DENGAN lantang, Hetty Koes Endang mengalunkan lagu " . . . kutusuk gambarmu, di dalam pemilu, tahun delapan tujuh". Itu bukan lagu baru, tapi gubahan dari lagu Kau yang Sangat Kusayang yang diubah menjadi Golkar yang Sangat Kusayang. Sebelum lagu berakhir, penyanyi yang berpakaian kebaya dengan gaun hijau itu mengacungkan tangan sambil berseru "Hidup Golkar! Hidup Golkar!" Lebih dari 5.000 pengunjung malam peringatan HUT ke-21 Golkar yang memenuhi Balai Sidang Senayan Minggu malam lalu bergemuruh menyambutnya. Malam itu teriakan "Hidup Golkar" memang sering berkumandang, dan bukan cuma para penyanyi yang memekikkannya. Ketua Umum Golkar, Sudharmono, sebelum memulai pidatonya juga mengangkat tangan dan mengepal tinju, serta berkali-kali berseru "Merdeka. Hidup Golkar". Hadirin menyambut, meski tidak gegap gempita. Berdiri di podium, yang dihiasi bendera merah putih dan bendera kuning Golkar, Sudharmono berkata, "Golkar telah tumbuh semakin besar dan berakar. Ia memang berasal dari rakyat, tempat ia mengabdi." Adanya pergantian generasi ditanggapi Sudharmono dengan rasa bangga, haru, dan sekaligus siaga. Bangga dan haru karena jalan yang ditempuh telah cukup panjang. "Dan siaga karena besar tugas yang harus dilaksanakan dan berat tanggung jawabnya." Dalam ulang tahun yang ke-21 ini, "Golkar tegas ideologinya dan mantap posisi politiknya," kata Ketua Umum Golkar itu. Posisi itu dicapai dengan kepercayaan yang diberikan rakyat kepada Golkar lewat pemilu. Hakikat kepercayaan itu, kata Sudharmono, adalah agar kita dengan penuh tanggung jawab menjaga lurusnya jalan Pancasila dan UUD 1945. "Kita akan meningkatkan taraf hidup rakyat melalui pembangunan yang berkesinambungan yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila." Ketua Dewan Pembina Golkar, Soeharto, dalam pidato tertulis yang dibacakan Sekretaris Dewan Pembina Golkar, Sapardjo, antara lain menegaskan, Golkar telah tumbuh menjadi kekuatan sosial politik yang mendapat tempat terhormat di hati rakyat. "Kepercayaan yang besar itu merupakan modal besar bagi perkembangan Golkar selanjutnya, karena itu harus dipelihara sebaik-baiknya," pesan Soeharto. Kekuatan Golkar, menurut Soeharto, terletak pada sikapnya yang jelas dalam mempertahankan Pancasila dan-UUD 1945, serta tekadnya mengantarkan rakyat Indonesia menuju masyarakat Pancasila yang adil dan makmur. Malam peringatan di Balai Sidang pekan lalu merupakan puncak rangkaian acara peringatan yang diadakan sebulan penuh. Sebelumnya telah diadakan berbagai kegiatan sosial antara lain berupa pengobatan gratis dan khitanan masal. Ada juga berbagai acara kesenian dan olah raga. Kegiatan serupa diselenggarakan di seluruh Indonesia, hingga ada anggapan bahwa Golkar telah melakukan prakampanye. Tuduhan ini ditangkis Sekjen Golkar Sarwono Kusumaatmadja. "Kami serba salah. Kami tidak bikin apa-apa, dikira tidur. Bikin apa-apa dikira kampanye. Ya, biarkan saja. Pokoknya, kami muncul dengan gagasan-gagasan yang cukup berharga di masyarakat," katanya. Sarwono mengakui, peringatan ulang tahun Golkar tahun ini lain dengan yang lalu. "Sebab, kita menghadapi momentum yang kita harus bicara mengenai masalah-masalah yang sangat penting. Perekonomian kita sedang mengalami konjungtur turun, dan ini membawa kesulitan. Misalnya dalam perdagangan internasional. Juga di dalam negeri," katanya. Menurut dia, di dalam negeri kita sudah biasa dengan model pembangunan yang mempunyai indikator makro yang baik. Di masa mendatang, kata Sarwono, kita tidak bisa menilai keberhasilan pembangunan dari itu. "Kita harus berani menonjolkan keberhasilan dari faktor lain. Misalnya sejauh mana sistem pemerintahan kita sudah efektif dan efisien. Sejauh mana potensi masyarakat sudah bisa dimobilisasikan dan didayagunakan." Indikator itu jauh lebih penting daripada indikator makro ekonomi. "Kalau kita terjebak dalam makro ekonomi bisa saja pola pembangunan kita tidak responsif," katanya. Sinyalemen Sarwono tampaknya segaris dengan Pernyataan Politik Golkar, yang disimpulkan setelah rapat kerja nasional (rakernas) yang diadakan 17-19 Oktober lalu di Jakarta, yang diikuti 462 peserta dari berbagai unsur pimpinan dan kader Golkar di pusat dan daerah. Pernyataan politik sepanjang sembilan halaman itu mencakup berbagai bidang: umum, sosial politik, sosial ekonomi, sosial budaya, internasional, pelaksanaan program Golkar, dan pola pembangunan jangka panjang. Tidak banyak hal baru dalam pernyataan politik itu, yang semuanya menegaskan sikap dan pandangan Golkar mengenai berbagai masalah. Mengenai politik, misalnya, penetapan Pancasila sebagai satu-satunya asas dianggap merupakan pembuka babak baru dalam proses pemantapan integrasi nasional dan penciptaan budaya politik yang bersumber pada Pancasila. Tantangan pembangunan politik di masa mendatang adalah menjadikan Pancasila sebagai ideologi yang operasional dan mampu menjawab berbagai tantangan yang semakin kompleks. Di bidang ekonomi, Golkar mengharapkan diambilnya langkah yang pasti dan kreatif dalam rangka mempertahankan ketahanan di bidang ekonomi dengan menciptakan iklim perekonomian yang lebih sehat melalui pemngkatan taraf kesejahteraan masyarakat luas serta penyerapan tenaga kerja. Golkar juga mendukung tiap usaha untuk memberikan peranan lebih besar pada kekuatan ekonomi nasional, yakni swasta, hingga memperluas basis partisipasi dan pertumbuhan ekonomi secara lebih merata dan adil. Tampaknya, di bagian ekonomi itulah tekanan utama pernyataan politik Golkar. Menurut suatu sumber, sebagian kalangan Golkar khawatir, bila situasi ekonomi Indonesia makin sulit, pemerintah lalu mengambil jalan pintas yang keras. Misalnya Kopkamtib diturunkan. "Kita tidak mau itu terjadi di sini, sebab kita masih mempunyai potensi untuk mencari alternatif baru di bidang ekonomi," kata sumber tersebut. Peringatan HUT ke-21 Golkar pekan lalu juga ditandai dengan "tantangan" pimpinan Golkar untuk meraih setidaknya 67,7 persen suara pemilih dalam Pemilu 1987. Ucapan itu dinyatakan Ketua Presidium Harian Dewan Pembina Golkar M. Panggabean tatkala membuka rakernas. Panggabean menegaskan, Golkar harus bisa meraih 61 juta suara dari 90 juta pemilih. Bila sasaran itu tercapai, berarti Golkar bisa meraih 70 persen dari 400 kursi DPR. Sasaran yang ingin dicapai Golkar itu, menurut Sudharmono, bukan utopis, tapi realistis. Sasaran 280 dari 500 kursi DPR itu, katanya, lebih rendah dibanding posisi sekarang yang 267 dari 460 kursi DPR (dalam Pemilu 1987, menurut UU Nomor 2 tahun 1985 jumlah kursi yang diperebutkan 400 dari keseluruhan 500 kursi di DPR. ABRI kelak mendapat jatah 100 kursi, sedang 21 jatah kursi ABRI yang kini diserahkan kepada "karya non-ABRI" dihilangkan). "Golkar tidak bermaksud memutlakkan target kemenangan dalam pemilu mendatang. Apalagi menghabisi lainnya. Golkar hanya ingin bekerja keras, karena untuk mendapatkan dukungan rakyat bukan pekerjaan yang enteng," kata Sudharmono. Tampaknya, di bawah kepemimpinan Ketua Umum Sudharmono, Golkar telah bekerja sangat keras. Pendaftaran anggota yang dilakukan baru sekitar setahun telah mencatat lebih dari 10 juta anggota. Banyak sekali tokoh masyarakat yang beramai-ramai bergabung. Hingga kini ada 6,5 juta kader yang sudah ditatar. Mulai 30 Oktober ini akan dimulai penataran kader fungsional, setelah pembinaan kader penggerak teritorial desa terbukti berhasil. Semuanya itu tampaknya memberikan indikasi: Golkar akan menang besar dalam Pemilu 1987. Apalagi hingga kini tampaknya PPP dan PDI masih terseok-seok dalam kemelut intern.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini