Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Keresahan dalam sekam

Universitas mulawarman, samarinda, dilanda keresahan. para dosen menulis surat kepada menteri p & k mengungkapkan berbagai penyimpangan. persoalan lain, bentroknya rektor dengan tenaga ahli dari jer-bar.

17 Oktober 1987 | 00.00 WIB

Keresahan dalam sekam
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
SEORANG bekas rektor Universitas Mulawarman, Samarinda, tiba-tiba pergi ke Jakarta. Lalu ia menulis surat ke kampusnya, minta agar sejumlah dosen yang sudah siap mengundurkan diri membatalkan niatnya itu. "Unmul tercinta sedang porak-poranda. Memang saya ikut merasakan bahwa nasib anda semua sudah tak tertahankan," tulis Prof. Sambas, bekas rektor itu, pekan lalu. Ada apa di Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda, Kalimantan Timur, yang kini mempunyai sekitar delapan ribu mahasiswa dan 288 dosen itu? "Tak ada masalah, kok," kata Rektor Unmul Prof. Dr. Ir. Soetrisno Hadi didampingi istrinya, Dr. Setyawati Hadi. Benar. Unmul, tak menampakkan keresahan apa pun. Tapi, menurut seorang dosen, justru kini Unmul bak api dalam sekam. Soalnya yang resah bukan mahasiswa, anak-anak muda yang kurang bisa menahan emosi. Di universitas yang berdiri pada 1962 itu yang resah staf pengajar, yang tak merasa perlu membuat aksi hura-hura. Menurut beberapa dosen, keresahan dirasakan sejak 1983. Persisnya setelah Nyonya Setyawati, istri Rektor, pulang dari Amerika Serikat. Sukses bergelar doktor bidang ekonomi kehutanan, tiba-tiba ia mendapat wewenang mencampuri urusan Akademik Unmul. Dari mana datangnya wewenang bila bukan dari sang suami, yakni Rektor. Maka, dalam percakapan warung kopi di Unmul, kampus ini dapat nama baru: Unsalo, artinya Universitas Saliro Bundo, selera ibu. Pada 10 September lalu, 28 dosen Fakultas Kehutanan, satu dari lima fakultas Unmul, tak bisa cuma diam lagi. Mereka menulis surat kepada Menteri P dan K, mengungkapkan berbagai penyimpangan. Antara lain, Rektor menunjuk istrinya sebagai pembimbing utama skripsi dan pemimpin semua lembaga penelitian Unmul. Padahal, Dr. Setyawati Hadi -- 37 tahun, berwajah manis dan suka mengenakan celana panjang -- ini bukan pegawai di lingkungan Departemen P dan K. Dia pegawai negeri di Balai Penelitian dan Pengembangan Departemen Kehutanan di Samarinda. Persoalan lain, bentroknya Rektor dengan satu dari tiga tenaga ahli Jerman Barat. Akibatnya, proyek pengadaan laboratorium dan beasiswa ke luar negeri yang baru setengah jalan, macet. Bahkan tiga orang Jerman itu mengancam akan kembali ke negerinya, Desember nanti. Sementara itu kepada surat kabar Suara Kaltim, Samarinda, Rektor hanya mengakui adanya perbedaan pendapat antara dia dan tenaga ahli dari Jerman. "Mereka tak tahu apa-apa. Tak seperti yang diharapkan. Kayu meranti saja tak tahu," kata Rektor yang guru besar IPB dalam ilmu kehutanan ini. Soal yang lain-lain tak ditanggapi. Seminggu kemudian, 17 September, ganti staf pengajar di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan menulis surat ke Menteri. Surat diteken oleh 48 oran, terdiri dari 33 staf pengajar dan lainnya pegawai tata usaha. Mereka menyatakan keberatan dicalonkannya kembali Drs. Suyatno Wijoyo sebagai dekan. Berbagai kekurangan dia diuraikan. Soal moral, keuangan, dan masalah akademik. Suyatno, 37 tahun, masih bujangan dan gemar ganti-ganti mobil, merasa sedih dengan tuduhan itu. "Ada yang membesar-besarkannya," katanya kepada TEMPO. Soal apa? "Saya tak punya wewenang bicara dengan wartawan." Keresahan makin terasa setelah 14 dari 18 anggota Senat Guru Besar Unmul, 22 September, juga menulis surat kepada Menteri P dan K. Surat 11 halaman ini mengungkapkan sebab-sebab keresahan dan menyoroti adanya "Rektor Bayangan". Lalu, nah ini yang gawat, para dosen di Fakultas Kehutanan dan FKIP berniat meninggalkan Unmul. Untung, untuk sementara surat bekas Rektor Unmul pertama, Prof. Sambas, meredakan keresahan. Menteri Fuad Hassan P dan K masih mempelajari kasus serius ini dan belum berkomentar. Rizal Effendi (Samarinda)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus