Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Jerat Baru buat Sang Imam

Polisi bergerak cepat mengusut perkara penyebaran konten pornografi yang diduga melibatkan Rizieq Syihab dan anggota jemaahnya, Firza Husen. Keduanya memang kerap bertemu di Petamburan.

6 Februari 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENDENGAR pertanyaan polisi itu, Firza Husen mendadak menghela napas panjang. Didampingi kuasa hukumnya, Aziz Yanuar, perempuan 43 tahun tersebut sedang diperiksa di Rumah Tahanan Markas Komando Brigade Mobil Kepolisian, Depok, Jawa Barat, Rabu pekan lalu, ketika pertanyaan penyidik berubah arah.

Di awal pemeriksaan, kata Aziz, kliennya masih ditanyai seputar tuduhan makar. Setelah sekitar 30 menit, dua penyidik Kepolisian Daerah Metro Jaya mulai bertanya tentang kasus penyebaran konten pornografi di media sosial yang disebut-sebut melibatkan Firza dan Imam Besar Front Pembela Islam Muhammad Rizieq Syihab.

Begitu penyidik mencecar Firza soal foto-foto polos seseorang yang mirip dirinya, wajah wanita beranak tiga ini langsung lesi. Ketua Yayasan Solidaritas Sahabat Cendana itu hanya sanggup menjalani pemeriksaan selama satu jam. "Penyakit darah tingginya kambuh," ujar Aziz kemudian.

Aziz menuturkan, hampir separuh pertanyaan polisi berkisar tentang konten pornografi yang kini menyebar di banyak grup WhatsApp itu. Dari 20 pertanyaan, "Empat puluh persennya menyangkut kasus itu." Seusai pemeriksaan, ketika dicek dokter di rumah tahanan, tekanan darah Firza naik ke angka 150/90 milimeter merkuri (mmHg) atau melebihi batas normal.

Perubahan arah pemeriksaan polisi ini tak diduga Firza dan kuasa hukumnya. Saking kagetnya, Firza sempat terdiam sejenak ketika polisi menyodorkan beberapa foto perempuan tanpa busana yang sekilas tampak mirip dengannya. Menurut Aziz, kliennya semula mengira hanya bakal diperiksa soal kasus makar. "Kasus yang ini (pornografi) bergulir cepat sekali," kata Aziz.

Firza semula memang dicokok polisi dengan tuduhan terlibat kasus makar, yang berkaitan dengan demo 212, awal Desember tahun lalu. Sempat tak ditahan, Selasa pekan lalu Firza ditangkap untuk kedua kalinya, di rumah orang tuanya di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur. Dia memang kerap menginap di sana.

Polisi berdalih Firza ditangkap karena mangkir dari dua panggilan pemeriksaan tentang kasus makar. "Ada keluarganya bilang dia di Poso, ternyata dicek masih di Jakarta, dan dia susah dihubungi," ujar Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Raden Prabowo Argo Yuwono.

Apa pun penjelasan polisi, yang jelas Firza ditangkap hanya beberapa jam setelah Aliansi Mahasiswa Anti-Pornografi melaporkan peredaran konten pornografi yang melibatkan sosok perempuan yang mirip Firza pada Senin malam pekan lalu. Selain foto, tersebar pesan WhatsApp bernada mesum yang disebut-sebut melibatkan Firza dan Rizieq Syihab. Polisi telah menetapkan foto dan gambar percakapan tak senonoh dari situs baladacintarizieq.com itu sebagai barang bukti perkara ini.

Dalam pemeriksaan perdana Firza, penyidik berusaha mengorek keterangan tentang autentisitas foto dan percakapan itu. Dicecar pelbagai pertanyaan soal ini, Firza konsisten membantah. Menurut pengacaranya, Firza menolak dikaitkan dengan konten pornografi itu. "Itu hasil editan," kata Aziz menirukan pernyataan kliennya.

Reaksi Rizieq segendang sepenarian. Di depan massa FPI yang menantinya setelah dia menjalani pemeriksaan sebagai saksi kasus makar di Polda Metro Jaya, Rabu pekan lalu, Rizieq mengatakan semua tuduhan itu fitnah. "Ini ujian perjuangan kita," ujarnya. Juru bicara FPI, Slamet Maarif, menyatakan hal yang sama."Itu fitnah keji dan kami menganggapnya sampah saja."

Ketika Firza dan Rizieq sibuk membantah keterkaitan mereka dengan konten syur di media sosial itu, sebuah tim penyidik lain diam-diam mendatangi rumah orang tua Firza di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur.

Tanpa membuang waktu, belasan penyidik dengan lima mobil mengepung rumah Firza, yang saat itu dalam keadaan kosong dan terkunci. Karena tak bisa masuk, polisi mendatangkan tukang kunci untuk membuka gerbang dan pintu depan. Mungkin gugup atau panik, tukang kunci itu tak kunjung bisa membongkar pintu rumah Firza. Polisi akhirnya memutuskan membuka paksa gerbang dan pintu depan rumah dua lantai tersebut. Ketua RT 03 RW 07, Kelurahan Lubang Buaya, Mat Yasin, diundang menyaksikan penggeledahan.

Yasin bercerita, polisi menyisir setiap ruangan di rumah itu. Penggeledahan dimulai dari setiap kamar di lantai satu dan berlanjut ke lantai dua. Di kamar Firza di lantai satu, kata dia, penyidik menyita barang bukti berupa dua seprai, dua bantal, satu guling, satu sarung bantal, dan satu televisi 21 inci berwarna perak. "Penggeledahan paling lama di kamar mandi," ujar Yasin.

Seorang perwira polisi yang mengetahui ihwal penggeledahan itu mengatakan barang-barang tersebut disita guna memperkuat barang bukti kasus pornografi.Semua barang itu akan dicocokkan dengan foto-foto perempuan mirip Firza yang berpose tanpa sehelai benang pun di atas kasur dan di kamar mandi. Menurut perwira ini, televisi 21 inci berwarna perak, sebagian bantal, seprai, dan guling yang disita polisi amat mirip dengan barang serupa di foto tersebut.

Penyidik juga memotret kamar mandi di lantai satu rumah Firza. Posisi kamar mandi tersebut, kata perwira polisi itu, amat khas karena menyempil di sudut ruangan. Warna cat dinding dan bentuk keramik di lantai kamar mandi, menurut perwira ini, mirip dengan kamar mandi yang ada di foto perempuan mirip Firza.

Juru bicara Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Raden Prabowo Argo Yuwono, membenarkan keterangan sang perwira. Barang-barang yang disita di rumah orang tua Firza, kata dia, akan dicocokkan dengan barang bukti foto kasus ini. "Penyidik akan mendalami itu," ujarnya. Dia memastikan polisi akan segera memeriksa Rizieq dalam kasus pornografi ini.

Aziz Yanuar, pengacara Firza, memprotes penggeledahan tersebut. Menurut dia, penggeledahan itu tidak sesuai dengan prosedur karena dilakukan tanpa kehadiran pemilik rumah. "Akan kami laporkan ke Divisi Profesi dan Pengamanan Polri," katanya.

l l l

JAUH sebelum publik dikejutkan oleh beredarnya foto dan salinan percakapan dua orang yang mirip Rizieq dan Firza di media sosial, konten pornografi itu sebenarnya sudah ada di tangan polisi.Seorang perwira mengatakan foto dan percakapan itu diperoleh polisi tanpa sengaja ketika mereka memeriksa isi telepon BlackBerry milik Firza. Pemeriksaan telepon itu merupakan bagian dari prosedur rutin pemeriksaan awal tersangka.

Bersama sejumlah aktivis, seperti Rachmawati Soekarnoputri, Sri Bintang Pamungkas, Ratna Sarumpaet, dan Kivlan Zen, Firza ditangkap dengan tuduhan makar. Mereka disebut-sebut berencana "membajak" massa Aksi Bela Islam III untuk menduduki gedung parlemen di Senayan. Tak hanya itu, Firza juga dituduh memberikan dana Rp 4 juta untuk menyewa mobil komando yang dipakai Rizieq dalam aksi tersebut.

Berbeda dengan sejumlah aktivis lain, Firza hanya ditahan satu hari. Namun, sebelum dia dilepas, semua foto, video, percakapan, dan metadata di telepon Firza disalin ke komputer polisi.

Aziz Yanuar membenarkan kabar bahwa telepon Firza pernah diambil polisi untuk "disedot" isinya. Tapi, kata dia, "Polisi tidak pernah memberitahukan apa yang diambil."

Dari telepon itulah polisi mengklaim mendapat informasi gurih tentang pola pendanaan serangkaian aksi bela Islam. Setelah menyisir lalu lintas komunikasi di telepon ini, polisi juga menemukan beberapa foto vulgar mirip Firza dan percakapan "mesra" seseorang yang mengaku Firza dengan seseorang yang diduga Rizieq. "Ini petunjuk awal," ujarnya.

Sejumlah foto dan bukti percakapan itu, kata perwira ini, kemudian diuji secara forensik. Hasilnya, menurut dia, keluar sepekan kemudian: foto dan percakapan itu terbukti sahih. Anehnya, polisi tak serta-merta mengumumkan temuan itu. Mereka justru memutuskan menyimpan rapat-rapat informasi ini.

Pada Ahad pekan lalu, foto dan gambar percakapan WhatsApp bernada mesum di antara dua orang yang diduga Firza dan Rizieq meledak di jejaring media sosial. Kabar ini merebak makin luas setelah foto dan gambar percakapan itu diunggah sebuah situs Internet. Alamat situs itu kemudian beredar ke mana-mana. Belakangan, situs ini diblokir Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Sehari kemudian, muncul sebuah kelompok yang sebelumnya tak dikenal sama sekali: Aliansi Mahasiswa Anti-Pornografi. Mereka mengaku terpanggil untuk melaporkan peredaran foto dan pesan percakapan dua orang yang diduga Rizieq dan Firza ke polisi.

Rabu pekan lalu, hanya satu hari setelah laporan Aliansi Mahasiswa diterima, polisi meningkatkan kasus penyebaran konten pornografi ini ke tahap penyidikan. Tak biasanya polisi bekerja supercepat seperti ini. Dengan dimulainya penyidikan, video, foto, dan informasi tentang percakapan mesra dua orang mirip Rizieq dan Firza berubah status menjadi barang bukti perkara. "(Kami memang) harus tetap menunggu laporan masyarakat," ujar seorang pejabat di Polda Metro Jaya.

Siapa pelapor kasus ini? Dialah Jeffri Azhar, Koordinator Aliansi Mahasiswa Anti-Pornografi. Dalam catatan Tempo, Jeffri juga tercatat sebagai Koordinator Komite Aksi Mahasiswa untuk Reformasi dan Demokrasi (Kamerad).

Kelompok itu kerap menggelar demonstrasi di depan Istana Negara sejak Januari 2015. Mereka sempat berunjuk rasa mendukung Komisaris Jenderal Budi Gunawan saat dicalonkan menjadi Kepala Kepolisian RI. Kamerad juga berada di barisan paling depan dalam sejumlah aksi "Save Polri", gerakan yang digulirkan untuk membenarkan aksi polisi menangkap dua pemimpin Komisi Pemberantasan Korupsi, Abraham Samad dan Bambang Widjojanto.

Ketika ditanyai soal ini, Jeffri tidak membantah bahwa dia aktif di Kamerad dan kerap menggelar aksi mendukung kepolisian. "Tapi itu tidak ada hubungannya dengan kasus ini," katanya.

l l l

SEORANG perwira polisi membenarkan, target akhir pengusutan kasus video Firza ini adalah Rizieq Syihab. "Kami lebih dulu akan menyasar sang pengedar," ujarnya. Baru setelah itu, orang yang membuat atau menyuruh video tersebut dibuat bakal menjadi target.

Jika bukti percakapan WhatsApp di antara dua orang yang diduga Firza dan Rizieq bisa diverifikasi dengan keterangan ahli, kata si penyidik, Rizieq bisa terjerat. "Dari percakapan itu, ada dugaan dia yang menyuruh (Firza) membuat foto-foto itu," ujarnya.

Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Inspektur Jenderal Mochamad Iriawan hanya tersenyum saat ditanyai soal ini. Ia memastikan kasus ini bakal diusut tuntas. "Semua lagi ditelusuri penyidik," katanya.

Telepon Firza tak hanya berisi foto dan video syur seperti klaim penyidik. Dari sana, polisi juga memperoleh informasi bagaimana Firza kerap berkunjung ke markas FPI di Petamburan, Jakarta Barat, dalam setahun terakhir.

Menurut seorang perwira polisi di Polda Metro Jaya, Firza sering mengikuti pengajian bulanan khusus perempuan yang dipandu Rizieq. Ia juga terlacak kerap ke Petamburan untuk membantu mencari dana buat membiayai kegiatan tablig yang digelar Rizieq di beberapa daerah. "Intensitas tablig memang semakin rutin sejak demo bela Islam 4 November," ujar polisi ini. Semua kegiatan itu tentu membutuhkan fulus.

Penyidik polisi, kata perwira itu, juga mengendus jejak Firza di sejumlah organisasi keagamaan lain dan beberapa organisasi kepemudaan. Di sejumlah organisasi kemasyarakatan itu, menurut dia, peran Firza selalu sebagai pihak yang mencari dana. "Kebanyakan ormasnya yang garis keras," ujarnya.

Aziz Yanuar membenarkan kedekatan Firza dengan Rizieq. Tapi, kata dia, kedekatan itu hanya sebatas hubungan anggota jemaah dan guru. Dalam beberapa kesempatan, menurut Aziz, Firza juga bercerita bagaimana dia kerap membantu pendanaan acara FPI. "Tapi tidak langsung. Dia hanya memberitahukan kalau mencari dana harus ke mana," ujar Aziz.

Adik Firza, Fifi Husen, mengakui kakaknya memang pernah mengikuti pengajian Rizieq. Namun, setahun terakhir, kata dia, Firza sudah tidak aktif di Petamburan. Posisi Firza pun, menurut Fifi, tidak istimewa amat di mata Rizieq. "Menemui Habib itu susahnya minta ampun," ujarnya.

Pengacara FPI dan Rizieq, Kapitra Ampera, tidak mau berkomentar banyak tentang kabar kedekatan kliennya dengan Firza. "Kalau ada perempuan yang datang, ia (Rizieq) selalu ditemani istrinya," ujar Kapitra.

Anton Aprianto | Danang Firmanto | Arkhelaus Wisnu


Telepon Firza tak hanya berisi foto dan video syur seperti klaim penyidik. Dari sana, polisi juga memperoleh informasi bagaimana Firza kerap berkunjung ke markas FPI di Petamburan, Jakarta Barat, dalam setahun terakhir.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus