Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Kisah HUT Kota Surabaya ke-728, Ada Hubungan dengan Serbuan Pasukan Mongol

Kota Surabaya merayakan hari jadinya ke-728, tahun ini. Diperingati sejak serbuan pasukan Kubilai Khan dari Mongol ke tanah Jawa.

31 Mei 2021 | 17.56 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Jembatan Sawunggaling di Kota Surabaya, Jawa Timur. Foto: Antaranews

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kota Surabaya pada 31 Mei 2021 merayakan hari jadinya yang ke-728. Serangkai kegiatan telah dilakukan sejak Maret, April dan puncaknya adalah Mei 2021 ini, dengan mengusung tema “Semangat Kebersamaan Menuju Surabaya Hebat”.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Beberapa rangkaian kegiatan yang dilakukan sejak Maret lalu di antaranya Festival Rujak Uleg ( 17 Maret ),  Surabaya Shopping Festival, Surabaya Health Season, Surabaya Fashion Parade, Pagelaran Seni Wayang 6 April, Ludruk 13 April, Ketoprak 20 April, Wayang Orang 27 April di Balai Budaya, Pasar Malem Tjap Toendjoengan dan Festival Kuliner Ampel, juga pertunjukan teatrikal Pertempuran 10 November di Tugu Pahlawan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mengulik sejarah, kota Surabaya seja dulu telah dipenuhi berbagai peristiwa besar, salah satunya keberhasilan menaklukkan invansi serangan dari Bangsa Mongol saat kepemimpinan Raden Wijaya. Pada hasi kemenangan penaklukan invansi tersebut maka dijadikan sebagai hari jadi Kota Surabaya.

Pada tahun 1293, pasukan Singasari pimpinan Raden Wijaya—orang yang menjadi raja Majapahit—berhasil mengalahkan pasukan Mongol, setelah sebelumnya ada kerjasama dengan pasukan mongol berada di bawah kekuasaan Dinasti Yuan.

Jauh akhirnya dimenangkan oleh Raden Wijaya, Raja dinasti Yuan, Kubilai Khan mengirim ke banyak utusannya ke negara lain untuk tunduk di bawah kekuasaannya dan membayar upeti. Men Shi salah satu utusan yang dikirim ke Jawadwipa.

Namun sayang, Kerajaan Singasari waktu itu dengan mengecap wajah Men Shi dengan besi panas menolak untuk tunduk kepada Mongol. Apa yang telah dilakukan oleh Kertanegara memiliki arti bahwa mengecap wajah dengan besi panas merupakan hukuman untuk pencuri.

Mendapatkan perlakuan seperti itu, Kubilai Khan memerintahkan untuk dikirimkan ekspedisi menghukum Kertanegara yang disebutnya sebagai orang barbar pada tahun 1292, tak hanya itu motif ekspedisi ini menurut Kublai Khan sebagai upaya Dinasti Yuan Mongol dapat mengusai jalur perdagangan laut asia, mengingat posisi geografis nusantara sangat stategis dalam jalur perdagangan.

Kerajaan Singasari sendiri menjadi kerajaan terkuat di Sumatera setelah berhasil mengalakan kerajaan Sriwijaya, namun terjadi pembrontkan yang dilakukan oleh Adipati Kediri, yakni Jayakatwang dan membunuh Kertanegara.

Atas pembunuhan yang terjadi kepada Kertanegara, seluruh anggota kerajaan membenci Jayakatwang, namun di sisi lain justru Jayakatwang mengampuni Raden Wijaya dengan bantuann wali dari Madura, Arya Wiraja.

Selpas itu, Raden Wijaya diberikan tanah hutan di Tarik. Titik ini mula ada Majapahit. Nama Majapahit sendiri diambil dari nama buah Maja yang punya rasa pahit, sehingga jadilah nama Majapahit.

Awal pasukan Yuan tiba di Jawadwipa diberitahukan oleh Raden Wijaya diwakili seorang dari Madura utnuk memberitahu bahwa Kertanagara telah tewas dibunuh Jayakatwang, yang kini sebagai penerus takhta kerajaan.

Dengan kondisi ini, Raden Wijaya berusaha bersekutu dengan pasukan Yuan melawan Jayakatwang. Di mana sebelumnya dijelaskan, Raden Wijaya sudah berusaha enyerang Jayakatwang namun tidak berhasil. Dengan kesempatan ini ia meminta bantuan pasukan Yuan berkerjasama dengan  jaminan akan tunduk pada kekuasaan Yuan dan memberikan puterinya.

Setelah terjadi 3 kali penyerangan kepada pasukan Kediri, akhirnya mereka dikalahkan dan melarikan diri. Ditengah pertempuran Paukan Yuan dan Kerajaan Kediri, pasukan Majapahit menyerang kota, dan Raja Jayakatwang mundur ke bentengnya,

Pada sore hari, Jayakatwang menyatakan takluk kepada bangsa Mongol.  Jayakatwang dikalahkan oleh pasukan Mongol, atas izin Shi-bi dan Ike Mese, Raden Wijaya kembali ke Majapahit, hendak menyiapkan pembayaran upeti untuk Mongol, dan meninggal mereka merayakan kemenangannya.

Tenyata perginya Raden Wijaya dimanfaatkan dengan cepat memobilisasi pasukannya dan menyergap rombongan pasukan Yuan. Kemudian menggerakkan pasukannya menuju kamp utama pasukan Yuan disertai serangan tiba-tiba. Dari penyerangan tiba-tiba tersebut ia berhasil membunuh banyak prajurit Yuan sedangkan sisanya berlari kembali ke kapal mereka.

Kegagalan ini sekaligus merupakan ekspedisi militer terakhir Kubilai Khan, dan Majapahit menjadi negara paling kuat pada di Nusantara. Dari Dinasti Yuan sendiri telah merencanakan invansi kembali namun batal sebab kematian Kublai Khan. Penyerangan sempat terjadi beberapa kali dilakukan Mongol berdasarkan laporan Ibnu Batutah, namun selalu berhasil digagalkan.

TIKA AYU

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus