Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kubu calon presiden inkumben Joko Widodo atau Jokowi berang dengan pernyataan Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama, Yusuf Martak, soal memilih cawapres ulama sama saja memecah suara umat Islam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca: Soal Debat Bahasa Inggris, Jokowi: Bahasa Nasional Kita Indonesia
"Kami tidak pernah berniat memecah suara umat Islam. Kami hanya ingin menghadirkan ke Indonesia-an dalam pasangan ini. Pecah-memecah itu tidak ada keahlian kami. Itu yang di sana," ujar Hasto Kristiyanto di Posko Cemara, Jakarta pada Senin, 17 September 2018.
Hasto malah menyindir pihak-pihak yang sudah membentuk tim-tim khusus untuk menarik suara mahasiswa. Namun, Hasto enggan menjelaskan pihak mana yang ia maksud. Kami tidak punya keahlian untuk membentuk tim-tim khusus untuk mengambil mahasiswa. Kami enggak punya," ujar dia.
Baca: Jokowi Ditargetkan Bisa Raih 80 Persen Suara di Bangka Belitung
Sebelumnya, Yusuf Martak mengatakan hal tersebut saat menanggapi pertanyaan tentang apakah tidak khawatir suara umat Islam terbelah, mengingat ada ulama, yaitu Ma'ruf Amin, yang ditunjuk menjadi cawapres Jokowi.
"Mengenai cawapres ulama, memecah. Ya semestinya kalau tidak mau pecah, jangan angkat calon wapres yang ulama," kata Yusuf Martak dalam acara Ijtima' Ulama II di Hotel Grand Cempaka, Jakarta Pusat, Ahad, 16 September 2018.
Adapun para petinggi GNPF telah menandatangani kesepakatan untuk mendukung Prabowo Subianto - Sandiaga Uno di pilpres 2019, dalam Ijtima Ulama II yang digelar pada Ahad, 16 September 2018. Kesepakatan itu tertuang dalam Surat Keputusan Ijtima Ulama dan Tokoh Nasional II nomor 01/IJTIMA/GNPF-ULAMA/MUHARRAM/1440 H tentang penetapan Presiden dan Calon Wakil Presiden.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini