Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Menanti para penakluk

Pertemuan sejumlah pengusaha amerika dengan presiden soeharto di hotel waldorf astoria, untuk menarik investasi ke indonesia. populasi indonesia yang semakin bertambah banyak kebutuhan akan bernilai milyaran.

3 Oktober 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAK ada satu pun negara yang hancur gara-gara berdagang," kata Benyamin Franklin, negarawan dan filsuf Amerika yang hidup di abad ke-18. Dan Duta Besar A. Ramly, yang mengenal Amerika seperti ikan mengenal lubuknya, paham betul tentang pentingnya peran para saudagar di negara pendakwah perdagangan bebas ini. Itulah sebabnya Ramly lantas menganggap perlu mempertemukan para saudagar AS dengan Presiden Soeharto, pekan lalu. "Selain untuk menarik investasi ke Indonesia, acara ini juga punya arti strategis," kata seorang pejabat tinggi. "Presiden dan pemerintahan Amerika bisa saja berganti, tapi hubungan antarpedagang akan jalan terus," tambahnya. Sebagian besar dari 450 pengusaha Amerika yang diundang menghadiri acara jamuan makan di Hotel Waldorf Astoria itu dikenal sebagai pimpinan perusahaan yang masuk dalam daftar 500 besar majalah bisnis Fortune. Dan para kakap dunia bisnis memenuhi undangan itu. "Bukan karena saya yang mengundang tapi karena Indonesia memang ladang yang subur," kata Ramly. Ucapan mantan direktur utama Pertamina yang dikenal luas di kalangan bisnis energi AS itu memang ada benarnya. Kebutuhan Indonesia di sektor energi, misalnya, memang sangat besar. Itulah sebabnya bekas menteri luar negeri Amerika Serikat, Henry Kissinger, yang kini mewakili sebuah konglomerat di bidang energi, sempat mengajukan permohonan bertemu Presiden Soeharto di New York. Permohonan itu terpaksa tak dapat dipenuhi. "Soalnya tak ada waktu tersisa dan Kissinger toh akan ke Jakarta bulan depan," kata Menteri Sekretaris Negara Moerdiono. Itu baru sektor energi, belum sektor yang lain-lain. Soalnya, populasi Indonesia yang di akhir abad ini diperkirakan akan mencapai lebih dari 200 juta, dengan pendapatan per kapita dua kali lipat sekarang (kini sekitar US$ 550), banyak kebutuhan akan bernilai milyaran. Dan bagai membalas pernyataan perpisahan Duta Besar Monjo yang mengeluhkan soal korupsi di Indonesia, Presiden Soeharto menutup sambutannya dengan sebuah tantangan. "Saya tahu bahwa sejarah Amerika dipenuhi dengan legenda orang-orang yang bersemangat pionir menaklukkan padang belantara dan membuka frontier-frontier baru," kata Kepala Negara. "Oleh karena itu saya yakin ajakan saya kepada saudara-saudara untuk menjadi mitra kami dalam menghadapi tantangan-tantangan itu akan bersambut di hati saudara-saudara." BHM

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus