Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah akan membangun 200 rumah tahan gempa untuk tahap pertama bagi warga terdampak gempa Cianjur, Jawa Barat. Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah meninjau langsung progres pembangunan yang berlokasi di Desa Sirnagalih, Kecamatan Cilaku, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Ya ini adalah lokasi untuk relokasi yang pertama. Di sini segera dibangun kurang lebih 200 rumah, contohnya sudah ada yang rumah antigempa," ujar Jokowi dalam keterangan pers usai peninjauan, Senin, 5 Desember 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelumnya, gempa bumi magnitudo 5,6 terjadi di Cianjur terjadi pada Senin, 21 November 2022 pukul 13.21. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat hingga Sabtu, 3 Desember, 2022, jumlah korban meninggal akibat gempa Cianjur bertambah menjadi 334 jiwa.
Selain di lokasi tersebut, kata Jokowi, pemerintah juga menyiapkan pembangunan 1.600 rumah serupa di lokasi lainnya. Relokasi diprioritaskan bagi warga yang rumahnya berada di pusat gempa, terutama di Kecamatan Cugenang.
"Lokasi-lokasi (rumah) yang berada di senternya gempa, utamanya di Cugenang, itu akan dipindahkan ke sini dan ke lokasi yang kedua tadi," kata dia.
Relokasi hanya diperuntukkan bagi rumah yang mengalami rusak herat. "Yang rusak berat itu ada yang direlokasi ada yang tidak. Kalau tempatnya berbahaya, berada di garis patahan, garis sesarnya, itu yang dipindah. Kalau yang tidak, dibangun di tempat yang sama," kata dia.
Teknologi Rumah Tahan Gempa
Direktur Jenderal Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Iwan Suprijanto, menjelaskan bahwa rumah yang akan dibangun di lahan seluas 2,5 hektare tersebut dibangun dengan teknologi rumah tahan gempa atau Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA). Masing-masing rumah bertipe 36 dan dibangun di atas lahan 75 meter persegi.
RISHA adalah rumah yang juga dibangun pemerintah Sulawesi Tengah, pascabencana gempa bumi serta tsunami dan likuifaksi yang pada 2018 lalu. RISHA menggunakan teknologi konstruksi knock down yang dapat dibangun dengan waktu cepat dengan menggunakan bahan beton bertulang pada struktur utamanya. Di samping itu, RISHA juga dirancang sebagai bangunan tahan gempa.
"Kami telah memulai pembangunan ini 10 hari setelah bencana itu terjadi, setelah lahan dinyatakan clear and clean berdasarkan justifikasi teknis Badan Geologi, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), serta Tata Ruang," kata Iwan.
Dari 200 unit pertama yang akan dibangun, Iwan menargetkan 80 unit pertama akan selesai pada akhir Desember 2022. Kemudian sisanya sejumlah 120 unit ditargetkan selesai paling lambat minggu ketiga bulan Januari 2023. Sehingga pada akhir Januari 2023 seluruh rumah sudah bisa ditempati.
"Syukur alhamdulillah, selain lahannya juga relatif mudah, datar, kemudian juga jaringan air minum juga tersedia, tinggal di tap sambungan rumah tangga, jaringan listrik juga tersedia," ujar Iwan.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.