Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tragedi Gerakan 30 September atau G30S sangat membekas bagi masyarakat. Dalam peristiwa tersebut, setidaknya terdapat tujuh jenderal menjadi korban sejarah kelam bangsa ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketujuh jenderal yang gugur di Jakarta tersebut mendapat penghargaan dari pemerintah sebagai pahlawan revolusi. Namun, sesungguhnya terdapat tiga orang lagi selain tujuh jenderal tersebut yang juga memperoleh gelar pahlawan revolusi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Daftar dan Profil Singkat Pahlawan Revolusi Indonesia
1. Jenderal Ahmad Yani
Ahmad Yani dilahirkan di Purworejo, Jawa Tengah pada 19 Juni 1922 dan meninggal di usia 43 tahun ketika peristiwa G30S berlangsung. Menurut catatan sejarah, karier militer tertingginya adalah sebagai Panglima Angkatan Darat. Ahmad Yani meninggal dan dikuburkan dengan gelar jenderal. Jabatan terakhirnya Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi
2. Letjen Suprapto
Letnan Jenderal Suprapto merupakan perwira tinggi militer yang tercatat dengan jabatan terakhirnya sebagai Deputi II Menteri/Panglima AD bidang Administrasi. Ia dilahirkan di Purwokerto, Jawa Tengah, pada 20 Juni 1920 dan berusia 45 tahun ketika peristiwa G30S.
3. Letjen S. Parman
Siswondo Parman atau lebih dikenal dengan nama S. Parman lahir di Wonosobo, Jawa Tengah pada 4 Agustus 1918. Ia merupakan salah satu tokoh militer penting yang meninggal di usia 47 tahun dalam peristiwa G30S. Jabatan terakhirnya Asisten I Menteri/Panglima AD bidang Intelijen
4. Letjen M.T. Haryono
Letnan Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono alias M. T. Haryono merupakan salah satu perwira jenderal Angkatan Darat yang juga diculik dan dibunuh dalam peristiwa G30S. Ia lahir di Surabaya, Jawa Timur pada 20 Januari 1924 dan meninggal di usia 41 tahun. Jabatan Deputi III Menteri/Panglima AD bidang Perencanaan dan Pembinaan
5. Mayjen DI Panjaitan
Mayor Jenderal Donald Isaac Panjaitan lahir di Balige, Tapanuli pada 9 Juni 1925. Menurut catatan historis, DI Panjaitan ditembak dan tewas di depan mata putrinya sendiri, Catherine Panjaitan. D. I. Panjaitan meninggal di usia 40 tahun. Jabatan terakhirnya Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang Logistik
6. Mayjen Sutoyo Siswomiharjo
Sutoyo Siswomiharjo diketahui lahir di Kebumen, Jawa Tengah pada 28 Agustus 1922. Ia meninggal dengan pangkat jenderal dan berusia 43 tahun ketika peristiwa G30S terjadi. Jabatan terakhirnya Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat.
7. Brigjen Katamso
Katamso merupakan Brigadir Jenderal kelahiran Sragen, Jawa Tengah pada 5 Februari 1923. Ia adalah satu dari tujuh jenderal yang tewas dalam peristiwa G30S saat berusia 42 tahun.
8. Kapten Pierre Tendean
Pierre Tendean merupakan satu-satunya personil militer yang tewas dalam peristiwa G30S PKI dengan pangkat kapten. Ia lahir di Jakarta pada 21 Februari 1939 dan tewas pada usia 26 tahun.
Sebenarnya, Tendean merupakan merupakan ajudan dari Jenderal Abdul Haris Nasution (A. H. Nasution) yang menjadi sasaran para kelompok pemberontak. Namun, ia memilih untuk melindungi jenderalnya dan berujung tewas di tangan pemberontak.
9. Kolonel Sugiyono
Sugiyono merupakan salah satu pahlawan revolusi yang lahir di Desa Gendaran, Daerah Gunung Kidul, Yogyakarta. Ia lahir pada 12 Agustus 1926 dan meninggal di usia 39 tahun dengan pangkat kolonel.
Itulah sepuluh pahlawan revolusi beserta pangkat terakhirnya usai diculik dan dibunuh dalam peristiwa G30S. Apabila merujuk UU Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan, gelar Pahlawan Revolusi yang disematkan pada 10 tokoh di atas juga disebut sebagai gelar Pahlawan Nasional Indonesia.
10. A.I.P. II KS Tubun
Karel Satsuit Tubun atau KS Tubun lahir di Tual, Maluku Tenggara pada 14 Oktober 1928. Ia merupakan pengawal Wakil Perdana Menteri Johannes Leimena. Tubun tewas pada usia 37 tahun dengan pangkat Ajun Inspektur Polisi Dua alias Aipda.
ACHMAD HANIF IMADUDDIN
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.