Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Calon presiden Ganjar Pranowo meminta para relawan dan simpatisan pendukungnya untuk tidak takut diintimidasi atau ditekan dalam bentuk apa pun. Ganjar mengingatkan agar peristiwa penganiayaan relawan oleh oknum TNI di Boyolali beberapa pekan lalu mesti jadi kasus yang terakhir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Itu jadi yang terakhir, kami mengapresiasi juga TNI yang merespon cepat. Dan kepada para pendukung, untuk tertib dan mematuhi aturan termasuk tidak menggunakan knalpot brong,” kata Ganjar pada pertemuan Tim Pemenangan Daerah (TPD) di Gedung Internatio, Surabaya, pada Sabtu, 13 Januari 2024, seperti dikutip dalam keterangan tertulis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Peristiwa penganiayaan relawan Ganjar-Mahfud di Boyolali itu dilakukan oknum TNI Yonif 498/Subrastha pada 30 Desember 2023. Para relawan yang menggunakan sepeda motor dinilai terlalu bising saat melintas di depan markas.
Sementara itu, Ganjar meminta para relawan maupun pendukung agar mematuhi segala ketentuan dalam berkampanye. Ganjar menyebut relawannya mesti mematuhi aturan jelang kampanye terbuka pada 21 Januari hingga 10 Februari mendatang.
“Jadi kalau sudah tertib dan ikut aturan masih saja diganggu, tabrak saja!” sergah Ganjar.
Ganjar mengklaim sejauh ini memang banyak tim kampanye dan relawan yang melapor diintimidasi oleh oknum tertentu. “Kita tidak takut, kita lawan. Sudah ada tim yang dibentuk, kita laporkan, kita lawan secara konstitusional,” cetusnya.
Sementara, kondisi ini pun mengingatkan Ganjar terkait perjalanan pasang surut demokrasi, terutama riwayat panjang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP. “Pada 27 Juli 1996, PDI dihantam, tetapi Bu Mega bilang kita siap lawan secara konstitusional. Pada 1997, kita tidak ikut Pemilu, dan pada 1999 akhirnya menang Pemilu,” kata Ganjar. .
Oleh karena itu, Ganjar menyatakan situasi tertekan karena untuk menjegal demokrasi dinilai sudah jadi bagian sejarah panjang PDI Perjuangan.
“Bagi PDIP sudah terbiasa, dan untuk partai koalisi lainnya kini akan tercatat pula oleh sejarah dalam naik turun demokrasi ini. Sebagaimana diungkap Bung Karno, ‘Jasmerah’, jangan sekali-kali lupakan sejarah,” ungkapnya.
Lantaran fenomena itu, Ganjar mengatakan dirinya optimistis bahwa kekuatan demokrasi tetap menang. Sebab, kata dia, PDI Perjuangan bersama koalisi PPP, Perindo, dan Hanura satu barisan bersama rakyat.
“Kekuatan kita selalu “gremetnya, gelindingnya” kawan-kawan bersatu dengan rakyat, rasanya tidak dimiliki oleh yang lain,” kata Ganjar.
Kekuatan akar rumput itulah, kata Ganjar, sebagai pembeda koalisi Capres-Cawapres Ganjar-Mahfud. “Rangkul rakyat sebanyak-banyaknya, temui mereka, sampaikan seluruh program, jawab pertanyaan mereka, dan ajari mereka nyoblos,” pinta Ganjar.
Pilihan Editor: Surojo Bimantoro dan Gories Mere Hadiri Kampanye Ganjar Pranowo di Surabaya