Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Diabetes tipe 2 berpotensi memicu komplikasi yang dapat mempengaruhi kondisi fisik seseorang. Salah satu contoh komplikasi diabetes yang dapat mempengaruhi fungsi tubuh adalah hiperglikemia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengutip laman Medical News Today, hiperglikemia adalah kondisi kadar gula darah di atas normal. Bagi yang berusia lebih dari 12 tahun, kadar gula darah normal setelah makan sekitar 180 mg/dL, sedangkan sebelum tidur 100-140 mg/dL. Jika lebih dari 180 mg/dL, maka kondisi tersebut masuk kategori hiperglikemia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hiperglikemia dapat mengakibatkan komplikasi yang berpotensi serius, seperti ketoasidosis diabetikum dan sindrom hiperglikemia. Ketoasidosis diabetikum adalah komplikasi diabetes di mana tubuh kekurangan insulin yang mengakibatkan hambatan memecah lemak untuk energi.
Proses ini memicu pelepasan zat berbahaya yang disebut keton. Zat tersebut kemudian menumpuk di dalam darah. Kondisi ketoasidosis diabetikum dapat menyebabkan masalah penglihatan. Dan bisa berakhir dengan kehilangan kemampuan melihat. Beberapa masalah penglihatan karena ketoasidosis diabetikum antara lain, kerusakan pembuluh darah mata, katarak yang dapat mengaburkan lensa mata, hingga glaukoma atau peningkatan tekanan pada mata.
Tidak hanya mengakibatkan kerusakan pada organ penglihatan, ketoasidosis diabetikum dapat mempengaruhi kinerja jantung. Misalkan gangguan irama jantung yang tidak normal, kejang, hingga stroke. Kondisi tersebut dapat menyebabkan seseorang mengalami kondisi disabilitas lantaran hilangnya salah satu fungsi tubuh.
Pasien diabetes yang mengalami hiperglikemia kronik juga dapat mengalami masalah mental psikososial. Kondisi ini dapat memicu komplikasi, seperti kecemasan sampai depresi. Hiperglikemia juga mengganggu fungsi saraf yang dapat muncul seperti nyeri atau mati rasa pada anggota tubuh.
Sebab itu, sebelum mengalami kerusakan fungsi tubuh akibat diabetes tipe 2, ada baiknya mereka yang memiliki faktor risiko segera berkonsultasi ke dokter spesialis penyakit dalam. Gaya hidup sehat, diet yang tepat dapat, rajin olahraga, dan cukup istirahat akan memperlambat laju kerusakan fungsi organ tubuh hingga mengurangi potensi disabilitas.
Baca juga:
6 Cara Alami Cegah Pradiabetes Tak Jadi Diabetes