Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Mereka Belum Kembali

3 pejabat Ir-Ja & 4 orang Indonesia hilang di Ir- Ja. OPM menyatakan bertanggung jawab dan menuntut pembebasan 6 anggotanya yang ditahan PNG. Tim penyelamat Indonesia berupaya mencari. (nas)

17 Juni 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BERITA hilangnya tiga pejabat Irian Jaya berikut 4 orang Indonesia lain di Irja sejak 16 Mei lalu, telah mengundang reaksi pers luar negeri. Pihak 'OPM' di Papua Niugini, telah menyatakan bertanggungjawab atas itu. Lewat koresponden ABC di Port Moresby, Jakob Prai, 'presiden Republik Papua Barat' yang sering bersembunyi di PNG menuntut pembebasan enam orang anak buahnya yang ditahan di penjara PNG. Selanjutnya Prai juga menuntut agar PNG dan Australia segera menyelenggarakan "konferensi internasional untuk kemerdekaan Irian Barat dari Indonesia." Begitu diberitakan Radio Australia dari Melbourne, 29 Mei lalu. Tuntutan begitu tak ditanggapi pemerintah di Port Moresby. Malah Menlu Olewale yang baru pulang dari kunjungan seminggu ke Indonesia, menuduh Geoff Herriott, koresponden ABC serta seorang wartawan Australia lainnya yang juga pernah mewawancarai Jakob Prai sebagai "bekerja untuk kepentingan pemberontak." Dengan kata lain, tipis kemungkinan bagi Prai untuk 'menukar' enam bekas anggotanya yang ditangkap aparat keamanan PNG dengan ketujuh orang Indonesia yang belum jelas nasibnya. Seperti yang dijelaskan Olewale kepada pers di Jakarta, memang ada dua orang 'OPM,' yang ditahan di penjara Port Moresby. Nama dan kedudukan mereka, serta kemungkinan ekstradiksi ke Indonesia, tak disebutkannya waktu itu. Namun menurut koran-koran Australia, ada dua ajudan Jakob Prai yang menyerah pada pasukan PNG di pos patroli Bewani, dekat perbatasan Irian Jaya akhir Pebruari lalu. Keduanya -- Darius Maury dan Amos Indey -- yang konon menderita sakit paruparu, segera diterbangkan dengan pesawat Dakota DC-3 dari Vanimo ke Port Moresby. Di sana mereka ditahan di penjara Bomana lantaran masuk ke wilayah PNG sebagai "imigran gelap." Baru setelah mereka selesai menjalani hukuman penjara 4-6 bulan, permohonan kedua 'letnan OPM' itu untuk mendapatkan suaka politik di PNG dapat dipertimbangkan. Tim Penyelamat Tapi rupanya bukan kedua orang Irian itu yang diincar Jakob Prai. Sebab kurirnya yang menghubungi Geoff Herrlott, hanya menuntut pembebasan 6 orang yang ditahan di Wewak, propinsi Sepik Barat yang berbatasan dengan kabupaten Jayapura. Penjara dan rumah tahanan di Sepik Barat sejak tahun lalu rupanya jadi 'langganan' para penyeberang gelap dari Irian Jaya. Oktober 1977, tujuh orang pemuda Irian Jaya telah dikembalikan pemerintah PNG ke Jayapura setelah mereka beberapa waktu mendekam di pcnjara Vanimo dan kamp karantina Yako. Namun yang tersisa di sana rupanya masih ada. Sampai minggu lalu nasib ketujuh orang Indonesia itu belum diketahui. Menurut sebuah sumber di Jayapura, suatu tim penyelamat telah dikirim ke tempat di mana diduga helikopter AURI itu lenyap. Perwakilan Kodam Cenderawasih di Jakarta, belum mendapat berita hasil operasi penyelamatan itu. Namun di kalangan pribumi Irja anggota Gereja Kristen Injili (GKI) Irian Jaya -- yang pernah diketuai oleh pendeta Wim Maloali, ketua DPRD Irja yang hilang -- keresahan dan harapan masih bercampur-baur.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus