Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Para ilmuwan di Jerman mengembangkan alat bantu melihat bagi penyandang disabilitas lemah penglihatan atau Low Vision akibat degenarasi makula dan Retinitis Pigmentosa. Mereka adalah peneliti dari Fraunhofer Soest, Jerman, dan Departemen Teknik Tenaga Listrik di Universitas Ilmu Terapan West Westphalia, Jerman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Alat bantu melihat itu berupa lampu LED dengan pendar sinar biru yang sudah disaring. Penyaringan sinar biru pada tabung fluorecent lampu LED berfungsi menampilkan kontras pada citra pandang penyandang Low Vision.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami dapat menentukan spektrum cahaya yang dipancarkan," kata Stefan Schweizer, profesor Departemen Teknik Tenaga Listrik Universitas Sains Terapan West Westphalia, seperti dikutip dari laman Innovation Origins. Cara kerja lampu LED dengan penyaring sinar biru ini telah melalui beberapa tahapan riset.
Pertama, para ilmuwan mengembangkan lampu LED dengan spektrum warna yang disesuaikan. Mereka menggabungkan luminer LED yang tersedia secara komersial dengan filter optik. Kemudian, emisi spektrum disesuaikan dengan cara memilih dan memasang filter untuk menghasilkan kesan warna putih.
Kedua, emisi spektrum luminer pada LED disesuaikan secara elektronik. Modifikasi yang diperlukan untuk proses ini secara teknis jauh lebih rumit ketimbang sekadar memasang filter warna. LED menawarkan lebih banyak potensi sinar yang dapat diidentifikasi secara optimal oleh penyandang disabilitas Low Vision.
Salah satu penyebab Low Vision adalah Retinitis Pigmentosa. Ini merupakan kondisi penurunan fungsi retina karena kelainan genetik, yang tak jarang memicu kebutaan. Sekitar 3 juta orang memiliki kelainan genetik ini.