BAGAIMANA bila insinyur teknik mesin bertemu robot dan cuma bengong? "Itu tidak lucu," kata Dr. Ir. Mulyo Widodo, dosen di Teknik Mesin ITB. Maka, untuk menghindarkan ketidaklucuan itu kini dimasukkan penghuni baru di gedung Laboratorium Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB) seluas sekitar 45 m2 itu. Yakni sejumlah robot. Perlunya, sewaktu-waktu mahasiswa bisa berakrab-akrab dengan para robot. Memang, sejak kurikulum baru 1 September 1987, ITB membuka mata kuliah pilihan baru, yakni dasar-dasar ilmu robot. Nama asli mata kuliah pilihan itu yakni Ilmu Kontrol Numerik dan Robotik. Meski baru, mata kuliah ini sudah dilengkapi dengan sebuah laboratorium, lengkap dengan dua perangkat mesin Computer Numeric Control (CNC) dipinjamkan langsung dari Menristek Prof. B.J. Habibie. Lalu siapa gerangan pawang robot? Ternyata, banyak. Setiap dosen teknik mesin ternyata sudah mendapat bekal ilmu dasar guna memahami "makhluk" yang disebut robot itu. "Seperti Ilmu Elektro atau Sistem Sensor, ini dapat dihubungkan dengan mata kuliah pilihan Kontrol Numerik dan Robotik," kata Mulyo Widodo. Mungkin merasa sebagai penghuni baru ITB, para robot sedikit jual mahal. Tak setiap mahasiswa yang ingin berkenalan lalu diterima. Ada syaratnya, yakni harus lolos terlebih dahulu dengan materi kuliah seperti: Elektro, Mekatronika, dan Komponen Penggerak. Tak hanya itu, si mahasiswa juga harus sudah cukup umur, telah memasuki tahun kelima. Dari sekitar 100 mahasiswa semester IX dari Teknik Produksi Permesinan, 19 orang berminat mempelajari soal robot. Untuk angkatan pertama, menurut Widodo, jumlah itu sudah lumayan. "Saya yakin nanti akan mengalami perkembangan cukup baik, mengingat teknologi itu selalu cenderung berkembang," kata Mulyo pula. Ada pertanyaan, sementara kita memang perlu mengejar ketinggalan dari negeri-negeri lain, tidakkah robotisasi berarti menganggurkan tenaga kerja manusia. "Tidak seluruh industri itu dikerjakan dengan robot, dan tidak seluruh pekerjaan itu dikerjakan dengan tangan manusia," jawab Widodo. "Yang jelas, tak semua proses industri bisa disamaratakan. Sebab, ada suatu proses industri yang mau tak mau harus dikerakan dengan mesin otomatis. Seperti robot itu," kata doktor lulusan Universitas Katolik Leuven Belgia ini. Keuntungan robot kata ahli robot dari ITB ini, antara lain, mereka itu tak akan dijangkiti rasa jenuh dan bosan meski harus mengerjakan pekerjaan yang sama berulang-ulang. "Tentu saja, penggunaan robot sangat tergantung tenaga yang memprogramnya," kata staf senior ITB ini. Bagi para mahasiswa sendiri, ilmu baru itu memang cukup mengasyikkan. Seperti yan dikatakan oleh Agus Susanto, mahasiswa Teknik Mesin ITB angkatan 1982 ini, "Setelah terjun mempraktekkan membuat robot, ternyata ilmu ini terasa menyenangkan." Robot, agaknya "ramah" juga. Agus berminat menerjuni dunia robot bukannya tanpa perhitungan. Perkembangan teknologi industri di masa depan, tuturnya, kemajuannya sangat tergantung makhluk robot. Jadi, tidak rugi, deh, punya teman bernama robot. Salah satu pencetus kuliah baru ini, Mardjono Siswosuwarno, Ketua Jurusan Teknik Mesin ITB, pun penuh harap. "Siapa tahu mereka dapat menciptakan suatu karya dalam bentuk robot industri, yang berguna untuk perkembangan perindustrian di Indonesia," kata doktor ahli mesin ini. Harap diketahui, guna memperlancar keakraban antara robot dan mahasiswa, masih dibutuhkan comblang. Yakni pihak Universitas Teknik Berlin, dan Universitas Katolik Leuven Belgia. Jadi? Selamat datang, Robot -- dari bahasa Polandia, artinya budak. Gatot Triyanto & Riza Sofyat (Bandung)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini