Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Palagan Kedua 'Nabi' dari Betawi

Ribuan pengikut Gafatar hijrah ke Kalimantan Barat dengan menyamar sebagai kelompok tani. Rencana awal Ahmad Mushadeq membentuk khilafah atau negara baru.

1 Februari 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DISALIN dari laptop Faza Anangga Novansyah, dokumen itu menjadi bukti penting Markas Besar Kepolisian RI untuk mengusut rencana pembentukan "Negeri Karunia Tuan Semesta Alam Nusantara" oleh Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). Dokumen tersebut memuat bagan struktur organisasi sebuah negara berikut pembagian tugas di tingkat pusat dan daerah.

Dalam dokumen yang salinannya diperoleh Tempo, pemerintah pusat dipegang dewan pimpinan nasional yang dikepalai presiden dibantu seorang wakil dan membawahkan majelis permusyawaratan umum, delapan kementerian dan badan, serta lima direktorat jenderal. Di tingkat daerah, masing-masing dipimpin kepala daerah dibantu wakil dan struktur di bawahnya terdiri atas beberapa kepala bidang serta dinas. Menurut dokumen itu, Faza Anangga tercatat sebagai wakil kepala daerah kamp kelompok Tani Mandiri di Muara Pawan, Ketapang, Kalimantan Barat.

Laptop tersebut disita polisi saat menemukan Faza di kamp Muara Pawan, 13 Januari lalu. Selain menemukan laptop, polisi mengambil setumpuk bukti terkait dengan rencana pembentukan khilafah atau negara baru tersebut. Dokumen yang disita itu antara lain surat berisi pesan tentang puncak eksodus ke Kalimantan Barat pada akhir Desember 2015 dan beberapa lembar kartu keluarga Gafatar Kabupaten Sleman yang mencantumkan nama Faza sebagai ketua bidang organisasi, keanggotaan, dan kepengurusan.

Kepala Kepolisian RI Jenderal Badrodin Haiti menilai rencana Gafatar membangun negara sendiri tidak boleh dianggap angin lalu. "Ini tidak main-main. Ini ancaman serius," ujarnya.

Kepolisian mencari keberadaan Faza setelah warga Cibukan, Sumberadi, Mlati, Sleman, itu dilaporkan hilang awal November tahun lalu. Kepolisian Yogyakarta mengendus keberadaan Faza setelah menangani kasus laporan orang hilang atas nama Rica Tri Handayani, 28 tahun, dan anaknya, Zafran Alif Wicaksono, yang baru berusia enam bulan, pada akhir Desember tahun lalu. Kasus Rica ini juga terkait dengan Gafatar.

Tak hanya di Yogyakarta, laporan orang hilang dan diduga eksodus ke Kalimantan Barat juga diterima sejumlah kepolisian daerah, seperti Surabaya, Solo, dan Banjarmasin. Laporan polisi ini kemudian disampaikan ke Kepolisian Kalimantan Barat. "Kami kemudian mendata warga pendatang," kata Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Barat Brigadir Jenderal Arief Sulistyanto.

Dari catatan Kepolisian Kalimantan Barat, jumlah pendatang yang terkait dengan Gafatar mencapai 4.391 orang. Mereka tersebar di 12 kabupaten dengan cara membentuk kelompok tani. Menurut seorang perwira polisi, nama-nama orang hilang itu ditemukan di kamp-kamp kelompok tani di sana. Ia menyebutkan, misalnya, dokter Dyah dari Sukoharjo, Jawa Tengah, ditemukan di kamp Mempawah bersama suaminya yang merupakan Ketua Gafatar Solo. Titin Sarina asal Banjarmasin ditemukan di Kelompok Tani Mandiri bentukan Gafatar Banjarmasin.

Keberadaan para pendatang di kamp-kamp tani yang disebut-sebut pengikut Gafatar membuat warga di 12 kabupaten itu resah. Warga mendapatkan informasi Gafatar menganut ajaran Millah Abraham, yang mempercayai Ahmad Mushadeq sebagai mesias atau rasul baru. Warga semakin resistan terhadap mereka setelah mendapat informasi bahwa kelompok tani itu terkesan eksklusif dan berperilaku aneh. Mereka melakukan apel setiap pagi sebelum berangkat ke ladang serta pada tengah malam berkumpul dan bernyanyi bersama. Menurut Arief Sulistyanto, dalam satu pertemuan, wakil kelompok tani itu mengakui menganut ajaran Mushadeq.

Selasa dua pekan lalu, ratusan orang merangsek ke permukiman kelompok tani Manunggal Sejati Dusun Moton, Antibar, Mempawah Timur. Di lahan seluas 43 hektare itu berdiri 10 rumah kayu besar yang ditempati 790 orang dan lahan pertanian kelompok tani. Massa yang beringas marah dan merusak lahan pertanian mereka. Massa juga membakar rumah mereka. Seruan Bupati Mempawah Ria Norsan agar massa tidak anarkistik sama sekali tak digubris. Di tengah guyuran hujan, ratusan anggota kelompok tani serta keluarganya kocar-kacir dan histeris. Mereka langsung dievakuasi polisi ke Pontianak. Sejak kejadian itu, berangsur-angsur ribuan anggota kelompok tani pengikut Gafatar dipulangkan ke daerah asal mereka.

Ketua Umum Gafatar 2011-2015, Mahful Tumanurung, mengatakan anggota kelompok tani di Kalimantan Barat itu bukan lagi anggota Gafatar karena organisasi tersebut bubar sejak 13 Agustus 2015. Menurut dia, mereka adalah orang-orang yang tetap ingin melanjutkan semangat Gafatar membangun kedaulatan pangan.

Ia juga mengaku pihaknya tidak pernah bermimpi membentuk negara. Tapi ia membenarkan anggota kelompok tani di Kalimantan Barat menganut aliran Millah Abraham. Soal peran Mushadeq, "Beliau narasumber spiritual kami," kata Mahful.

* * * *

RAPAT itu digelar Dewan Pimpinan Daerah Gafatar Jawa Timur, 8 Mei 2015. Rapat yang berlangsung dua jam tersebut dihadiri 42 pentolan Gafatar se-Jawa Timur, yang meliputi pimpinan pengurus provinsi sampai kecamatan. Rapat rutin bulanan itu digelar di kantor Gafatar Jawa Timur di kawasan Pepelegi Indah G 14, Waru, Sidoarjo.

Dari dokumen notulensi rapat yang salinannya diperoleh Tempo, pertemuan itu dimulai dengan pembacaan wejangan Ahmad Mushadeq sebagai mesias oleh Ketua Gafatar Jawa Timur Supardan. Mushadeq mengaku membentuk Gafatar sebagai sarana pendekatan baru ke masyarakat untuk menyampaikan jalan kebenaran para nabi yang disebut Millah Abraham. Menurut Majelis Ulama Indonesia, aliran ini metamorfosis dari aliran Al-Qiyadah al-Islamiyah, yang menempatkan Mushadeq sebagai nabi. Karena menyebarkan aliran Al-Qiyadah ini, pada 2007 Mushadeq ditangkap dan belakangan dihukum empat tahun penjara.

Karena gerakan Al-Qiyadah al-Islamiyah dan Millah Abraham sudah tidak diterima masyarakat, dalam wejangannya lelaki kelahiran Jakarta, 21 April 1944, ini mengatakan perlu sarana baru untuk menjalankan misinya. Ketika itu Mushadeq mengklaim pengikut Gafatar sudah mencapai 8.345 orang, yang tersebar di 24 provinsi. Karena Gafatar juga tidak diterima pemerintah, Mushadeq meminta semua anggotanya melakukan eksodus atau hijrah ke Kalimantan Barat. Hijrah ini dilakukan untuk membangun kekuatan baru. Kalimantan Barat dipilih, menurut wejangan Mushadeq itu, karena mesias mendapatkan informasi dari ahli geologi bahwa provinsi itu tidak termasuk kawasan yang akan terkena bencana besar pada Desember 2015. Karena alasan ini, Mushadeq meminta semua anggota Gafatar hijrah paling lambat pada Desember 2015.

Karena musuh selalu mengintai, Mushadeq meminta eksodus ini dilakukan secara rahasia. Skenarionya, petinggi Gafatar lebih dulu akan mengumumkan pembubaran organisasi itu ke publik. Belakangan, pada 13 Agustus 2015, Gafatar resmi dibubarkan.

Dalam wejangannya itu, Mushadeq meminta petinggi Gafatar bergerak secara sirrun atau terselubung dengan membentuk kelompok tani. Setiap anggota Gafatar yang hijrah dilarang membuka jati dirinya sebagai anggota kelompok itu. Mushadeq juga meminta anggota Gafatar yang hijrah harus mengganti nomor telepon dan meninggalkan media sosial.

Riko Pramudya, ketika itu tercatat sebagai Ketua Gafatar Surabaya, membenarkan ihwal adanya rapat tersebut. Namun ia mengaku tidak ingat isi rapat tersebut. Budi Lasmono, pentolan Gafatar Jawa Timur, membenarkan adanya rapat tersebut. Ia pun membantah jika rapat itu disebut membahas skenario pembentukan negara untuk pengikut Gafatar melalui eksodus ke Kalimantan Barat. "Itu untuk anggota yang tidak punya pekerjaan, maka akan dibentuk kelompok tani untuk bercocok tanam di Kalimantan," ujar Budi.

Bukti kelompok tani itu menjadi bagian dari skenario Gafatar menyiapkan negara baru ditemukan polisi di bekas permukiman kelompok tani Gafatar yang terbakar. Bukti itu, misalnya, sejumlah dokumen yang berisi panduan untuk ibu-ibu kelompok tani jika ditanya warga setempat atau aparat mengenai tujuan mereka datang ke wilayah tersebut. Ketika ditanya seperti itu, mereka hanya boleh menjawab dengan kalimat "ikut suami dalam program pemerintah". Arief tidak membantah temuan ini. "Memang banyak temuan di lapangan. Semua fakta kami dalami," ujarnya.

Hasil rapat itu baru dijalankan pada Oktober 2015. Supardan selaku pemimpin Gafatar Jawa Timur membeli lahan 43 hektare di Motong Panjang, Dusun Pangsuma, Desa Antibar, sebagai lahan hijrah. Menurut Pudiri, Kepala Dusun Pangsuma, lahan itu awalnya merupakan lahan tak terpakai milik warga setempat. "Pemilik lahan itu sekarang atas nama Supardan," katanya.

Suharto, salah satu anggota kelompok tani yang menempati lahan itu, mengatakan, untuk membeli lahan dan bahan-bahan perumahan, biayanya mencapai Rp 4 miliar. Uang itu, menurut dia, diambil dari iuran anggota yang bisa mencapai Rp 10 juta dan investor. Di lahan itu dibuat 10 rumah besar. Satu rumah besar bisa menampung ratusan orang. Kawasan kelompok tani ini belakangan menjadi sasaran pembakaran warga setempat. "Lahan ini untuk bercocok tanam, bukan untuk maksud lain," kata Suharto.

Anton Aprianto, Diko Oktara (Jakarta), Aseanty Pahlevi (Pontianak), Siti Jihan (Surabaya)


Jalan 'Rosul' Mushadeq

PERSETERUANNYA dengan Panji Gumilang di Negara Islam Indonesia mendorong Ahmad Mushadeq memilih jalan sendiri.

1987
Dibaiat menjadi anggota NII

2000
Membentuk Al-Qiyadah al-Islamiyah.

23 Juli 2007
Pria 72 tahun bernama asli Abdul Salam ini mengaku mendapat wahyu kerasulan saat bertapa di Gunung Bunder, Bogor, selama 40 hari 40 malam. Ia secara terbuka menyebarkan ajaran Al-Qiyadah al-Islamiyah.

9 November 2007
Ditangkap polisi dengan tuduhan penistaan agama. Belakangan dihukum empat tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

2010
Membentuk Millah Abraham, penjelmaan ajaran Al-Qiyadah al-Islamiyah. Sama dengan Al-Qiyadah, ajaran ini dicap sesat oleh Majelis Ulama Indonesia.

21 Januari 2012
Mendirikan Gafatar

Negara Gafatar

Gafatar bercita-cita mendirikan Negara Kesatuan Tuan Semesta Alam dengan enam tahapan

1. Sirrun - Gerakan atau dakwah rahasia dengan cara merekrut secara sembunyi-sembunyi berkedok kegiatan sosial.??

2. Jahrun - Berdakwah, mengaji, dan merekrut anggota secara terang-terangan, yang sudah dilakukan sejak 2011.??

3. Hijrah - Representasi sejarah perpindahan dari Mekah ke Madinah untuk berdirinya ibu kota negara yang mereka sebut Ummul Qura. Kabupaten Mempawah di Kalimantan Barat diduga dipilih sebagai ibu kota.?

4. Qital - Perang terbuka dengan orang kafir.??

5. Futuh - Menang dalam peperangan melawan kafir.?

6. Khilafah- Membentuk pemerintahan negara Islam versi Gafatar.


Bubarnya Kampung Hijrah

SUKARDI sudah punya rencana begitu tiba di kampung halamannya. Pria 47 tahun anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) ini berniat membersihkan lahan tak tergarap di belakang rumah orang tuanya di Desa Tawangrejo, Kecamatan Gemarang, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Luasnya hampir seperempat hektare. "Saya mau menanam kacang panjang, kangkung, dan jagung," katanya Kamis pekan lalu.

Keputusan itu diambil Sukardi lantaran ia tak bisa kembali ke perantauan. Pada November tahun lalu, Sukardi memboyong istri dan tiga anaknya pindah ke Kalimantan. Mereka tinggal bersama anggota Gafatar lainnya di Moton Panjang, Dusun Pangsuma, Desa Antibar, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. Tapi, pada Selasa dua pekan lalu, salah satu permukiman Gafatar di Mempawah itu dibakar sekelompok orang yang diduga keberatan dengan keberadaan mereka. Penghuni permukiman dievakuasi dan dipulangkan ke daerah asal.

Peristiwa pembakaran membuat Sukardi kehilangan hasil pengorbanannya ketika memutuskan hijrah ke Kalimantan. Sebelum berangkat, dia menjual rumah, tanah, dan mobil pribadi sebagai modal merantau. Sebagian hasil penjualan itu dipakai buat membeli lahan di Moton Panjang. Sukardi bersama anggota Gafatar lainnya patungan membeli lahan seluas 43 hektare. Satu hektare dibeli dengan harga Rp 7,5 juta. "Saya dan teman-teman ingin usaha di bidang pertanian," ujarnya. Total uang yang dihabiskan Sukardi mencapai Rp 150 juta. Tak cuma itu, Sukardi juga memutuskan pensiun dini sebagai pegawai di PT PLN Madiun.

Berdasarkan catatan Kepolisian Daerah Kalimantan Barat, permukiman Gafatar di Moton Panjang dihuni 431 jiwa yang berasal dari 127 keluarga. Di lahan yang dibeli, selain membangun tempat tinggal, warga Gafatar membuka lahan pertanian. Komoditas yang ditanam antara lain kacang panjang, sawi, kangkung, cabai, jagung, dan mentimun. Tapi, kata Sukardi, "Baru lima hektare yang tergarap." Selain membuka lahan bertani, warga Gafatar menyediakan area pembibitan tanaman.

Sejak November tahun lalu, hampir setiap hari Sukardi bekerja di lahan pertanian. Ia mengurusi fermentasi pupuk yang berasal dari kotoran ayam, bebek, dan sapi. "Kami memelihara hewan-hewan itu," ujar pria yang bergabung dengan Gafatar sejak 2011 ini. Kepada dinas pertanian setempat, warga Gafatar mendaftar sebagai Kelompok Tani Manunggal Sejati.

Warga Gafatar hidup secara komunal. Mereka membagi tugas di bidang pembibitan, pemupukan, pengurusan ternak, dan dapur umum. Menurut seorang anggota Gafatar, Mei Apriliani, laki-laki diberi tugas bercocok tanam, sementara perempuan mengurus dapur umum. "Juga mengasuh anak," kata perempuan 21 tahun asal Madiun ini. Kegiatan di dapur umum berlangsung setiap hari mulai pukul 04.00 hingga 19.00. Tugasnya menyiapkan sarapan, makan siang, dan makan malam.

Persiapan anggota Gafatar hijrah ke Kalimantan tak main-main. Mereka menyurvei lokasi sebelum pindah. "Saya bersama teman sudah dua kali melakukan survei," ucap Sukardi. Survei berkaitan dengan rencana mereka membuka lahan pertanian. Dasarnya salah satu program organisasi, yaitu bertani untuk menuju kedaulatan pangan. Rencana bertani diperkuat keberadaan sejumlah anggota Gafatar yang ahli di bidang itu. "Bidang pertanian disepakati menjadi usaha bersama," ujarnya. Sukardi mengatakan Kalimantan dipilih karena harga tanahnya tergolong murah.

Agenda hijrah ke Kalimantan menyebar dengan cepat dari mulut ke mulut anggota Gafatar. Menurut Mei Apriliani, rencana ini membuat komunikasi antar-anggota terjalin intensif. Sebab, ada keinginan berangkat bersama ke Kalimantan. Tapi keputusan pindah itu murni keinginan setiap anggota. "Tak ada paksaan," ujar Mei.

Prihandoko, Nofika Dian Nugroho (Madiun), Aseanty Pahlevi (Pontianak), Siti Jihan Syahfauziah (Surabaya), Dinda Leo Listy (Boyolali)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus