Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Jokowi Marah, Pengamat UNJ: Presiden Gagal Kendalikan Menteri

Presiden Jokowi marah di sidang kabinet 18 Juni 2020 karena para menterinya dianggap bekerja seperti kondisi normal di tengah pandemi Covid-19.

1 Juli 2020 | 07.25 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Presiden Joko Widodo saat memimpin Sidang Kabinet Paripurna di Istana Bogor, Jawa Barat, Selasa 11 Februari 2020. Sidang kabinet membahas antisipasi dampak perekonomian global. TEMPO/Subekti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat sosial politik Universitas Negeri Jakarta, Ubedilah Badrun, menilai kemarahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi dalam rapat kabinet menunjukkan kegagalan kepala pemerintahan mengendalikan para menterinya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Jadi pidato Jokowi marah itu sebenarnya ekspresi emosional dari kegagalannya sekaligus kekacauan mengendalikan para menteri," kata Ubedilah dalam keterangan tertulisnya, Selasa, 30 Juni 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pidato presiden yang marah itu,menurut Ubedilah Badrun, menunjukkan adanya kekisruhan di manajemen kabinet. “Itu menunjukkan betapa kacaunya manajemen Presiden dalam mendorong para menterinya untuk bekerja ekstra di tengah krisis,"katanya.

Video kemarahan Jokowi terhadap jajaran menterinya diunggah pada 28 Juni lalu di Youtube resmi Sekretariat Presiden. Video tersebut baru diunggah 10 hari setelah pidato itu dilakukan Jokowi dalam Sidang Kabinet Paripurna pada 18 Juni 2020.

Dalam video berdurasi 10 menit itu, Jokowi menegur keras jajaran menterinya yang ia sebut belum satu perasaan, terhadap adanya sense of crisis di Indonesia akibat Covid-19. Jokowi mengatakan tak ada progres signifikan yang dibuat para menterinya dalam menanggulangi pandemi ini. Bahkan, Jokowi mengancam akan membubarkan lembaga atau mereshuffle kabinetnya jika diperlukan.

Ubedilah mengatakan, sikap Jokowi juga memperlihatkan koordinasi yang kurang efektif antara Presiden dan menteri koordinator serta menko dan para menteri.

Sejak awal, kata Ubedilah, para menteri terlalu berlebihan ditanamkan sikap optimistis dan percaya diri ala Jokowi yang cuek terhadap kritik, dan tidak memiliki sense of crisis yang kuat. “Termasuk arogan dan menganggap remeh pandemi Covid-19 dengan meresponsnya dengan kelakar tidak perlu,” katanya.

Menurut Ubedilah, Jokowi juga awalnya dianggap cuek dan meremehkan pandemi Covid-19, serta terlalu optimistis dengan angka pertumbuhan ekonomi. Ketika angka pertumbuhan ekonomi terkonstraksi hingga minus, Jokowi baru syok, kaget, dan marah-marah.

 

Friski Riana

Friski Riana

Lulus dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana pada 2013. Bergabung dengan Tempo pada 2015 di desk hukum. Kini menulis untuk desk jeda yang mencakup isu gaya hidup, hobi, dan tren. Pernah terlibat dalam proyek liputan Round Earth Media dari International Women’s Media Foundation dan menulis tentang tantangan berkarier para difabel.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus