Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pakar politik menganggap kemesraan yang terus ditunjukkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, termasuk saat keduanya makan bubur bersama di Bandung, tidak bisa menjadi modal utama menarik simpati menghadapi Pilpres 2024.
Direktur Eksekutif Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo mengatakan, dalam perspektif politik, kemesraan Anies dengan Ridwan Kamil tersebut hanya sekadar kemesraan artifisial. Tujuannya untuk menarik perhatian masyarakat. "Boleh jadi sekadar kemesraan artifisial. Pasalnya, dua sosok tersebut namanya kerap disebut dalam bursa capres-cawapres 2024," kata Karyono saat dihubungi, Jumat, 25 Februari 2022.
Meski demikian Karyono menekankan bahwa kemesraan yang ditunjukkan dua gubernur ini sulit untuk mengharapkan perhatian partai politik. Jika Anies dan Ridwan Kamil ingin maju berpasangan, justru dinilainya semakin sulit untuk mendapatkan dukungan karena keduanya bukan kader partai.
"Jika kedua-duanya berasal dari non-partai, maka justru berpotensi meningkatkan resistensi di tataran parpol, meski elektabilitas Anies Baswedan dan Ridwan Kamil relatif besar," kata Karyono.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menambahkan, jika ingin memenangkan Pilpres 2024, Anies dan Ridwan harus realistis dalam menarik simpati partai politik. Saat ini, kata dia, hanya empat partai politik parlemen yang jelas-jelas belum memiliki capres, yaitu PPP, PAN, PKS dan NasDem. Sedangkan sisanya sudah memiliki jagoan masing-masing dari kader sendiri.
"Artinya kalau mau realistis, keduanya harus mendekat ke empat partai itu, bisa enggak mereka yakinkan partai politik itu untuk mendapatkan dukungan karena partai ini berpikir realisits," kata Adi.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin melihat jika Anies dan Ridwan Kamil maju berpasangan peluang untuk memenangkan Pilpres 2024 sulit. Sebab, mereka harus berhadapan dengan Presidential Threshold (PT) 20 persen.
"Karena kedua-duanya bukan kader partai. Partai tak akan mau dukung dan usung. Biasanya partai dukung satu ketum atau kader partai satu lagi dari non partai, Karena PT 20 persen itu partai yang kuasa. Selama tak masuk partai dan tak punya partai berduet itu sulit," ungkap Ujang mengenai Anies dan Ridwan Kamil.
Baca Juga: Ridwan Kamil Puji Stadion JIS Besutan Anies Baswedan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini