Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Pembalasan suku mapi

Seorang sinting yang dianggap berbahaya mati ditembak polisi. sekitar 100 laki-laki se-suku korban menuntut balas, mengobrak-abrik kantor polisi.

19 Juni 1993 | 00.00 WIB

Pembalasan suku mapi
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
NAHAS betul nasib yang menimpa Romanus Amko, 30 tahun. Mula- mula ia kehilangan Susi, pujaan hatinya, hal yang membuatnya kehilangan gairah hidup. Lalu bujang drop out SMP itu kehilangan pula pekerjaannya sebagai satpam. Tekanan batinnya menghebat, dan ia pun kehilangan ingatan. Puncaknya, Senin pekan lalu, ia harus kehilangan nyawanya. Polisi Merauke telah menembaknya. Sebagaimana lazimnya penyandang cacat ingatan, tingkah Romanus memang suka aneh-aneh. Ia sering berbicara atau tertawa sendiri. Namun, yang membuat orang ngeri, ke mana-mana ia membawa golok. Kendati tak pernah membacok orang, kehadiran Romanus dianggap berbahaya. Pagi itu Romanus nongkrong di Kampung Asgon, Merauke, Irian Jaya. Sebagian warga merasa terganggu. Polisi pun dipanggil. Lima petugas dari Polres Merauke datang. Versi polisi: Romanus menyerang petugas dengan panah dan tombak. Maka, seorang polisi menembaknya, setelah bujang sinting itu mengabaikan tiga kali tembakan peringatan. Seorang yang mengaku saksi mata mengatakan hal yang berbeda. Romanus memang mengangkat parang ketika lima polisi mengepungnya. ''Itu cara ia menggertak. Tapi tak akan membacok,'' ujar sumber itu. Polisi salah sangka. Lantas, dor- dor-dor-dor, empat peluru menerjang bujang sial itu dari jarak dekat. Romanus terkapar: mati. Polisi cepat menyingkir karena muncul kerumunan orang yang menyatakan tak bisa menerima penembakan itu. Yang aneh, tak seorang pun mengurus korban. Jasad Romanus dibiarkan menggeletak tiga jam. Petugas dari Kodim turun tangan. Jasad korban diangkat, dibawa ke rumah sakit untuk divisum, lalu dikuburkan. Malamnya muncul aksi balas dendam. Hampir seratus lelaki suku Mapi, yang merasa sedarah dengan Romanus, turun ke jalan. Mereka mengamuk. Sebuah pos polisi diobrak-abrik. Mereka menuntut agar pelaku penembakan dipecat. Amuk suku Mapi ini dapat diredam sebelum sempat menyernag Kantor Polres Merauke. Sejumlah satuan Kodim dan Brimob diterjunkan untuk menghadang amuk itu. Polres Merauke masih bungkam. Namun, menurut kabar, pelaku penembakan itu telah diamankan oleh unit polisi militer.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus