Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Mengganti Topi Dengan Pelati

Alimusa Lubis, 19, siswa SMAN X Medan, membunuh gurunya, Salim David Nasution, 40, gara-gara korban menegur melarang memakai topi. (pdk)

29 Maret 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LAGI, kekerasan di dalam kelas. Kali ini, Salim Davis Nasution, 40, menjadi korban kebengisan muridnya, Alimusa Lubis, 19. Itu terjadi di SMAN X Medan, Senin siang 17 Maret lalu, tak lama setelah bel pulang berdentang. Kini, guru geografi yang humoris itu, innalillahi wa innalillahi rojiun, telah meninggal Selasa subuh pekan ini, setelah bergulat dengan maut di Ruang ICU Pirngadi, Medan, akibat tiga tikaman yang menembus dadanya. Ketika bel istirahat pertama tiba, Salim keluar dari kelas III IPA-I, menuju ruang guru. Wakil kepala sekolah yang dikenal berdisiplin ini langsung memberikan teguran, ketika dilihatnya seorang siswa mengenakan topi pet kuning. Pasalnya, topi itu bukan seragam resmi sekolah. Siswa itu, Alimusa, menurut. Cuma, begitu sang guru baru empat langkah berlalu, pet kembali bertengger di kepala Ali. Merasa disepelekan, guru senior itu menghampiri siswa kelas III tadi. Alimusa lari ke dalam kelas, Salim memburunya. Kemudian topi itu dirampas, dan siswa kerempeng itu kena gampar. Memasuki jam pelajaran ke-5, Alimusa minta diri pulang. Tak lama, siswa yang dikenal pendiam itu kembali ke sekolah, di pinggangnya telah terselip sebilah belati. Rupanya, niat jahat telah terpatok. Benar, setelah bel pulang berbunyi, terjadilah peristiwa berdarah itu. Tentu, orangtua siswa ini merasa terpukul. "Dia sebetulnya suka mengalah, tak pernah bertengkar dengan abang atau adiknya," ujar Husin Lubis tentang anaknya yang ketiga itu. Di sekolah, prestasi Alimusa tak seberapa menonjol. Dia tak tercatat sebagai siswa agresif, tak pernah berkelahi. Kebengisan itu mungkin muncul lantaran anak itu merasa dipermalukan di depan kawan-kawannya. "Waktu itu rasanya dunia gelap, dan badan ini enteng seperti kapas," ujarnya seperti dituturkan Boru Harahap, ibunya. Tentang diri anak ketiganya ini, Husin Lubis punya catatan lain: siswa itu pernah mengalami gangguan jiwa. "Sedikit ada guncangan jiwa karena tekanan perasaan," tutur Husin yang mengaku pernah memeriksakan anaknya ke RS Jiwa Mahoni, Medan, setahun lalu. Atas kejadian itu, PGRI Sum-Ut mengeluarkan reaksi keras. Dalam putusan rapatnya, dua hari setelah kejadian, PGRI mengimbau agar semua SMA negeri ata swasta di Sumatera Utara tidak memberi tempat bagi Alimusa. Tapi, patutlah dinanti sampai anak itu dinyatakan bersalah oleh pengadilan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus