Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Menag Ingin Ubah Kurikulum untuk Hindari Doktrin Kebencian Agama

Menurut Menag Nasarudddin Umar, perubahan kurikulum perlu untuk menekankan titik temu di antara semua agama.

12 November 2024 | 18.57 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Imam Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar, saat menghadiri undangan presiden terpilih Prabowo Subianto, Senin, 14 Oktober 2024. Nasaruddin mengatakan ditugaskan di kementerian yang tidak jauh dari kegiatannya sebagai imam besar Istiqlal. TEMPO/Nandito Putra.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Agama Nasaruddin Umar mengatakan ingin mengubah kurikulum pendidikan agama pada tingkat sekolah. Nasaruddin tak mendetailkan tingkat sekolah apa yang dimaksud.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut dia, perubahan kurikulum itu perlu menekankan titik temu di antara semua agama. Tujuannya, menghindari doktrin kebencian dengan agama lain sejak dini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Mungkinkah kita melakukan perubahan kurikulum? Kurikulum yang menekankan titik temu semua agama," kata Nasaruddin saat menyampaikan pidato dalam Kick Off Meeting Strategi dan Arah Kebijakan Kemenag 2025-2029 dipantau via YouTube, Selasa 12 November 2024.

Nasaruddin mengatakan semua agama menganjurkan kedamaian, kehangatan, hingga keakraban antarumat beragama. Namun, Nasaruddin menilai, anak pada tingkat taman kanak-kanak (TK) dan sekolah dasar (SD) diajarkan nilai agama yang menekankan adanya perbedaan antara satu agama dengan agama lain.

"Guru agama Islam, misalnya, mengatakan agama paling bagus Islam. Agama lain sesat dan seterusnya. Mohon maaf, Katolik juga sama paling baik. Begitu pula lainnya," kata Nasaruddin. 

Menurut Nasaruddin, ajaran-ajaran tersebut menjadi doktrin dan merasuk dalam alam bawah sadar anak. Doktrin ini, kata Nasaruddin, akan terus tertanam hingga dewasa sehingga berpotensi menimbulkan kebencian. 

"Kalau ada azan, agama lain bilang matiin. Ketika ada khotbah, agama lain bilang matiin juga. Jadi penanaman kebencian yang mengendap dalam alam bawah sadar kita," kata Nasaruddin. 

Potensi kebencian itu harus ditekan. Karena itu, Nasaruddin ingin adanya perubahan kurikulum. Kurikulum itu harus menekankan titik temu semua agama.

"Kita tidak bermaksud menyamakan semua agama. Nanti orang pindah agama bebas. Tapi menekankan bahwa kita benar. Tapi orang lain belum tentu salah," kata Nasaruddin. 

Sebelumnya, Nasaruddin Umar pernah mengatakan ingin memasukkan unsur toleransi dalam kurikulum pendidikan agama. “Satu isu yang saya akan tawarkan kepada kawan-kawan semua nanti itu adalah bagaimana menciptakan satu konsep kurikulum yang betul-betul meng-Indonesia," kata Nasaruddi saat memimpin rapat di Kementerian Agama, Jakarta, Selasa, 22 Oktober 2024.

Kurikulum pendidikan agama perlu memuat unsur sikap saling menghormati agar meningkatkan kerukunan antarumat beragama. Ia juga ingin wawasan mengenai toleransi melekat kepada para pengajar guru agama. “Bagaimana kita menciptakan satu kohesi sosial, suasana yang sangat betul-betul saling menghargai satu sama lain,” ujarnya.

Anastasya Lavenia Y berkontribusi dalam tulisan ini.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus