Mangkurat itu dengan kapal-kapal laut, para guru yang seluruhnya
sudah tiba awal April kemarin, didatangkan dengan menggunakan
pesawat terbang. Karena itu kepada para guru yang kemudian
disebar ke daerah-daerah Batola, Tala, Kota Baru dan Kabupaten
Banjar, Gubernur Subardjo sempat pasang wanti-wanti. Katanya:
"Kalau sudah tiba di tempat tugas nanti, saudara-saudara jangan
sok banyak kormentar". Pelajari dulu situasi dan kondisi daerah
tempat bertugas. Bak kata peribahasa,lain ladang lain belalang,
lain lubuk lain ikannya. "Belalang di sini lain dengan belalang
di Yogyakarta", ucap Subardjo bergurau, "dan ingat masyarakat di
daerah ini, masyarakat yang kuat agamanya, 99 prosen beragama
Islam.
Bahasa Sunda
Tapi tentu saja masalah impor guru dari satu daerah ke daerah
lain, tidak selalu berjalan lancar. Di Jawa Barat misalnya,
kebijaksanaan serupa itu sempat menimbulkan perdebatan di forum
DPRD. "Kami mengharapkan agar Pemda Jawa Barat dalam menutup
kekurangan guru SD tidak mengambil tenaga dari luar Jawa Barat",
ujar drs. Ruchiyat Noor, dari Fraksi Persatuan Pembangunan.
Kekhawatiran wakil rakyat itu tcrlllama mcryalkut soal bahasa,
di mana guruuru yang didatangkan dari Yogyakarta itu, tentu akan
dibikin repot kalau mesti menghadapi murid-murid yang berbahasa
Sunda. Maklumlah, bahasa daerah bukan saja menjadi bahasa
pengantar tapi juga merupakan salah satu mata pelajaran.
Kesulitan yang dibayangkan oleh anggota DPRD itu bukan tidak
diakui Pemda Jabar.
"Tapi kebijaksanaan ini kan merupakan sikap pemerintah pusat
untuk memupuk rasa kesatuan bangsa dalam rangka wawasan
nusantara dan menjauhkan diri dari fikiran sempit seperti rasa
kedaerahan atau propinsialisme", ucap Adam Anggakusumah BA, dari
Humas Pemda Jabar. Maksudnya, tentu saja guru-guru yang
didatangkan itu disahakan mengajar di tingkat-tingkat atas --
sebab tingkat bawah di beberapa daerah Jawa Barat bahasa
pengantarnya masih mempergunakan bahasa Sunda--agar bisa
berkomunikasi dalam bahasa Indonesia. Bisa bukan?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini