Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Para gubernur: yang mundur & yang muncul

Brigjen willy gayus alexander lasut, 52, bekas wakil asisten ii operasi kasad, menjadi gubernur sul-ut menggantikan hein victor worang. tiga bulan yang lalu, istrinya meninggal dunia di jakarta. (dh)

17 Juni 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MINGGU depan berakhirlah masa jabatan Hein Victor Worang sebagai Gubernur Sulawesi Utara. Beberapa hari setelah Brigjen Willy Gayus Alexander Lasut, 52 tahun, memastikan diri sebagai calon terpilih untuk menggantikannya, Worang bersama keluarga dan sahabat-sahabat dekatnya berangkat ke berbagai negara di Eropa. Dan beberapa hari sebelum ia menyerahkan jabatannya secara resmi kepada penggantinya, ia akan singgah di Argentina: menyaksikan pertandingan kejuaraan sepakbola dunia. Namun demikian, warga Sulawesi Utara agaknya cukup sulit melupakan kepemimpinan Worang selama 2 kali masa jabatannya. Barangkali karena berkat tokoh ini Propinsi Sulawesi Utara sempat pulih dari luka-luka pergolakan Permesta. Tapi mungkin juga karena gaya kepemimpinan Worang yang keras, sehingga banyak meninggalkan kesan mendalam. Atau karena di mana-mana ia mendirikan patung, memugar kuburan-kuburan lama dan meresmikan jalan yang memakai namanya. Keberhasilan Worang yang menonjol terutama terlihat pada saat Opstibpus mulai meraih persoalan pungutan liar terhadap petani cengkeh akhir tahun lalu. Beberapa penjabat resmi sendiri sebelumnya seakan hendak meyakinkan bahwa kelakuan Worang telah melampaui batas, sehingga sangat merugikan petani dan perlu diambil tindakan. Tapi Worang dengan gayanya berhasil meyakinkan Ketua Opstibpus Laksamana Sudomo dan Menteri PAN Sumarlin, ketika kedua penjabat tinggi ini turun langsung ke Sulawesi Utara. Dan keluarlah pernyataan yang melegakan hati Worang itu, bahwa ternyata tuduhan adanya pungli terhadap petani cengkeh "tak ada apa-apanya." Tanda-tanda kekuatannya pulih kembali setelah itu, dan orang harus tahu. Mungkin dengan menyadari kekuatan itu, Surat Kabar Lensa Utara yang terbit di Manado, dalam melukiskan saat-saat perpisahan Worang dengan masyarakat Gorontalo awal bulan lalu penuh dengan nada memuja. "Orang-orang yang berdiri berbaris mulai dari landasan sampai di VIP Room, terus-menerus memandang hampir tak berkedip ke wajah Gubernur Worang dan Ibu yang seperti biasa, anggun dan penuh wibawa, gembira," tulis surat kabar tadi. Ditulis pula: "Mereka menyanyikan syair-syair khusus diciptakan bagi Gubernur Worang yang seolah-olah akan pergi jauh dan tak akan pernah kembali lagi." Apakah Willy Lasut, pengganti Worang, akan meniru gaya kepemimpinan gubernur yang digantinya? Masih sulit diterka. "Tapi yang jelas saya mempunyai kerinduan untuk meneruskan apa yang sudah dicapai Pak Worang sampai saat ini," katanya kepada TEMPO Jumat lalu di Manado. Ia berada di Ibukota Sulawesi Utara itu 10 hari sebelum pelantikannya. Pada hari-hari itu ia sibuk mengunjungi para kerabat di kampung kelahirannya yang sudah 32 tahun ia tinggalkan -- di Rerer salah satu daerah cengkeh di Kabupaten Minahasa. Saat-saat menjelang pelantikannya sebagai gubernur, Willy Lasut berstatus sebagai duda. Tiga bulan lalu isterinya meninggal dunia di Jakarta dengan meninggalkan 5 orang anak. Paling sedikit dalam hal ini ia punya persamaan dengan Worang yang sebulan sebelum pelantikannya sebagai gubernur 11 tahun yang lalu juga ditinggal mati isterinya. Karena itu, dalam saat-saat masih berkabung, Willy Lasut dengan keras membantah dua desas-desus yang beredar sesaat setelah ia berada di Manado pekan lalu. Pertama, seakan-akan ia akan segera merombak stafnya dengan personil yang sudah ia siapkan di Jakarta. Kedua, cerita bahwa Willy Lasut segera akan menikah lagi sebelum dilantik sebagai gubernur. Maka tentang kedua kabar burung itu, melalui TEMPO ia ingin menyampaikan rasa penyesalannya. Orang baru memang selalu dicurigai, atau digertak. Tapi hanya dalam arti tertentu Willy Lasut "orang baru". Meskipun sebagian besar perjalanan hidup Lasut berlangsung di luar bumi Kawanua tapi warga daerah ini sebenarnya tak sulit mengenalnya. Di pusat Kota Manado, tepat di depan gedung Bank Indonesia, terdapat taman berair mancur. Di tengah taman ini berdiri patung Datu Lolong Lasut. Ia adalah buyut Willy Lasut, yang terkenal sebagai salah seorang pejuang di Sulawesi Utara. Dan teman-temannya di Tomohon, di mana ia pernah menamatkan AMS, masih banyak yang mengenalnya. Ia memulai karir militernya sejak 1946 sebagai anggota pasukan KRIS yang bertugas di antara Karawang-Bekasi. Tak lama setelah ia turut menum.pas sisa-sisa Westerling di Sulawesi Selatan, ia ditangkap Belanda dan ditahan di Surabaya. Di sinilah ia divonis mati oleh Belanda. Tapi ia pengikut Protestan yang taat. Beberapa orang kalangan gereja pun berhasil membujuk Belanda untuk merubah hukuman matinya. Dan ia pun sempat meloloskan diri dari penjara, sebelum menggabungkan diri dengan pasukan Letkol Soeharto di Yogya waktu itu. Terakhir ia menjabat Wakil Asisten II Operasi KASAD, sejak Oktober 1974. Bagaimana tanggapan Worang tentang penggantinya ia tak menyebut nama-nama. Tapi menurut dia, "siapa pun bisa" menggantikannya. Tinggal melaksanakan apa yang sudah digariskan Pusat dan melanjutkan pembangunan yang sudah ada, katanya. "Kecuali kalau dia kerbau, tentu tidak bisa," tambahnya. Lalu kata orang yang bergelar Tonaas Wangko Um Banuu ("pemimpin besar di daerah ini") ini: "Tetapi kalau ada yang merasa lebih hebat dari saya, coba dulu."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus