Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Katib Aam PBNU: Dunia Kehilangan Sosok Pengayom, Mbah Moen

Mbah Moen menyampaikan beberapa pesan, di antaranya bahwa seluruh umat manusia adalah saudara, sebagai sama-sama keturunan Nabi Nuh As.

6 Agustus 2019 | 11.56 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Maimun Zubair alias Mbah Moen wafat, Selasa 6 Agustus 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Katib Aam Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menyampaikan bukan hanya bangsa Indonesia, tetapi seluruh umat manusia kehilangan atas wafatnya KH Maimun Zubair yang akrab disapa Mbah Moen.

"Ini bukan soal kehadiran kepemimpinan lahiriah atau sekadar kepemimpinan keilmuan," kata sosok yang akrab disapa Gus Yahya itu, melalui keterangan tertulis yang diterima Antara, di Jakarta, Selasa.

Dunia, kata dia, kehilangan pengayoman rohani dari Mbah Moen yang tak henti-hentinya ber-"riyadloh" mendoakan keselamatan dan kemaslahatan seluruh umat manusia.

Gus Yahya yang juga anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) itu mengenang ketika mengajak beberapa orang temannya dari Amerika untuk bertemu dengan Mbah Moen, awal 2018.

"Di antara mereka adalah seorang dokter dan aktifis kemanusiaan dari California. Dia punya pengaruh politik internasional yang sangat luas, tetapi tidak mau namanya disebarluaskan," katanya.

Dari pertemuan itu, Mbah Moen menyampaikan beberapa pesan, di antaranya bahwa seluruh umat manusia adalah saudara, sebagai sama-sama keturunan Nabi Nuh As.

"Maka, yang terpenting adalah bagaimana agar bangsa Indonesia ini bisa memberi teladan kepada dunia tentang kehidupan ber-Bhinneka Tunggal Ika," kata Gus Yahya, mengutip pesan Mbah Moen.

Ketika meninggalkan kediaman Mbah Moen, kata dia, tak disangka kawannya dari California itu berujar.

"Sekarang keyakinan saya mutlak! Bahwa di Indonesia ini ada jawaban bagi kemelut peradaban dunia dewasa ini," kata kawan Gus Yahya, ketika itu.

Oleh karena itu, Gus Yahya mengungkapkan kepergian Mbah Moen bukan hanya kehilangan bagi Nahdlatul Ulama (NU), bukan hanya bangsa Indonesia, tetapi kehilangan bagi seluruh umat manusia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus