KALAU ditanya bidang studi mana yang paling penting di SMA,
jawabnya bisa banyak. Tapi Koesno Sastromihardjo jelas dari
semula memasalahkan pelajaran fisika di SMA. Dia kemudlan
menjadikannya sebuah disertasi untuk meraih doktor.
Di IKIP Jakarta November lalu dia mendapat predikat sangat
memuaskan untuk disertasinya berjudul Keefektifan Pengajaran
Fisika dengan Metode Modul, PPSI dan Metode Konvensional. Orang
kelahiran Magetan (Jawa Timur, 1935 itu tertarik meneliti
metode pengajaran yang bagaimana yang paling cocok untuk
menanamkan cinta pada fisika.
Koesno Sastromihardjo kini mengajar fisika di IKIP Jakarta. Dia
memilih memperbandingkan tiga metode mengajar fisika di SMA,
karena memang itulah yang kini dipraktekkan di SMA di Indonesia.
Metode modul memang hanya diterapkan di Proyek Perintis Sekolah
Pembangunan (PPSP) IKIP. PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional) adalah metode yang dianjurkan oleh Kurikulum
1975. Dan metode konvensional adalah metode mengajar yang
seolah-olah tanpa metode. Tujuan utamanya, agar murid mengerti
bahan pelajaran, titik.
Dengan mengambil sampel di tiga sekolah di Jakarta (SMAN VI,
SMAN XXI dan SMPP I), kesimpulan yang diperolehnya pantas
diperhatikan. Ternyata metode modul menghasilkan murid yang
mempunyai hasil belajar baik sekali. Dalam sistem yang
mengharuskan siswa aktif sendiri mempelajari paket modul itu --
guru hanya menjadi pembimbing -- siswa tidak hanya menjadi hafal
dalil-dalil. Tapi mereka menjadi paham bagaimana dalil-dalil itu
terbuktikan, karena mereka memang diharuskan aktif mencari
sendiri.
Sementara itu metode pengajaran konvensional, yang membuat murid
lebih pasif hanya menerima ceramah guru saja. Sepintas memang
memberi kesan berhasil. Bila soal ulangan telah menyimpang
sedikit dari yang pernah diajarkan, meski sebenarnya masih ada
dalam lingkup masalah yang pernah diberikan, ternyata siswa
tidak paham. Boleh disimpulkan, metode pengajaran konvensional
lebih membuat siswa trampil menghafal, tapi tidak memahami
sebaik-baiknya.
Adapun metode PPSI terletak di antara yang dua tadi. Metode ini
pun mendorong siswa untuk aktif sendiri. Tapi karena PPSI tidak
memberi kesempatan siswa belajar sendiri, menurut kecepatan
belajar mereka masing-masing, hasilnya kurang memuaskan.
Memang dari 431 siswa dari sembilan kelas dari tiga sekolah
tersebut yang dijadikan responden, diperoleh kesimpulan bahwa
bagi siswa yang mempunyai inteligensi tinggi, perbedaan metode
ternyata tidak berpengaruh. "Tidak terdapat interaksi antara
metode pengajaran dan intelegensi siswa," kata Koesno.
Jadi, keaktifan dan kemandirian para siswa dalam mempelajari
ilmu alam ternyata bisa meningkatkan prestasi belajar mereka.
Ini memang sesuai dengan sejumlah penelitian tentang metode
pengajaran lewat modul. Menurut Koesno, modul mempunyai dampak
positif terhadap prestasi belajar siswa.
Kesimpulan sampingannya kita sebenarnya tidak perlu khawatir
akan kekurangan guru. Metode yang baik, dan tidak membutuhkan
guru banyak, justru bisa menjadikan siswa memahami pelajaran
dengan lebih baik.
Disertasi setebal 432 halaman itu didukung penelitian selama
sekitar. 21 tahun (hingga 1980). Caranya, tiga guru fisika di
tiga sekolah tersebut diminta Koesno mengajar dengan metode PPSI
dan konvensional. Sesudah itu baru Koesno mengajar juga dengan
metode modul. Hasil belajar siswa setelah mengikuti metode
masing-masing kemudian dibandingkan.
Adakah ayah dari empat anak itu akan mengusulkan metode modul
untuk semua sekolah di Indonesia? Ini memang bukan kewajiban
promovendus. Tapi mengingat rencana pemerintah untuk memadukan
Kurikulum 1975 dengan metode PPSP IKIP, penelitian Koesno tentu
sangat bermanfaat.
Yang penting, kata Koesno pada TEMPO di rumahnya pekan lalu,
"pengajaran bisa membuat siswa aktif, tidak hanya mendengarkan
penjelasan guru saja." Maksudnya, murid pun haruslah dipandang
sebagai subyek dan bukan obyek, yang hanya perlu dijejali
informasi. Dengan cara itu semua pelajaran terbuka untuk
dicintai siswa dan karenanya siswa bisa mengembangkannya menurut
minat dan kapasitas masing-masing.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini