Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -- Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid menghadiri Pertemuan Tingkat Tinggi Aksi Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence Action Summit (KTT AIAS) yang berlangsung di Paris, Prancis, pada 10-11 Februari 2025. Dia mewakili Presiden Prabowo Subianto.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meutya mengatakan, keterlibatan proaktif seluruh pemangku kepentingan dalam regulasi dan pengembangan Artificial Intelligence (AI) sangat penting. “Sehingga Indonesia dapat memanfaatkan potensi teknologi AI yang dapat memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat dan sektor-sektor terkait," ujar Meutya Hafid dalam keterangan resmi Komdigi pada Sabtu, 8 Februari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kementerian Komunikasi mengklaim menginisiasi Dialog Kebijakan AI yang membahas tantangan serta potensinya di berbagai sektor seperti e-commerce, perbankan, kesehatan, pendidikan, hingga keberlanjutan. Sektor e-commerce Indonesia yang diproyeksikan itu mencapai USD150 miliar pada 2030 harus siap mengadopsi AI.
Menteri Meutya mengatakan Indonesia akan menjadi pemain utama dalam ekosistem teknologi AI global dengan pengaturan yang tepat. Politikus Partai Golkar ini menyebutkan, sebagai negara yang aktif berpartisipasi dalam forum internasional, seperti AIAS, Indonesia dapat memastikan bahwa perkembangan teknologi ini berjalan.
KTT AIAS merupakan forum internasional yang mempertemukan perwakilan lebih dari 100 negara, termasuk kepala negara, menteri, CEO (chief executive officer) perusahaan, dan pimpinan organisasi internasional. Forum itu juga menjadi lanjutan dari AI Safety Summit yang digelar di Inggris pada November 2023 dan AI Seoul Summit (AISS) di Korea Selatan pada Mei 2024. Undangan terhadap Presiden Prabowo dikirim oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Selain menghadiri AIAS, agenda yang akan dihadiri Meutya adalah acara sampingan organisasi internasional yang berfokus pada pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan (UNESCO) pada 10 Februari 2025.