Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Eks Gubernur Jakarta, Anies Rasyid Baswedan, menyoroti rendahnya tingkat partisipasi masyarakat di pilkada serentak 2024, salah satunya di Jakarta. Dia mengatakan salah satu faktor penyebabnya karena masyarakat merasa aspirasinya tidak tersalurkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Partisipasi itu akan tinggi bila rakyat merasa aspirasinya tersalur. Bila aspirasinya tidak tersalurkan, maka rakyat apatis," kata Anies dalam diskusi di Universitas Negeri Jakarta, Jakarta Timur, pada Senin, 23 Desember 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hal tersebut diungkapkan Anies ketika menjawab pertanyaan salah satu peserta diskusi mengenai rendahnya partisipasi pemilih di pilkada serentak 27 November 2024 lalu. "Betul enggak, teman-teman? Bila (calon) yang diinginkan tidak diajukan, maka pertanyaan, 'buat apa saya ikut pilkada itu.' Itu fenomena yang muncul kan," ujar dia.
Dalam hal ini, kata Anies, pekerjaan rumah ada di partai-partai politik. Menurut dia, partai-partai politik harus memberikan ruang yang cukup agar aspirasi rakyat muncul dan tersalurkan.
Faktor penyebab kedua, kata Anies, adalah kesempatan mendaftar bagi kandidat independen. Dia mengatakan, seharusnya calon independen ditetapkan sesudah keputusan partai politik, bukan sebelum itu.
"Kalau sebelum, maka dia tidak bisa menjadi saluran alternatif. Kan fungsinya independen sama alternatif, bukan? Bila diinginkan rakyat, tapi tidak difasilitasi oleh partai, maka ada jalur independen," kata Anies.
Jika demikian, kata dia, maka calon kandidat yang tidak ditampung oleh partai, tetapi diinginkan oleh rakyat, maka dia punya jalur untuk maju ke pilkada. "Dengan begitu, maka masyarakat akan punya excitement, punya semangat, punya aspirasi yang tersalurkan di situ."
Sebelumnya, Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Mochamad Afifuddin mengatakan rerata partisipasi pemilih dalam pilkada se-Indonesia hanya sekitar 68 persen. Di sisi lain, KPU mencatat partisipasi pemilih dalam pemilu 2024 mencapai 81,78 persen.
Sementara di Jakarta sendiri, angka partisipasi pemilih pada pilkada 2024 hanya sekitar 4,3 juta suara. Padahal, jumlah daftar pemilih tetap (DPT) sebanyak 8,2 juta. Artinya, partisipasi pemilih berada di angka 53,05.
“Kalau memang sekilas kami monitoring kemarin memang tingkat partisipasi di angka 50-60 persennya,” kata Ketua KPUD Jakarta Wahyu Dinata di kantornya di Jakarta, pada Kamis, 28 November 2024.
Pada pilkada 2007 dan 2012, partisipasi pemilih tercatat sekitar 65 persen. Sedangkan ketika pilkada 2017, partisipasi pemilih lebih dari 70 persen.
Novali Panji berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan editor: KSAD Libatkan Kowad dalam Program Makan Bergizi Gratis