Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Panen Feronikel Berujung Kebakaran

Kebakaran smelter nikel SMI di Morowali diduga akibat cairan slag yang melimpah. Insiden di smelter ini berulang kali terjadi.

22 Januari 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Jumlah Cairan Slag di Tungku Diduga Kurang Dikontrol

  • PT IMIP Berdalih Insiden Itu Hanya Percikan Cairan Slag

  • Implementasi K3 di Smelter Nikel Dipertanyakan

JAKARTA — Kebakaran smelter nikel di Morowali, Sulawesi Tengah, sudah berulang kali terjadi. Insiden terbaru adalah kebakaran tungku milik PT Sulawesi Mining Invesment (SMI) pada Jumat pekan lalu. Kebakaran smelter nikel itu mengakibatkan dua pekerja dilarikan ke rumah sakit.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketua Dewan Perwakilan Cabang Serikat Pekerja Nasional Morowali dan Morowali Utara, Katsaing, mengatakan insiden di tungku 1 milik PT SMI itu bukan akibat percikan dari proses tapping atau proses pemanenan cairan FeNI (feronikel)—hasil peleburan ore atau tanah yang mengandung nikel. Katsaing mendapat informasi dari pekerja bahwa insiden tersebut akibat cairan slag yang melimpah di tungku, lalu meluber. Luberan itulah yang diduga memicu kebakaran.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Menurut informasi yang saya dapat, ada kelebihan atau kurang kontrolnya di sana sehingga terjadi kelebihan yang turun ke wadah mangkoknya. Setelah melimpah, menyebabkan kebakaran,” ujar Katsaing, Ahad, 21 Januari 2024. Indikasi terjadinya kebakaran adalah adanya kobaran api dan korban meski tanpa luka.

Kebakaran tungku 1 milik PT SMI terjadi sekitar pukul 19.40 Wita, Jumat pekan lalu. Dari video rekaman yang beredar, terdapat kobaran api di tungku 1 milik PT SMI tersebut. Kobaran api itu membuat pekerja berlarian menyelamatkan diri.

Kepala Relasi Media PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP)—kawasan industri di Morowali—Dedy Kurniawan membantah adanya kebakaran di tungku smelter PT SMI. Dedy berdalih insiden tersebut bukan kebakaran ataupun kecelakaan kerja, melainkan hanya percikan cairan slag.

“Bukan (kebakaran). Adanya mobil pemadam kebakaran itu bukan untuk memadamkan api, melainkan untuk mendinginkan cairan slag yang berada di lantai sekitar tungku,” kata Dedy, Ahad kemarin.

Tangkapan layar kebakaran tungku 1 milik PT Sulawesi Mining Investment (SMI) di kawasan PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, 19 Januari 2024. ISTIMEWA

Dedy menjelaskan, saat itu pekerja PT SMI tengah melakukan tapping. Cairan feronikel kemudian dibawa ke proses pencetakan untuk dijadikan nickel pig iron atau stainless steel (baja anti-karat).

Saat itu di dalam tungku terdapat tiga material. Paling bawah adalah cairan FeNI. Lapisan kedua adalah cairan slag atau limbah hasil peleburan ore. Sedangkan lapisan paling atas adalah kalsin, yaitu ore yang sudah melalui proses dryer atau pengurangan kadar air pada tanah ore dari 35 persen menjadi sisa 20 persen. Lalu ore itu masuk ke Kiln, sebuah alat di tungku. “Di Kiln itu, ore itu kemudian dihilangkan kadar airnya menjadi nol persen. Setelah dia menjadi nol persen, namanya itu proses kalsinasi,” ujar Dedy.

Ore yang keluar dari Kiln disebut kalsin. Kalsin tersebut berbentuk gumpalan dengan bermacam-macam ukuran. 

Lalu saat proses tapping berlangsung, pekerja tengah mengeluarkan cairan FeNI dari dalam tungku. Ketika cairan FeNI dikeluarkan, kata Dedy, cairan slag tepercik ke dinding tungku bagian luar dan lantai.

“Di bawah kalsin itu ada namanya terak baja. Dia terlalu cepat turunnya, kemudian menimpa cairan slag yang ada di bawahnya. Cairan slag ini kemudian tepercik keluar. Itulah yang saya maksud di rilis kemarin seperti meluber,” ujar Dedy. “Jadi, bukan kelebihan kapasitas (muatan), melainkan karena terlalu cepat kalsin turun menimpa cairan slag di bawahnya.”
  
Menurut dia, cairan slag yang tepercik keluar itu memang terlihat seperti kebakaran. Apalagi saat itu listrik dipadamkan sehingga terlihat seperti nyala api.

Ia juga memastikan lantai smelter tidak mungkin terbakar karena sebagian terbuat dari besi, baja, dan beton meski suhu cairan slag mencapai 1.500 derajat Celsius. Suhu yang sangat panas itulah yang membuat pekerja segera dievakuasi, lalu didinginkan. 

Dedy mengakui dua karyawan terkena dampak insiden ini. “Mereka sesak napas terkena asap yang timbul akibat upaya pendinginan lelehan cairan slag yang dilakukan tim pemadam.”

Dedy melanjutkan, insiden di PT SMI itu lazim terjadi di setiap smelter peleburan. Tapi ia menduga insiden kebakaran tungku smelter milik PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) pada 24 Desember tahun lalu masih terekam di benak publik sehingga menduga insiden di PT SMI juga merupakan kebakaran smelter.

Kebakaran disertai ledakan di tungku nomor 41 milik PT ITSS itu mengakibatkan 21 pekerja meninggal. Insiden terjadi saat pekerja tengah memperbaiki tungku.

Katsaing menepis penjelasan Dedy tersebut. Ia mengatakan percikan dalam proses tapping memang lumrah terjadi dan biasanya tanpa korban. Percikan terjadi ketika ada kebuntuan dalam proses tapping. 

Ia menduga kuat ledakan di PT SMI pada Jumat pekan lalu bukan akibat proses tapping. “Ledakan kecil tapping itu ibarat ban mobil yang meledak, tapi tidak menyebabkan kebakaran,” kata Katsaing.

Suasana seusai kebakaran tungku 1 milik PT Sulawesi Mining Investment (SMI) di kawasan PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Bahodopi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, 20 Januari 2024. Dok. IMIP

Penyebab Kebakaran Smelter Berulang

Direktur Eksekutif Energy Watch Daymas Arangga mengatakan kebakaran berulang pada smelter nikel di Indonesia akibat risiko bahaya yang tidak dimitigasi dengan baik. Padahal sektor pengolahan nikel termasuk industri yang berisiko tinggi. 

Ia mengatakan smelter memang sudah memiliki prosedur kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Tapi K3 tersebut diduga kuat tidak diimplementasikan dengan baik di lapangan. Di samping itu, kurangnya pengawasan bisa menjadi faktor kecelakaan kerja berulang di smelter nikel.

“Penyebabnya bisa karena belum ada prosedur serta pengawasan yang baik, baik dari manajemen maupun pihak ketiga,” kata Daymans, Ahad kemarin.

Selain di PT SMI, kebakaran dan ledakan smelter nikel terjadi di tungku milik PT ITSS pada Desember tahun lalu. Di kawasan industri IMIP sendiri terjadi 18 kali insiden di smelter nikel sejak 2016 hingga kini. Insiden di smeltel nikel milik PT Gunbuster Nickel Industry (GNI) di Kabupaten Morowali Utara juga berulang kali terjadi sejak 2020 hingga kini. 

Kebakaran akibat ledakan tungku smelter di pabrik ferosilikon PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) di kawasan PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, 24 Desember 2023. Foto: Istimewa

Kepala Advokasi dan Kampanye Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sulawesi Tengah Aulia Hakim membeberkan dua faktor yang mempengaruhi kecelakaan berulang smelter nikel di Morowali dan Morowali Utara. Pertama, ketidakpatuhan perusahaan terhadap Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 33 Tahun 2016 yang mewajibkan setiap perusahaan membuat rencana pengawasan ketenagakerjaan. 

Rencana pengawasan itu memuat tata cara pengawasan ketenagakerjaan dan perusahaan wajib melaporkannya setiap bulan. Instansi ketengakerjaan juga harus mengawasinya sehingga tidak ada alasan bahwa instansi pemerintahan tidak punya akses ke lokasi kerja yang diawasi. Perusahaan juga tidak boleh merintangi akses pengawas ketenagakerjaan. 

“Menjadi tanda tanya besar, sejauh mana kepatuhan perusahaan terhadap aturan yang berlaku?” ujar Aulia. 

Faktor kedua adalah overproduksi. Aulia mengungkapkan, dalam kurun waktu hampir satu dekade ini, kawasan IMIP memproduksi 3.700 kiloton baja anti-karat per tahun. Produksi ini dihasilkan dari teknologi RKEF 490 Nickel Pig Iron (NPI), OESBF 37 Nickel Matte, dan HPAL 90 Mixed Hydroxide Precipitate (MHP). 

Ia mengatakan overproduksi itu diduga mengabaikan jam kerja buruh sehingga mereka kelelahan. “Upah yang murah juga merupakan indikator utama kecelakaan terjadi di smelter,” katanya.

EKA YUDHA SAPUTRA | HAN REVANDA PUTRA | RIRI RAHAYU | RIANI SANUSI PUTRI

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Eka Yudha Saputra

Eka Yudha Saputra

Alumnus Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Bergabung dengan Tempo sejak 2018. Anggota Aliansi Jurnalis Independen ini meliput isu hukum, politik nasional, dan internasional

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus