Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Berita Tempo Plus

Terpaksa Kembali Bersekolah Daring

Sejumlah siswa SD korban kebakaran Depo Pertamina Plumpang terpaksa bersekolah via daring. Relokasi menjadi salah satu solusi.

7 Maret 2023 | 00.00 WIB

Suasana posko pengungsi korban kebakaran Depo Pertamina Plumpang di Jakarta, 4 Maret 2023. Tempo/Magang/Muhammaf Fahrur Rozi
Perbesar
Suasana posko pengungsi korban kebakaran Depo Pertamina Plumpang di Jakarta, 4 Maret 2023. Tempo/Magang/Muhammaf Fahrur Rozi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ringkasan Berita

  • Anak-anak korban kebakaran Depo Plumpang terpaksa belajar via daring sebagaimana saat masa pandemi tahun lalu

  • Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mencatat sebanyak 1.085 warga mengungsi.

  • Dana relokasi dapat dianggarkan dari Pertamina dan Pemprov DKI, termasuk pembangunan rusun.

JAKARTA – Abdul Rahim, 11 tahun, terlihat asyik bermain ayunan bersama kawan-kawannya. Siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri (SDN) Rawa Badak Selatan 09 itu bermain di antara tenda-tenda pengungsian di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Rasela Rawa Badak Selatan, Koja, Jakarta Utara. Tenda pengungsian tersebut dibangun untuk menampung para korban, termasuk Rahim, yang rumahnya hancur dilalap api akibat ledakan pipa Depo Pertamina Plumpang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Kebakaran yang terjadi pada Jumat, 3 Maret lalu, mengakibatkan dia dan sejumlah teman-temannya terpaksa belajar via daring sebagaimana saat masa pandemi tahun lalu. “Karena baju dan buku hangus terbakar, ya, sekarang belajarnya terpaksa pakai handphone lagi,” ujar Rahim pada Senin, 6 Maret 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Rahim terisak sedih mengingat kejadian nahas tersebut. Baju dan buku-buku sekolahnya ludes dilalap si jago merah. Dia berharap bisa segera kembali bersekolah secara luring dan bertemu dengan teman-temannya.

Relawan mendongeng kepada sejumlah anak korban kebakaran depo Pertamina Plumpang di Jalan Tanah Merah Bawah, Plumpang, Jakarta, 6 Maret 2023. TEMPO/Hilman Fathurrahman W

Mentari Embun Salsabila, 9 tahun, yang masih satu sekolah dengan Rahim, juga terlihat murung. Siswa kelas II ini terpaksa belajar memakai gawai lantaran perlengkapan sekolahnya hangus terbakar. Meski sudah memegang gawai, kedua siswa ini belum bisa belajar. “Buku mata pelajaran tidak ada.”

Beberapa jam kemudian, pada siang itu, wajah mereka terlihat semringah dan gembira. Mereka baru saja dikunjungi gurunya. Mereka mendapat sepasang sepatu serta buku tulis, tapi seragam serta buku mata pelajaran belum diterima. Hari ini, mereka mulai bersekolah via daring.

Abdul Rohman atau akrab dipanggil Oman, siswa kelas IV SDN Tugu Selatan, Balai Rakyat, Jakarta Utara, teman bermain Rahim dan Salsabila, juga menempati lokasi pengungsian yang sama. Rumahnya di Rukun Tetangga (RT) 12 Rukun Warga (RW) 9 Kelurahan Rawa Badak Selatan juga terbakar hangus di lalap api akibat kebakaran Depo Pertamina Plumpang.

Berbeda dengan dua temannya itu yang harus bersekolah via daring, Oman bisa bersekolah secara luring. Satu hari setelah peristiwa nahas itu, beberapa guru dari sekolahnya langsung datang ke pengungsian. Mereka membagikan seragam sekolah, sepatu, dan buku materi pelajaran kepada anak didiknya. “Buku terbakar semuanya. Sekarang dipinjami bu guru,” ujar Oman.

Oman mengeluh meski sudah memegang buku pelajaran yang dipinjami guru-gurunya. Suasana ramai di tenda pengungsian membuatnya sulit berkonsentrasi menyerap pelajaran dari buku-buku sekolah.

Oman masih terlihat ketakutan saat ditanya soal insiden pada Jumat malam itu. Dia masih ingat bagaimana peristiwa saat ledakan depo Pertamina itu terjadi. Bocah tersebut bersama ibunya sedang berada di rumah saat kejadian. Sementara itu, sang ayah sedang berjualan kue di Pasar Senen, Jakarta Pusat.

Baca juga: Pemantik Ledakan di Depo Plumpang

Oman menuturkan, sebelum ledakan terjadi, tercium bau gas yang menyengat. “Kayak bau minyak tanah dan bensin. Bau banget,” ujarnya. Ibunya tersadar setelah mencium bau menyengat. Oman dan ibunya langsung lari ke Gang Sekolah Rawa Badak Selatan untuk menyelamatkan diri.

Mereka lalu pindah ke kantor Kepolisian Sektor Bhayangkara pada tengah malam. Keesokan paginya, mereka sempat berpindah ke kantor Partai Golkar di kawasan Walang hingga akhirnya ke lokasi pengungsian di RPTRA Rasela saat ini. Banyak warga pengungsi yang tidak bisa tidur di tenda pengungsian. “Banyak nyamuk,” ujarnya.

Ketiga bocah tersebut merupakan bagian dari ribuan warga Rawa Badak Selatan yang menjadi korban kebakaran akibat ledakan Depo Pertamina Plumpang. Jarak antara Depo dan permukiman warga kurang dari 100 meter.

Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mencatat sebanyak 1.085 warga mengungsi. “Lokasi pengungsian tersebar di delapan titik,” ujar Pelaksana Harian Kepala Pelaksana BPBD DKI, Muhammad Ridwan, pada Sabtu, 4 Maret lalu.

Data sementara hingga Sabtu, pukul 07.00 WIB, di delapan lokasi pengungsian, yakni di kantor Palang Merah Indonesia (PMI) Jakarta Utara sebanyak 132 jiwa, di Masjid As Sholihin (63), kantor Kelurahan Rawa Badak Selatan (79), gedung Golkar Walang (258), serta kantor Suku Dinas Tenaga Kerja dan Energi Jakarta Utara (74).

Tas milik seorang anak yang rumahnya hangus terbakar imbas kebakaran depo Pertamina Plumpang di Jalan Tanah Merah Bawah, Plumpang, Jakarta, 6 Maret 2023. TEMPO/Hilman Fathurrahman W

Selanjutnya, di Masjid Al Muhajirin sebanyak 60 orang, Masjid Al Kuroma 63 orang, dan RPTRA Rasela sebanyak 356 jiwa. Kebakaran berhasil dipadamkan pada Sabtu dinihari, sekitar pukul 02.20 WIB. Adapun, berdasarkan data sementara yang diterima BPBD DKI, tercatat 17 korban tewas, 49 orang luka berat, dan dua orang luka sedang.

Relokasi Salah Satu Solusi

Abdul Hamid, ayah Oman, mengatakan keluarganya sudah menetap di Rawa Badak Selatan selama 20 tahun. Pria yang sehari-hari berdagang kue di Pasar Senen ini berharap pemerintah bisa segera memberi solusi. “Kalau bisa sih, warganya saja dipindahin,” ujarnya.

Rumahnya yang hancur akibat ledakan pada Jumat lalu itu hanya berjarak kurang dari 100 meter dari Depo Pertamina. Abdul juga menyaksikan ledakan Depo Pertamina yang terjadi pada 2009. Selain itu, pada 2002, permukiman di sana pernah kebakaran akibat tabung elpiji yang meledak.

Asrai, 44 tahun, juga berharap ada solusi setelah kejadian kebakaran tersebut. Laki-laki yang kesehariannya bekerja sebagai tukang bangunan itu terpaksa mengungsi di RPTRA Rasela karena rumahnya hancur.

Hingga Senin kemarin, warga yang mengungsi sedikit demi sedikit kembali menengok rumahnya. Di lokasi pengungsian di PMI di Koramil Koja tersisa sekitar 50 orang. Salah satunya Arifin dan istrinya serta empat anak mereka. Rumah mereka hancur dalam peristiwa ledakan itu sehingga terpaksa mengungsi. “Kami sudah menengok rumah. Hancur semua,” ujarnya.

Semua bantuan untuk korban diarahkan melalui Pos Koramil Koja agar distribusi bantuan merata. Bantuan yang diterima di antaranya mi instan, air minum, buah, nasi kotak, beras, pakaian, susu, telur, dan popok.

Anggota Komisi B Bidang Perekonomian DPRD DKI Jakarta, Gilbert Simanjuntak, meminta Pertamina dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta segera mencari solusi. Kebakaran Depo Pertamina Plumpang bukan pertama kali terjadi karena pernah terjadi pada 2009.

Menurut Gilbert, permukiman warga dengan depo sangat dekat. Warga pun sudah mencium bau sangit beberapa menit sebelum kebakaran. Pertamina dan Pemprov DKI Jakarta harus menyiapkan solusi jangka panjang agar insiden serupa tidak terulang.

“Lebih baik masyarakat di sekitar depo direlokasi ke rusunawa atau rusunami. Juga harus ada pembatasan dengan permukiman warga dengan jarak tertentu sesuai dengan peraturan,” ujar Gilbert. Dana relokasi, menurut kader PDI Perjuangan ini, dapat dianggarkan dari Pertamina dan Pemprov DKI, termasuk pembangunan rusun.

Solusi relokasi sebelumnya sudah disampaikan Wakil Presiden Ma’ruf Amin saat berkunjung ke lokasi kebakaran pada Sabtu lalu. Dia mengatakan, demi keamanan warga, disarankan lokasi Depo Pertamina Plumpang dipindahkan jauh dari permukiman penduduk. “Depo Pertamina bisa direlokasi di area pelabuhan di kawasan Pelindo. Lalu, untuk permukiman penduduk, perlu ditata ulang agar lebih teratur,” ujarnya.

JIHAN RISTIYANTI | MUTIA YUANTISYA

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Jihan Ristiyanti

Jihan Ristiyanti

Lulusan Universitas Islam Negeri Surabaya pada 2020 , mulai bergabung dengan Tempo pada 2022. Kini meliput isu hukum dan kriminal.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus