KULIAH jarak jauh dengan media audiovisual dimulai tahun lalu, untuk mahasiswa di sembilan perguruan tinggi negeri (Universitas Cenderawasih, Pattimura, Sam Ratulangi, Tadulako, Hasanuddin, Lambung Mangkurat, Mulawarman IKIP Manado, dan IKIP Ujungpandang), dengan IPB sebagai penyumbang dosen. Kuliah yang memanfaatkan satelit Palapa ini untuk mengatasi kurangnya tenaga pengajar di perguruan-perguruan tersebut. Sebab, terlalu mahal untuk mendatangkan dosen terbang, misalnya dari IPB ke Universitas Cenderawasih di Jayapura. Selain itu, sistem ini pun memungkinkan lebih banyak mahasiswa ikut kuliah, tanpa menambah sarana bangunan fisik. Singkat kata, satu cara efisien meningkatkan kualitas dan kuantitas perkuliahan. Tentu, lokasi masing-masing dilengkapi dengan berbagai peralatan. Yang pokok: sejumlah mikrofon dan pengeras suara, hingga memungkinkan dialog dosen-mahasiswa. Lalu ada pesawat telecopier (facsimile), yang memungkmkan pergiriman dan penerimaan gambar, foto, dokumen dari dan ke semua okasi perkuliahan. Ditambah laei sebuah papan tulis elektronik dan pena erektronik, hingga tiap lokasi bisa mengirimkan tulisan langsung. Beberapa lokasi (belum semua) dilengkapi dengan keyboard. Ini bukan instrumen musik, tapi alat mengetik jarak jauh semacam teleks tapi bukan mengetik pada kertas, melainkan pada panil elektronik. Untuk itu, tentu saja, di tiap lokasi ada pesawat televisi untuk menerima tulisan dari papan elektronik dan dari keyboard. Hasilnya, menurut Rhia Sadjad, staf teknik perkuliahan iarak iauh di Unhas, Ujungpandang, belum dievaluasi. Tapi mahasiswa tampaknya tekun juga mengikuti kuliah yang dosennya tak terhhat ini, katanya. Adapun hambatannya, terkadang komunikasi kurang jelas. Ada kemungkinan, komunikasi belum diatur rapi. Misalnya, seorang mahasiswa di Unhas akan bertanya, dan kebetulan ia bersuara ketika seorang mahasiswa di Unsrat belum habis bicara, maka suara akan terdengar tidak jelas. Tapi, di tiap lokasi perkuliahan ada seorang moderator, yang bertugas mengatur pemakaian saluran. Jelas, dibandingkan sistem UT, sistem kuliah jarak jauh lebih unggul, karena bisa berlangsung dialog seketika itu juga. Tapi biaya untuk Ini tidak kecil: proyek kuliah jarak jauh ini per tahun membayar Rp 300 juta kepada pihak Perumtel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini