BERITA hilangnya tiga pejabat Irian Jaya berikut 4 orang
Indonesia lain di Irja sejak 16 Mei lalu, telah mengundang
reaksi pers luar negeri. Pihak 'OPM' di Papua Niugini, telah
menyatakan bertanggungjawab atas itu. Lewat koresponden ABC di
Port Moresby, Jakob Prai, 'presiden Republik Papua Barat' yang
sering bersembunyi di PNG menuntut pembebasan enam orang anak
buahnya yang ditahan di penjara PNG. Selanjutnya Prai juga
menuntut agar PNG dan Australia segera menyelenggarakan
"konferensi internasional untuk kemerdekaan Irian Barat dari
Indonesia." Begitu diberitakan Radio Australia dari Melbourne,
29 Mei lalu.
Tuntutan begitu tak ditanggapi pemerintah di Port Moresby. Malah
Menlu Olewale yang baru pulang dari kunjungan seminggu ke
Indonesia, menuduh Geoff Herriott, koresponden ABC serta seorang
wartawan Australia lainnya yang juga pernah mewawancarai Jakob
Prai sebagai "bekerja untuk kepentingan pemberontak." Dengan
kata lain, tipis kemungkinan bagi Prai untuk 'menukar' enam
bekas anggotanya yang ditangkap aparat keamanan PNG dengan
ketujuh orang Indonesia yang belum jelas nasibnya.
Seperti yang dijelaskan Olewale kepada pers di Jakarta, memang
ada dua orang 'OPM,' yang ditahan di penjara Port Moresby. Nama
dan kedudukan mereka, serta kemungkinan ekstradiksi ke
Indonesia, tak disebutkannya waktu itu. Namun menurut
koran-koran Australia, ada dua ajudan Jakob Prai yang menyerah
pada pasukan PNG di pos patroli Bewani, dekat perbatasan Irian
Jaya akhir Pebruari lalu. Keduanya -- Darius Maury dan Amos
Indey -- yang konon menderita sakit paruparu, segera
diterbangkan dengan pesawat Dakota DC-3 dari Vanimo ke Port
Moresby. Di sana mereka ditahan di penjara Bomana lantaran masuk
ke wilayah PNG sebagai "imigran gelap." Baru setelah mereka
selesai menjalani hukuman penjara 4-6 bulan, permohonan kedua
'letnan OPM' itu untuk mendapatkan suaka politik di PNG dapat
dipertimbangkan.
Tim Penyelamat
Tapi rupanya bukan kedua orang Irian itu yang diincar Jakob
Prai. Sebab kurirnya yang menghubungi Geoff Herrlott, hanya
menuntut pembebasan 6 orang yang ditahan di Wewak, propinsi
Sepik Barat yang berbatasan dengan kabupaten Jayapura. Penjara
dan rumah tahanan di Sepik Barat sejak tahun lalu rupanya jadi
'langganan' para penyeberang gelap dari Irian Jaya.
Oktober 1977, tujuh orang pemuda Irian Jaya telah dikembalikan
pemerintah PNG ke Jayapura setelah mereka beberapa waktu
mendekam di pcnjara Vanimo dan kamp karantina Yako. Namun yang
tersisa di sana rupanya masih ada.
Sampai minggu lalu nasib ketujuh orang Indonesia itu belum
diketahui. Menurut sebuah sumber di Jayapura, suatu tim
penyelamat telah dikirim ke tempat di mana diduga helikopter
AURI itu lenyap. Perwakilan Kodam Cenderawasih di Jakarta, belum
mendapat berita hasil operasi penyelamatan itu. Namun di
kalangan pribumi Irja anggota Gereja Kristen Injili (GKI) Irian
Jaya -- yang pernah diketuai oleh pendeta Wim Maloali, ketua
DPRD Irja yang hilang -- keresahan dan harapan masih
bercampur-baur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini