MAINAN video (video games) adalah tambang uang, sekaligus racun buat anak-anak. Sampai penduduk di negeri yang terkenal liberal kini getol menyerukan sensor, bersamaan dengan makin meningkatnya peredaran video yang bertema seks dan kekerasan di pasaran. Misalnya, di Amerika Serikat dan Inggris. Di dua negara ini berbagai kelompok masyarakat melancarkan kampanye menuntut diadakannya sensor terhadap mainan yang menyuguhkan secara jelas tema kekerasan dan seks. Sejauh ini teknologi baru tersebut masih luput dari jamahan sensor. Dan tahun lampau, Nintendo, sebuah perusahaan mainan video terbesar di Amerika Serikat, berjanji bakal meniadakan materi mainan video yang mengandung tema kekerasan tadi, guna menghindari perlunya sensor. Namun, janji itu rupanya masih tinggal janji, hingga pemerintah Australia dan Singapura kini pun bertindak. Seperti dilaporkan kantor berita Reuters, pertengahan Februari lampau, pemerintah Australia mengumumkan akan memperluas kegiatan sensor terhadap film, majalah porno, serta video dan mainan (games) komputer. Sedangkan Badan Sensor Film Singapura menetapkan para importir mainan video mulai 1 Maret harus punya izin mendistribusikannya di Negara Pulau itu. Di Australia klasifikasi yang dikenakan untuk video umumnya sama seperti yang diberlakukan pada film. Tapi mainan video akan dipatok aturan lebih ketat mengingat pengaruhnya - terutama buat anak-anak yang terlalu muda untuk mampu membedakan dalam mainan itu antara fantasi dan kenyataan. Aturan baru itu di Singapura mewajibkan tiap importir menyebut secara tertulis bahwa mainan video yang akan diperniagakannya itu tak mengandung materi terlarang, seperti kekerasan dan seks. Mereka yang membuat pernyataan palsu akan diadili. Di Singapura, mainan video seperti Mortal Kombat dan Night Trap telah ditarik dari peredarannya. "Sebab isinya tidak cocok untuk anak-anak," kata pejabat sensor di sana.Ed Zoelverdi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini