Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kekalahan duet Andika Perkasa-Hendrar Prihadi di Pilgub Jawa Tengah menjadi kekelahan kedua PDIP di daerah yang dikenal kandang banteng. Pasangan yang diisi dua kader PDIP itu kalah suara dibandingkan rivalnya yang didukung KIM Plus, Ahmad Luthfi-Taj Yasin Maimoen, menurut hasil quick count sejumlah lembaga survei. Sebelumnya, paslon Pilpres yang diusung PDIP, Ganjar Pranowo-Mahfud Md, juga kalah suara di Jateng.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, Agung Baskoro, mengatakan kekalahan PDIP di kandang banteng tak serta merta disebabkan oleh adanya dugaan intervensi yang dilakukan pejabat daerah maupun pihak yang disebut sebagai "partai coklat" atau kepolisian. "Salah satu faktor yang melemahkan PDIP adalah kesalahan komposisi calon," kata dia saat dihubungi, Jumat, 29 November 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Agung menjelaskan, PDIP yang mengusung duet Andika-Hendrar tak sepenuhnya menyentuh ceruk pemilih di Jawa Tengah yang dikenal heterogeny. Alasannya, latar belakang Andika-Hendrar serupa, yaitu nasionalis.
Sedangkan pesaingnya, yaitu Ahmad Luthfi-Taj Yasin Maimoen merupakan figure dengan latar belakang yang berbeda. Menurut Agung, Luthfi memiliki latar belakang nasionalis dan Taj Yasin memiliki latar belakang agamis.
Komposisi yang berbeda tersebut, kata dia, dimanfaatkan baik oleh partai pengusungnya, yaitu partai di Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus untuk merauh suara dari ceruk pemilih agamis di Jawa Tengah. Apalagi, Taj Yasin dikenal sebagai salah satu tokoh agamis di palagan ini.
"Jadi kekalahan PDIP bukan hanya disebabkan adanya cawe-cawe, endorse atau program kerja. Utamanya lebih pada komposisi," ujar Agung.
Merujuk hasil hitung cepat atau quick count yang dilakukan Lembaga survei Charta Politika, duet Luthfi-Taj Yasin unggul dengan perolehan suara 57,95 persen, Sedangkan Andika-Hendrar memperoleh 42,05 persen suara.
Hasil quick count Indikator Politik Indonesia juga mencatatkan kemenangan bagi duet Luthfi-Taj Yasin. Duet tersebut meraup 58,24 persen suara, unggul jauh dari Andika-Hendrar yang menorehkan 31,76 persen suara.
Dihubungi terpisah, Peneliti Politik dari Populi Center, Usep Saepul Ahyar, mengatakan kekalahan PDIP di kandang banteng juga dilatari oleh masih kuatnya pengaruh tokoh yang mendukung Luthfi-Taj Yasin. Tokoh yang dimaksud, ialah Presiden Prabowo Subianto dan Presiden ke-7 Joko Widodo. Prabowo menyatakan dukungan secara terang-terangan kepada Luthfi-Taj Yasin melalui rekaman video yang diunggah akun media sosial tim pemenangan pasangan calon nomor urut 2 tersebut. Sedangkan Jokowi, menyatakan dukungannya kepada mantan Wakil Kepala Kepolisian Resor Kota Solo itu dengan turut serta pada agenda kampanye Luthfi-Taj Yasin di Banyumas, Jawa Tengah.
Menurut Usep, endorse yang dilakukan Prabowo dan Jokowi sedikit banyak mempengaruhi tingkat keterpilihan Luthfi-Taj Yasin jelang dihelatnya hari pemungutan suara. Apalagi, saat itu hasil sigi Lembaga survei menyatakan Luthfi-Taj Yasin kalah secara elektabilitas dari duet Andika-Hendrar.
"Endorse tokoh ini bisa dibilang sangat signifikan pengaruhnya untuk mengerek elektabilitas," ujar Usep.
Adapun Ketua Dewan Pimpinan Pusat PDIP, Deddy Yevri Sitorus, mengatakan Jawa Tengah sudah tak lagi menjadi kandang banteng. Ia menyebut, kandang banteng saat ini telah berpindah ke palagan Jakarta. "Jadi sekarang kandangnya di Ibu Kota Jakarta," kata Deddy.
Pada pilkada Jakarta, duet Pramono Anung-Rano Karno yang diusung PDIP unggul dari pasangan lainnya dengan perolehan suara mencapai di atas 50 persen. Hasil quick count yang dilakukan Charta Politika; Indikator Politik Indonesia; dan Parameter Politik Indonesia mencatatkan perolehan suara Pramono-Rano lebih banyak dari yang diperoleh duet Ridwan Kamil-Suswono maupun Dharma Pongrekun-Kun Wardana, yaitu sekitar 51 persen. Ridwan-Suswono yang diusung KIM Plus dan didukung Jokowi meraih 39 persen suara. Sementara duet Dharma-Kun yang maju dari jalur perseorangan menorehkan suara sekitar 10 persen.