Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Kisah Si Supri, Si Alfi, dan Si Irwan...

8 Agustus 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hari pertama masuk sekolah bagi Supri adalah hari yang nahas. Pada hari itu, dia berkenalan dengan sebuah bacokan yang merobek ginjal dan paru-parunya. Anak lelaki berusia 17 tahun murid STM Wiyata Mandala itu dibacok murid sekolah lain. Yang membacok adalah anak sekolah musuh bebuyutannya, yaitu STM Mualang Jaya, yang terletak di kawasan Tanjungpriok, Jakarta Utara. Akibatnya, ginjal dan paru-paru Supri robek dan harus dioperasi. Saat ditengok TEMPO, Supri, yang dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, dengan lancar menjelaskan pengalaman tawurannya. Tapi, di mata Rosma, sang ibu, Supri bukanlah anak bandel. Tidak mengherankan, Rosma terkejut melihat Supri dibawa kembali ke rumah oleh teman-temannya dalam keadaan berlumuran darah karena ia tak menyangka anak sulungnya itu bisa terlibat tawuran. "Padahal, dia di rumah pendiam," kata Rosma. Menurut dia, Supri jarang keluar rumah, suka menonton televisi. "Bahkan, untuk beli baju saja, saya yang membelikan," tutur Rosma. Begitu juga dengan Alfi Syahrin, murid SMU 7 yang tewas akibat tawuran dengan sekolah musuh bebuyutannya, SMU 24, akhir Juni lalu. Di daerah Dukuh Atas, Jakarta Pusat, dua kelompok musuh bebuyutan itu bertemu. Teman-teman Alfi, yang jumlahnya lebih sedikit, cepat-cepat kabur. Eh, Alfi malah maju sendirian. Tapi, ketika Alfi mencoba lari, dia malah menabrak metromini. Dalam keadaan cedera, Alfi digebuk ramai-ramai. Seperti Supri, Alfi dikenal sebagai anak yang pendiam. Malah anak ketiga dari empat bersaudara pasangan H. Abdul Somad dan Rahmalina itu dianggap manja oleh orang tuanya. Menurut Rahma, Alfi selalu langsung pulang ke rumah dari sekolah. Paling banter, nongkrong dulu di halte bus dekat rumah. Bahkan, untuk makan saja, dia selalu meminta kepada ibunya. Memang, Alfi tergolong biasa-biasa saja di sekolah, meski terkadang ikut-ikutan membolos. Tapi Alfi yang pencinta alam itu sama sekali tidak beringas. Begitu juga dengan Irwantoro, murid kelas dua STM Budi Utomo yang terbaring lemah di RSCM dengan selang di hidungnya. Irwan juga korban dendam yang tidak jelas. Anak malang itu tiba-tiba ditusuk dengan benda tajam di depan pertokoan Sarinah, Jalan Thamrin, Jakarta Pusat. Akibat tusukan itu, lambungnya menganga. Seseorang menemukannya dalam keadaan tak berdaya di sekitar Sarinah. Akhirnya, Irwan dibawa ke RSCM dan harus menjalani operasi selama enam jam. Menurut Abdul Fatah, ayah Irwan, anak yang baru berusia 16 tahun itu pendiam dan penurut. Wajar kalau sang ayah tidak menyangka peristiwa nahas tersebut bisa menimpa anaknya. "Padahal, dia tak pernah campur-campur sama anak nakal," kata Heru, paman Irwan. Sayangnya, kondisi Irwan masih terlalu lemah untuk sekadar bicara dan bercerita. Dan setelah kisah Supri, Alfi, dan Irwan, masih akan ada cerita mereka yang lain. Tanpa penyelesaian, mereka jatuh, terluka, dan mati sia-sia.… BB, MI, DW

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus