LANGKAHNYA bagaikan kuda di papan catur. Bermula dengan gerak
datar ke Semarang, ia dengan cepat melangkah balik ke Merak.
Sasarannya: jembatan timbang dan truk-truk yang membaa angkutan
berlebihan. Ia juga menginspeksi suasana di Jakarta, dan
tiba-tiba melompat jauh ke Medan dari markas besarnya. Tanpa
lelah, esoknya, Jumat pekan lalu, ia sudah hadir di tengah Kota
Palembang.
Itulah Laksamana Sudomo, Ketua Opstipus yang . Turun tangan
sendiri menggebrak pungli ke kiri dan ke kanan. Toh ada yang
masih ragu. "Gebrakan Pak Domo itu saya khawatir cuma
hangat-hangat tahi ayam . . . hanya kejutan menjelang sidang
umum MPR." Yang bersuara skeptis itu adalah seorang petugas
Dinas lalu-Lintas dan Angkutan Jalan Raya (DLLAJR) di Pati,
Ja-Teng.
Ucapan tersebut barangkali mewakili kesangsian sebagian
masyarakat atas gebrakan Pangkopkamtib Ketua Opstib Pusat
Laksamana Sudomo mengganyang pungli beberapa pekan terakhir ini.
Gebrakan itu tentu saja disambut gembira. Toh rasa ragu tetap
membayangi: apakah Sudomo benar-benar akan menghantam pungli di
semua bidang? Termasuk juga pungli di tingkat atas yang
"kakap"?
Laksamana Sudomo sendiri bertekad. akan memberantas pungli
sampai tuntas. "Pada tahap pertama saya memulainya di angkutan
jalan raya. Berikutnya akan meluas ke sektor yang lain.
Percayalah," katanya kepada TEMPO di Medan pekan lalu.
Kegagalan operasi pungli pada 1977 tampaknya dijadikan
pelajaran. Opstibpus dan Opstibda yang selama ini cuma menampung
informasi belaka akan ditingkatkan peranannya. Opstib akan
menggunakan aparat Laksusda sebagai tangannya di daerah, yang
bisa terjun langsung. "Kali ini kami tak ingin membuat kejutan
yang tak punya kelanjutan," tegas seorang pejabat Opstibpus.
Sasaran Sudomo sampai pekan lalu memang masih di bidang angkutan
jalan raya. Setelah Operasi Teratai IV Opstib memergoki berbagai
pungli di Jawa, antara 27 November sampai 4 Desember dilancarkan
Operasi Teratai V di Sumatera. Pulau ini memiliki 31 jembaun
timbang, yang lagi-lagi dijadikan sasaran.
Sekalipun telah mengetahui ada operasi pungli di antara, para
petugas DLLAJR di Sumatera ternyata tetap berpraktek . Sewaktu
ditinjau Sudomo. Kepala Jembatan Timbang di Binjai dan Titi
Papan (Sum-Ut) mengakui masih melakukan pungli terhadap
kendaraan yang ditimbang. Besarnya antara Rp 500 sampai Rp 2.000
tiap truk. Pungli di Sum-Ut ternyata lebih besar dari di Jawa
yang Rp 200, kata Sudomo. Sehari sebelumnya Pangkowilhan I
Letjen Susilo Sudarman menyatakan, pungli di Sum-Ut tak seganas
di Jawa.
Di Medan, Sudomo juga menerima laporan: Kepala Dinas LLAJR
Sum-Ut ternyata mengeluarkan surat dispensasi muatan bagi
truk-truk tertentu. Truk yang daya angkutnya 3 ton bisa membawa
muatan sampai 4,5 ton asalkan membawa surat dispensasi yang
ditandatangani Anton Sudarto, Kepala Dinas DLLAJR Sum-Ut, yang
berlaku sebulan. Harga surat dispensasi tersebut antara Rp
25.000 dan Rp 35.000.
Seperti juga di beberapa tempat yang dikunjunginya, di Medan,
Kamis pekan lalu, Sudomo mengadakan pertemuan dengan para
pengusaha angkutan. Jangan memberi peluang. Peluang bisa timbul
kalau saudara melakukan kesalahan. Suntikan keberanian yang saya
berikan kepada saudara ialah harus berani menolak memberi
pungli. Harus berani. Dan kalau anda dipaksa, laporkan cepat
kepada saya, kata Sudomo yang diambut tepuk tangan riuh.
SUDOMO juga menjelaskan kebijaksanaan pemerintah sejak 25
November yang memberikan dispensasi 2596 bagi setiap angkutan
barang. Saya sudah konsultasikan ini dengan Pak Purnomosidi,
Menteri PU. Toleransi 25% ini tak akan merusak jalan, ujarnya.
Operasi Teratai IV, menurut Sudomo, telah memperlihatkan hasil.
Dalam kunjungannya 1 Desember ke beberapa jembatan timbang
antara Jakartairebon, tak saya jumpai lagi pungli di sana,
katanya. Hingga hasil Operasi Teratai IV dan V dianggapnya
menunjukkan sebuah harapan. Ia tak ingin kalau ada yang menyebut
operasinya kah Ini membikin stagnasi arus barang, macetnya
angkutan, naiknya ongkos angkut dan merugikan pengusaha. Saya
tahu saudara masih untung dengan dispensasi 25 persen itu,
ujarnya di depan para pengusaha ankutan Sum-Ut.
Toh lewat Departemen Perhubungam Opstib akan membuat proyek
percontohan terhadap beberapa perusahaan angkutan dengan
kebijaksanaan dispensasi 25% itu. Selama 3 sampai 4 bulan kami
akan meneliti, betulkah perusaha an akan merugi dengan
kebijaksanaan itu, katanya.
Sehari setelah Medan, Sudomo turun ke Palembang. Pada pers
Pangkopkamtib menjelaskan lagi 4 langkah yang akan diambil untuk
menghilangkan pungli. Pemungutan retribusi akan dilakukan pemda,
dibayar sekaligus setahun. Jembatan timbang juga akan diganti
dengan alat lain yang lebih modern. Beberapa jembatan timbang
akan dihapuskan, sementara yang lainnya akan diubah fungsinya
menjadi pencatat statistik arus barang. Dan sanksi hukuman
terhadap pelanggaran lalu lintas akan diperberat.
Di Sumatera Selatan, menurut Pangkopkamtib, pelanggaran batas
muatan kini tinggal sekitar 7%. Itu dinilainya menggembirakan
karena sebelumnya mencapai 80 sampai 90%. Ini berarti sekarang
ada kesadaran masyarakat dan ini akan mengakibatkan hilangnya
pungli, kata Sudomo.
utaan penduduk Indonesia tentu berharap itu bisa menjadi
kenyataan. Mereka kini menunggu langkah orang No. 1 Opstib
selanjutnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini