Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

politik

Pemprov Jabar Targetkan TPPAS Lulut Nambo Beroperasi Akhir 2021

Sampah yang masuk TPPAS Lulut Nambo rencananya akan diolah menjadi Refuse Derived Fuel (RDF), biogas, kompos, dan produk energi dari sampah lainnya.

24 Maret 2021 | 13.29 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INFO JABAR - Setelah sempat terhenti, pengembangan Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) Lulut Nambo kembali dilanjutkan dan ditargetkan beroperasi akhir 2021 nanti. Hal tersebut dipastikan setelah Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar menggandeng perusahaan asal Jerman EUWELLE Environmental Technology GmbH.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan ada sejumlah alasan yang membuat pihaknya optimis pada EUWELLE Environmental Technology GmbH. Investor dari Jerman tersebut telah melaksanakan proyek serupa di Jerman, Perancis, Cina dan Thailand.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hal itu dikatakan Ridwan Kamil dalam JAPRI (Jabar Punya Informasi) di Gedung Pakuan, Kota Bandung, "Hari ini sudah diumumkan prosesi kerja sama, maka saya ingin langsung kerja. Saya titip akhir tahun ini sudah dipakai minimal tahap 1 dan full-nya tahun depan,” ujar Ridwan Kamil berdasarkan rilis resmi tim Humas Jabar, Selasa 23 Maret 2021. 

Sebelumnya pengembangan TPPAS Lulut Nambo sempat terhenti usai konsorsium PT Jabar Bersih Lestari (JBL) yang mendapat amanah mengalami wanprestasi. Ridwan menyanpaikan, pemilihan investor TPPAS Lulut Nambo sudah melalui proses lelang yang komprehensif dan adil. EUWELLE pun sudah memenuhi syarat teknologi dan finansial. 

Gubernur Jabar menilai biayanya sangat rasional sehingga beban tipping fee ke kabupaten/kota tidak terlalu besar. Karena itu, dia berharap pengembangan TPPAS Lulut Nambo berjalan lancar. “Provinsi Jabar menyatakan pengelolaan sampah harus dijadikan sesuatu yang bermanfaat, sehingga akan dikenal sebagai provinsi yang ramah lingkungan, semua kita selesaikan menjadi lebih terukur," katanya. 

Sampah yang masuk TPPAS Lulut Nambo rencananya akan diolah menjadi Refuse Derived Fuel (RDF), biogas, kompos, dan produk energi dari sampah lainnya.  TPPAS Lulut Nambo memiliki luas sekitar 55 hektare. 15 hektare di antaranya akan digunakan sebagai tempat pemrosesan dan pengolahan sampah. Sisanya akan dibangun jalan, tempat pengolahan air, dan perkantoran. 

TPPAS Lulut Nambo nantinya akan mengelola sampah di wilayah Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Depok, dan Tangerang Selatan.  “Karena pengelolaan sampah di Jabar itu sudah diputuskan  harus regional tidak boleh satu-satu, maka wilayah Bogor, Bogor, Depok dan Tangsel itu oleh Lulut Nambo,” ujar Ridwan. 

Sedangkan untuk wilayah Bandung Raya akan dikelola TPPAS Legok Nangka. Pengelolaan sampah untuk daerah Ciayumajakuning di satu lokasi serta Kota Bekas-Kab Bekasi-Karawang-Purwakarta di satu lokasi.  “Jadi minimal kita butuh tiga sampai empat proyek skala besar sehingga Jabar dikenal provinsi yang ramah lingkungan,” katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jabar Prima Mayaningtyas mengatakan, tipping fee bagi daerah yang memanfaatkan TPPAS Lulut Nambo sebesar Rp125 ribu per ton.  " Tidak ada subsidi dari Pemprov Jabar sebagaimana perjanjian kerja sama yang telah dilakukan di 2017," ujarnya. 

Vice President EUWELLE Yao Li menyatakan, pihaknya berkomitmen menjadikan TPPAS Lulut Nambo sebagai tolok ukur pengolahan sampah menjadi energi yang berkualitas."Kami bangga mendapatkan persetujuan ini,” katanya.(*)

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus